Sedimen laut adalah bahan yang tidak larut dengan air, seperti batuan dan partikel tanah dan mengendap di lautan dan menumpuk di dasar laut.[1] Sedimen laut dapat berupa sisa organisme laut, hasil dari vulkanisme bawah laut, endapan bahan kimia yang berasal dari air laut dan juga bahan dari luar angkasa, seperti meteorit.[1] Banyak sampel inti sedimen dari Samudra Atlantik dan Pasifik yang dihasilkan dari Glomar Challenger, yaitu sampel sedimen yang dihasilkan dari penggunaan kapal pengeboran laut dalam yang diinstrumentasi khusus.[1] Sampel ini ditemukan oleh peneliti dari Amerika, Inggris, Uni Soviet dan negara lain pada tahun 1986.[1]

Sedimen laut yang mengendap dekat benua menyumbang 90 persen volume dari semua endapan dan menutupi 25 persen dasar laut.[1] Proses sedimentasi laut dimulai dari bencana gempa bumi yang menyebabkan material sedimen di kepala ngarai teraduk.[1] Karena tercampur oleh air laut, komponen cair padat yang terbentuk kemudian mengalir menuruni ngarai dan kemudian keluar menuju tanjakan kontinen di dasar lereng.[1] Dataran sedimen biasanya terdapat di Samudra Atlantik.[1]

Sedimen laut terbagi menjadi 4 jenis, yaitu Lithogenous, Biogenous, Hydrogenous dan Cosmogenous.

Lithogenous

sunting

Lithogenous terbentuk dari proses pelapukan dan tersusun dari partikel kecil dari batuan yang lapuk dan aktivitas vulkanik.[2] Lithogenous terdiri dari dua kategori, seperti terrigenous dan red clay, dimana terrigenous berasal dari proses pelapukan yang terjadi di atas air karena angin membawa partikel ini ke laut dan kemudian mereka tenggelam dan mengendap,[2] sedangkan red clay atau yang biasa dikenal dengan nama tanah liat abisal terbentuk dari percampuran antara material terrigenous dan abu vulkanik.[2] Perbedaan antara terrigenous dan red clay terletak pada ukurannya, dimana terrigenous memiliki ukuran yang lebih besar dari red clay.[2]

Biogenous

sunting

Biogenous terbentuk dari sisa organisme yang tidak bisa larut dalam air, seperti kerang, cangkang plankton, dan organisme mikroskopis lainnya yang kemudian dipadatkan oleh air laut.[2]

Hydrogenous

sunting

Hydrogenous terbentuk dari proses pengendapan oleh air laut atau bisa juga terbentuk karena proses reaksi kimia antara air laut dan sedimen yang sudah berada pada dasar laut.[3] Proses sedimentasi inilah yang juga menyebabkan munculnya garam pada lautan, dimana ketika proses penguapan terjadi, sebagian ion yang telah larut tetap berada di lautan, dan muncullah garam dari proses ini.[3]

Cosmogenous

sunting

Cosmogenous terbentuk dari pengendapan di dasar laut oleh sisa-sisa tabrakan dari benda di luar angkasa seperti komet dan asteroid.[3] Benda dari luar angkasa ini terdiri dari silikat dan campuran logam dimana bahan-bahan ini terus menerus datang ke bumi setiap hari.[3]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e f g h "marine sediment | oceanography | Britannica". www.britannica.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-06-02. 
  2. ^ a b c d e "3.1: Sources and Types of Marine Sediment". Geosciences LibreTexts (dalam bahasa Inggris). 2015-02-05. Diakses tanggal 2022-06-02. 
  3. ^ a b c d "Types of Marine Sediments". Article Myriad (dalam bahasa Inggris). 2011-12-07. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-04. Diakses tanggal 2022-06-02.