Seluncur es atau skating es (disebut juga es skating) adalah kegiatan berseluncur di atas es. Kegiatan ini dilakukan dengan pemakaian sepatu seluncur, dimana sebilah pisau baja yang tajam dipasang pada bagian dasar sepatu agar sepatu bisa meluncur di permukaan es. Seluncur es dapat dilakui karena gesekan antara pisau seluncur dan permukaan es menghangatkan es, dengan akibat mencairkan esnya sehingga tercipta lapisan licin.[1] Seluncur es dilakukan orang sebagai rekreasi atau olahraga musim dingin.

Seluncur es di Belanda.

Di negara-negara dengan musim dingin yang sangat dingin, permukaan danau, kolam, kanal, dan sungai kadang dapat membeku. Lapisan es yang terbentuk pada permukaan air cukup tebal untuk dipakai untuk berseluncur. Pada musim dingin yang membekukan di Belanda, Finlandia, Swedia, Rusia, dan Norwegia, orang bepergian dari satu tempat ke tempat lainnya dengan berseluncur. Di negara-negara yang beriklim lebih hangat, orang berseluncur di permukaan es buatan, misalnya di gelanggang seluncur es .

Kemampuan berseluncur di atas es merupakan keterampilan dasar untuk hoki es, seluncur cepat, seluncur indah, dan dansa es. Semuanya merupakan cabang olahraga yang dipertandingkan dalam Olimpiade Musim Dingin.

Sejarah

sunting
 
Seluncur es di Mal Taman Anggrek, Jakarta.
 
Arena seluncur es terbesar dunia, Kanal Rideau di Ottawa, Kanada.

Istilah seluncur es berasal dari kata ice skating atau skate yang berasal dari bahasa Jerman Kuno schake, yang berarti tulang kering. Kata serupa dalam bahasa Inggris Kuno adalah scatch,[2] dan dalam bahasa Belanda: schaats.

Tulang rusa kutub atau tulang kuda yang diikat di bawah sepatu kulit merupakan bentuk pertama sepatu seluncur. Orang menggunakan sepatu seluncur dari tulang untuk berburu di fyord Finlandia dan Skandinavia sejak 17 abad yang lalu.[3] Tulang kaki binatang dilubangi dan diikat dengan sepatu memakai sabuk kulit.

Sekitar abad ke-14, orang Belanda mulai memakai sepatu seluncur kayu dengan dasar sepatu terbuat dari besi. Sebatang tongkat dipegang orang sebagai alat bantu sewaktu berseluncur. Sekitar tahun 1500, orang Belanda mulai memasang pisau tipis di sepatu seluncur, dan tongkat tidak lagi diperlukan.[4]

Pada abad ke-12, Belanda sudah memiliki sistem kanal yang rumit. Pekerja kanal memakai sepatu skat untuk pulang pergi ke tempat bekerja dan sewaktu bertugas. Sebagian di antaranya main balap seluncur untuk merebutkan hadiah uang. Pekerja kanal di Belanda kemungkinan besar adalah atlet balap seluncur es yang pertama.[5]

Sepatu seluncur dengan klem dari baja diciptakan E. V. Bushnell dari Philadelphia, Pennsylvania pada tahun 1848. Orang bebas dapat lebih bebas berputar-putar dan meloncat selama berseluncur.[3] Sekitar tahun 1865, atlet seluncur es Amerika Serikat Jackson Haines memperkenalkan pisau seluncur dari logam berikut plat sol dan tumit yang dapat disekrupkan pada sepatu bot. Haines menambahkan gerigi depan (toe pick) pada sepatu seluncur. Setelah adanya gerigi depan pada sepatu seluncur, orang mulai dapat melakukan lompatan dengannya.[4]

Glaciarium di Inggris adalah arena es seluncur pertama di dunia yang menggunakan mesin pembuat lapisan es. Arena ini dibuka 7 Januari 1876 oleh John Gamgee di dalam sebuah tenda dalam bangunan kecil di Chelsea, London. Pemakai saat itu terbatas pada "bangsawan dan pria terhormat dengan syarat-syarat tertentu."[6]

Pada 1914, John E. Strauss, seorang pembuat pisau dari St. Paul, Minnesota membuat pisau seluncur es dari sebilah baja. Dengan adanya penemuan pisau baja dari Strauss, sepatu seluncur menjadi makin ringan dan kuat.[3]


Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ "Explaining Ice: The Answers Are Slippery". NYTimes.com. 21 Februari 2006. Diakses tanggal 2010-02-17. 
  2. ^ Shulman, Carole (2002). The Complete Book of Figure Skating. Human Kinetics. hlm. xii. ISBN 0-7360-3548-6. 
  3. ^ a b c Künzle-Watson, Karin (1996). Ice Skating: Steps to Success. Human Kinetics. hlm. 1-2. ISBN 0-8732-2669-0. 
  4. ^ a b Bellis, Mary. "Ice Skates". About.com. Diakses tanggal 2010-02-17. [pranala nonaktif permanen]
  5. ^ Crego, Robert (2003). Sports and Games of the 18th and 19th centuries. Greenwood Publishing Group. hlm. 0313316104. 
  6. ^ "A to Z Encyclopaedia of Ice Hockey - Gl". ZAHockey.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-12-17. Diakses tanggal 2010-02-17. 

Pranala luar

sunting