SMA Negeri 2 Bukittinggi

sekolah menengah atas di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat

SMA Negeri 2 Bukittinggi, merupakan salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri yang ada di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Sekolah ini merupakan sekolah tertua di Bukittinggi dan salah satu sekolah tertua di Indonesia. Seperti SMA pada umumnya di Indonesia, masa pendidikan sekolah di SMAN 2 Bukittinggi ditempuh dalam waktu tiga tahun pelajaran, mulai dari Kelas X sampai Kelas XII.

SMA Negeri 2 Bukittinggi
Informasi
Didirikan1 April 1856
JenisNegeri
Kepala SekolahMurnita, S.Pd., M.Pd.
StatusDiakui
Alamat
LokasiJl. Jenderal Sudirman No. 5, Bukittinggi, Sumatera Barat
Situs websman2bukittinggi.sch.id
Moto

Sejarah dan Latar Belakang

sunting

Sekolah Raja

sunting
 
Kweekschool Fort de Kock, 1880

Berdasarkan hasil pengamatan pendeta Bundingh, pemerintahan Belanda dapat mengetahui bahwa pendidikan anak negeri di Hindia Nederland masih rendah. Begitu pula kepandaian guru-guru Melayu di Gouvernement Pesisir Barat pulau Perca (Sumatra) tidaklah mencukupi. Oleh sebab itu, tahun 1855 Pemerintah Belanda merencanakan untuk mendirikan Sekolah Raja (bahasa Belanda: Kweekschool) untuk mendidik anak negeri melalui Surat keputusan pendirian Sekolah Raja untuk mendidik anak negeri yang dikeluarkan pada tanggal 1 April 1856.

Sekolah ini dipimpin oleh Van Ophuysen dan dibantu oleh seorang guru Melayu bernama Abdul Latif, anak Tuanku Imam dari Koto Gadang. Jumlah muridnya sepuluh orang, mereka dididik untuk menjadi guru. Lamanya pendidikan tiga tahun.

Pada tahun 1869, Abdul Latif meninggal. Jabatannya digantikan oleh Saidina Asin dari Koto Lawas, Padang Panjang. Dia ini pernah menjadi guru di Sekolah Melayu Bangkahulu.

Kweekschool

sunting
 
Salah satu sudut Kweekschool Fort de Kock, ca 1915
 
Siswa kweekschool di Fort de Kock (Bukittinggi), 1919

Setelah melihat perkembangan sekolah raja selama tujuh belas tahun, timbullah niat pemerintah belanda untuk mengadakan perubahan-perubahan. Awal tahun 1873 sekolah raja lama diperbaiki. Tepatnya tanggal 1 Maret 1873 sekolah raja diubah namanya menjadi Kweekschool. Guru kepalanya D. Gerth Van Wijk. Guru Belanda yang menjadi guru kedua yaitu Weide. Murid muridnya diasramakan dekat sekolah. Murid-murid ini diawasi oleh seorang guru melayu yang bernama Raja Medan.

Tahun 1877 D. Gerth Van Wijk diangkat menjadi Leeraar di sekolah Gymnasium Willem III di Betawi. Jawatannya sebagai guru kepala digantikan oleh J.L. Van der Toorn, dengan guru kedua D. Grivel.

Tahun 1883 salah seorang murid Kweekschool bernama Nawawi diangkat pula menjadi guru Bantu. Dia bekerja dengan giat dan rajin. Lama pendidikan yang pada mulanya tiga tahun, kemudian menjadi empat tahun.

Awal tahun 1900, murid Kweekschool semakin banyak. Mereka datang dari berbagai daerah seperti: Aceh, Lampung, Tapanuli, Sumatra Timur, Bangka, Belitung, Palembang, Bangkahulu dan Sumatera Barat sendiri.

Selain mengadakan tenaga guru, pemerintah juga memerlukan ambtenaar pribumi yang pandai. Sejak tahun 1904 murid Kweekschool terbagi dua. Pertama, murid yang bakal menjadi guru, kedua murid yang bakal menjadi ambtenaar.

Dalam perkembangannya murid yang akan menjadi guru lama pendidikannya enam tahun, sedangkan yang akan menjadi ambtenaar dididik selama lima tahun. Tanggal 5 Agustus 1908 pendidikan bakal ambtenaar ditiadakan.

Lama pendidikan HIK enam tahun, yang terbagi atas dua jenjang

  1. Persiapan, lama pendidikan tiga tahun;
  2. Lanjutannya tiga tahun

Sekolah raja Bukittinggi dijadikan sekolah HIK persiapan sedangkan lanjutannya di jawa. Siswa terakhir HIK diterima tahun 1932. sekolah ini ditutup pada tahun 1935

Beberapa nama untuk pengganti HIK

sunting

Setelah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, banyak perubahan yang terjadi. Perubahan itu bukan saja di bidang politik dan pemerintahan tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah bidang pendidikan. Sekolah-sekolah yang vakum karena adanya pergolakan untuk merebut kekuasaan dihidupkan kembali. Bahkan disempurnakan setelah keksuasaan berada ditangan bangsa sendiri. Gedung sekolah raja atau kweekschool masih tetap berdiri megah, mulai tahun 1946 diaktifkan kembali sebagai tempat pendidikan bagi anak negeri.

Dalam pertumbuhannya banyak terjadi perubahan dan pergantian nama sekolah. Perubahan dan pergantian nama lembaga pendidikan ini sebagai berikut:

  1. Tahun 1946 didirikan Sekolah Menengah Tinggi/SMT

Sekolah ini dipimpin oleh Dr. Roesma. Lama pendidikan tiga tahun.

  1. Tahun 1950 SMT diubah namanya menjadi sekolah menengah atas/SMA.

Sekolah ini dipimpin oleh Manna. Lama pendidikan juga tiga tahun. Tahun 1951 sekolah ini dibawah pimpinan Nasir Sutan Mudo.

  1. Tahun 1954 SMA dibagi dua menjadi
    • SMA I B yang dipimpin oleh Sabirin
    • SMA II AC, pimpinannya adalah Bapak Adam Saleh tahun 1958 SMA I B dipimpin oleh Nasir Sutan Rajo Intan, sedangkan SMA II AC dipimpin oleh R. Kardan. Lama pendidikan tiga tahun.
  2. Tahun 1960 SMA II AC dipecah lagi menjadi:
    • SMA II C yang tetap dipimpin oleh R. Kardan
    • SMA Teladan A dipimpin oleh Tobing
  3. Tahun 1960 SMA II AC diubah menjadi SMA 2 Bukittinggi.

Pimpinan SMA Negeri 2 Bukittinggi

sunting

Setelah SMA II C berubah nama menjadi SMA Negeri 2 Bukittinggi, sampai sekarang telah teracatat beberapa nama yang pernah menjabat sebagai pimpinan. Nama-nama pimpinan itu adalah sebagai berikut:

  1. R. Kardan (1960-1962)
  2. Rusli Missi Lanjumin (1962-1966)
  3. Yaflis (1966-1967)
  4. Nursamin (1967-1975)
  5. Amir Umar (1975-1984)
  6. Usman Luthan (1984-1990)
  7. Syarfi Mahmud (1990-1992)
  8. Drs. H. Rivai Syarif (1992-1995)
  9. Drs. Ali Asmar (1995-1996)
  10. Drs. Zulkifli Johneva, SH (1996-2001)
  11. Drs. Yunis Faizal, SH, MM (2001-2005)
  12. Drs. H. Muslim, MM (2005-2013)
  13. Ermizar, S.Pd M.Si (2013-2023)
  14. Murnita, SPd.,Mpd. (2023-sekarang)

Fasilitas

sunting

Berbagai fasilitas dimiliki SMAN 2 Bukittinggi untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Fasilitas tersebut antara lain:

Ekstrakurikuler

sunting

SMA Negeri 2 memiliki banyak kegiatan ekstrakurikuler, diantaranya,

Setiap organisasi dapat dibentuk atas persetujuan sekolah (baik pimpinan sekolah, OSIS, maupun para majelis guru, serta memiliki satu pembina untuk organisasi baru), dengan syarat ada salah satu atau dua anggota yang berada di bawah semester 4 (kelas dua).

Pranala luar

sunting