Sandur Manduro atau Sandhur Manduro adalah salah satu jenis kesenian rakyat yang berasal dari Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Seni pertunjukan ini berbentuk teater tradisional, yang di dalamnya terkandung berbagai kesenian lainnya, seperti seni musik, seni tari, seni rupa, teater, dan sastra.

Sandur Manduro menggunakan bahasa Madura dalam pementasannya. Kesenian ini dibawa oleh orang Madura yang pergi ke Jawa dan tinggal di bukit kapur yang kini dikenal dengan nama Desa Manduro.[1] Kehidupan masyarakat Manduro cukup sederhana. Umumnya, mata pencaharian mereka adalah bertani. Kesenian yang awalnya hidup di tengah masyarakat beretnis Madura di Desa Manduro, Kecamatan Kabuh ini, kemudian menyebar ke daerah sekitarnya. Lokasi persebaran Sandur Manduro adalah di Kabupaten Jombang.

Pertunjukan Sandur memuat beberapa tarian, antara lain, Tari Bapang, Tari Klana, Sapen, Punakawan, Panji, Jaranan, dan Gunungsari. Tarian Bapang dalam pementasan Sandur adalah tarian yang menggambarkan seorang tokoh dalam pewayangan bernama Dursasana. Maka itu, Tarian Bapang sering juga disebut sebagai Tari Dursasana.

Sandur pernah mengalami masa kejayaan pada dekade 1970-an. Kondisinya sekarang hampir dikatakan terancam punah. Jika pada tahun 1970-an terdapat lima kelompok kesenian Sandur, kini tinggal satu kelompok yang masih bertahan, yakni Sandur Gaya Rukun yang dipimpin oleh Bapak Karlan. Walaupun demikian, Sandur Manduro ini mewarnai khazanah kesenian yang ada di Jawa Timur.

Sandhur Manduro pada tahun 2017 ini ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia yang berasal dari Provinsi Jawa Timur.[2]

Referensi

sunting
  1. ^ C.Y.I, NATUNIA EKNA; M.Ma, Dr. G. R. Lono L. Simatupang, (2015). "Sandur Manduro: Dinamika Seni Tradisi dan Identitas Etnik". 
  2. ^ FAKTUALNEWS.co (2017-10-28). "Kesenian Rakyat Sandur Manduro Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia - FAKTUALNEWS.co". FAKTUALNEWS.co. Diakses tanggal 2017-11-13.