SMA Negeri 17 Bandung
SMA Negeri (SMAN) 17 Bandung, merupakan salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri yang ada di Kota Bandung Provinsi Jawa Barat, Indonesia.[2] Sama dengan SMA pada umumnya di Indonesia masa pendidikan sekolah di SMAN 17 Bandung ditempuh dalam waktu 3 tahun pelajaran, mulai dari Kelas X, XI dan XII.
SMA Negeri 17 Bandung | |
---|---|
Informasi | |
Didirikan | 1984 |
Akreditasi | A[1] |
Nomor Statistik Sekolah | 301026018140 |
Nomor Pokok Sekolah Nasional | 20219235 |
Kepala Sekolah | Drs. Agus Setia Mulyadi (2020-sekarang) |
Ketua Komite | Ir. Darman Darwis, M.M |
Jumlah kelas | 30 Kelas |
Jurusan atau peminatan | IPA dan IPS |
Kurikulum | Kurikulum 2013 |
Alamat | |
Lokasi | Jalan Tujuh Belas Caringin Babakan Ciparay, Bandung, Jawa Barat, Indonesia |
Tel./Faks. | 022-6078486 |
Koordinat | -6.9424774, 107.5715522 (6°56'31.2"S 107°34'29.6"E) |
Situs web | http://sman17bandung.sch.id |
Surel | sman17bandung.info@gmail.com |
Moto | |
Moto | Cageur, Bageur, Bener, Pinter tur Singer |
Akreditasi
suntingTahun : 2017
No SK : 02.00/330/BAP-SM/XI/2017
Standar Isi : 97
Standar Proses : 95
Standar Kompetensi Lulusan : 88
Standar PTK : 96
Standar Sarpras : 91
Standar Pengelolaan : 92
Standar Pembiayaan : 93
Standar Penilaian : 89
Nilai Akhir : 93
Peringkat : A
Sejarah
suntingSekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 17 Bandung mulai dirintis pada tahun 1982 oleh Bapak Drs. Muhammad Yahya Hasyim. Beliau adalah Kepala SMA Negeri 7 Bandung saat itu, dengan wakil Drs. Iskandar Yahya. Hal ini diawali dari gagasan pembentukan sekolah baru, karena banyaknya calon siswa yang ingin masuk ke SMA Negeri 7 Bandung pada tahun 1982, di mana saat itu hanya bisa menerima 10 kelas. Tetapi, calon siswa yang ingin masuk lebih dari jumlah yang ditentukan, sampai dengan 15 kelas. Hal ini juga dikarenakan, minat masyarakat untuk menyekolahkan putra-putrinya saat itu cukup tinggi.
Kantor Wilayah Depdikbud Provinsi Jawa Barat mengizinkan SMA Negeri 7 Bandung untuk menerima 11 kelas, yang berarti kelebihan 4 kelas. Kemudian, Bapak Drs. Muhammad Yahya Hasyim selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 7 Bandung, segera menghadap ke Kanwil Depdikbud Jawa Barat, untuk membicarakan kelebihan kelas tersebut. Kebetulan pada saat itu Kanwil Depdikbud Provinsi Jawa Barat sedang merencanakan pendirian sekolah negeri baru.
Berdasarkan hasil musyawarah, maka siswa yang tidak dapat ditampung di SMA Negeri 7 Bandung ditempatkan di sekolah baru yaitu SMA Negeri kelas jauh atau filial SMA Negeri 7 Bandung yang berlokasi di SD Pajagalan. Selanjutnya dikenal dengan SMA Negeri 17 Bandung.
Tahun 1983, SMA Negeri 17 Bandung menerima siswa kelas satu sebanyak 5 kelas. Kelas ini berlokasi di SD Pajagalan No. 48, sedangkan kelas 2 dipindahkan ke SMA Negeri 7 Bandung di Jalan Lengkong Kecil. Setelah mempunyai kelas 1, 2 dan 3, maka keluarlah Surat Keputusan No.0558/O/1984 yang ditandatangani oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Prof. Dr. Nugroho Notosusanto, SH., tentang Pendirian Sekolah yang menyatakan bahwa filial SMA Negeri 7 Bandung, resmi menjadi SMA Negeri ke–17 yang ada di Kotamadya Bandung, dengan lokasi sementara di SD Pajagalan dan di SMA Negeri 7 Bandung.
Setelah SMA Negeri 17 Bandung diresmikan, maka permasalahan yang dihadapi adalah lulusan angkatan pertama tahun 1984 apakah termasuk lulusan SMA Negeri 7 Bandung atau SMA Negeri 17 Bandung. Berdasarkan hasil musyawarah, maka ditetapkan bahwa angkatan tersebut sebagai lulusan pertama SMA Negeri 17 Bandung.
Sejarah Bangunan
suntingGedung SMA Negeri 17 Bandung mulai dibangun pada bulan Agustus hingga Desember 1985.[3] Tanggal 15 Desember 1985 Tata Usaha SMA Negeri 17 menempati bangunan di Jalan Caringin Babakan Ciparay Bandung, dan tanggal 2 Januari 1986 guru dan murid mulai menempati bangunan baru. Saat itu, bangunan SMA Negeri 17 Bandung baru mempunyai 8 ruang kelas, sehingga adanya waktu pembagian shift belajar kelas 2 dan 3 antara masuk pagi dan siang.
Pada bulan Maret 1986, SMA Negeri 17 Bandung menambah tiga bangunan, yang salah satunya untuk ruang keterampilan. Kemudian, tahun 1988 SMA Negeri 17 Bandung berhasil menambah dua bangunan, 1994 bertambah 4 bangunan, dan pada tahun 1996 dibangun ruang perpustakaan. Sehingga, pada akhir tahun pelajaran 1996/1997 atau awal tahun pelajaran 1997/1998, SMA Negeri 17 Bandung telah memiliki 16 ruang kelas, dengan tambahan bangunan perpustakaan.
Fasilitas
suntingBerbagai fasilitas dimiliki SMAN 17 Bandung untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Fasilitas tersebut antara lain:
- Masjid
- Free Hotspot/Wi-fi
- Lapangan Basket
- Lapangan Futsal
- Kelas
- Perpustakaan
- Laboratorium Biologi
- Laboratorium Fisika
- Laboratorium Kimia
- Laboratorium Komputer
- Aula
- Kantin
- Green house
- Hidroponik
- Taman
Ekstrakurikuler
suntingSMA Negeri 17 memiliki banyak kegiatan ekstrakurikuler, di antaranya,
- Palang Merah Remaja (PMR)
- Paskibra
- Pramuka
- Ikatan Remaja Masjid (IRMA)
- Kabaret (Bakatuwla)
- Vokal Grup (SST)
- Perkusi (SST)
- Angklung (SST)
- Musik Modern (SST)
- Tari Tradisional (SST)
- Cover Dance (DIC)
- Kelompok Seni Tujuh Belas
- Futsal
- Basket (Seventeen)
- Voli
- Pecinta Alam (PPRPG Girilaya)
- Karate
- Taekwondo
- Pencak Silat (Tadjimalela)
- Mading
- IT (Satelit)
- English Club
Alumni
sunting- Ustadz Hariri
- Anandito Dwis (Penyanyi grup musik Adam Musik)
- Dicky Satria Putra (Pemeran Jupri di Preman Pensiun)
- Gazan Azka Ghafara (Pemilik Usaha Zanana Chips)
- Nurman Farieka Ramdhani (Pemilik Usaha Hirka/Sepatu Kulit Ceker Ayam Pertama Di Dunia)
- Yisti Yisnika (Pemilik Usaha Oclo/Our Cloth Diarsipkan 2020-08-13 di Wayback Machine.)
Referensi
sunting- ^ Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan "Data Referensi Sekolah" Diarsipkan 2019-02-28 di Wayback Machine.
- ^ Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. "Pencarian DAPODIKMEN Jenjang: SMA, Provinsi: Prop. Jawa Barat, Kabupaten: Kota Bandung". Diakses tanggal 15-01-2014. [pranala nonaktif permanen]
- ^ "Situs Web Resmi SMAN 17 Bandung". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-11-01. Diakses tanggal 2020-01-10.