Dr. dr. Rushdy bin Hoesein bin Umar Alaydrus, M.Hum. (lahir 4 Juni 1945) adalah sejarawan Indonesia[1] yang keturunan Arab-Indonesia Golongan Alawiyyin marga Alaydrus. Ia masih ada hubungan keluarga dengan Habib Husain bin Abu Bakar Alaydrus atau Habib Luar Batang.[2] Sejak ia masuk dalam dunia sejarah, ia aktif menjadi narasumber dan pembicara di berbagai kesempatan dan sering kali muncul dalam televisi atau media cetak/online. Beliau sangat aktif menulis, baik di laman Facebooknya mau di blog buatannya sendiri yang diberi nama Sejarah Kita. Saat ini ia aktif sebagai ketua dewan pembina pada komunitas sejarah terbesar di Indonesia yaitu Komunitas Historia Indonesia (KHI).

Rushdy Hoesein Alaydrus
LahirRushdy Hoesein
4 Juni 1945 (umur 79)
Jatinegara, Jakarta Timur, DKI Jakarta, Indonesia
AlmamaterUniversitas Indonesia
PekerjaanSejarawan
Situs webhttp://www.komunitashistoria.com

Riwayat Pendidikan

sunting

Setelah dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI), Rushdy Hoesein dilantik sebagai dokter umum pada awal 1973. Tahun 1990, ia mengikuti pendidikan pascasarjana pada Bagian Farmakologi FK UI. Pada tahun 2000–2003, ia mengikuti program S-2 Ilmu Sejarah pada Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI).[3] Pada 2004, ia mengikuti program S-3 Ilmu Sejarah di FIB UI dan lulus pada 2009.[4]

Riwayat Aktivitas

sunting

Tahun 2003, bersama Ali Alatas, Frans Seda, Harjono (mantan Duta Besar RI untuk Portugal), Urip Santoso, Hafas, dan Jimy mendirikan Asosiasi Persahabatan dan Kerjasama Indonesia Portugal. Tahun 2007 mendirikan Perhimpunan Sejarah Kedokteran Indonesia.[5] Kemudian aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan kesejarahan yang diselenggarakan oleh Komunitas Historia Indonesia (KHI) hingga pada akhirnya bergabung menjadi pembina sejak tahun itu.[6] Kiprahnya dalam dunia sejarah terbukti memperkuat eksistensi Komunitas Historia Indonesia (KHI) yang didirikan oleh Asep Kambali pada tahun 2003 itu.

Sebagai sejarawan yang fokus pada persoalan-persoalan sejarah kontemporer, Rushdy Hoesein menerbitkan buku yang berjudul 'Terobosan Sukarno dalam Perundingan Linggarjati' pada tahun 2014 yang diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas.[7]

Referensi

sunting

Pranala luar

sunting