Keruntuhan paus adalah bangkai dari paus yang jatuh ke dasar laut di zona bathyal dan zona abyssal.[2] Biasanya ditemukan di kedalaman lebih dari 2000 meter, dan bangkai paus yang besar membentuk ekosistem yang mampu mensuplai organisme laut dalam dengan makanan selama puluhan tahun.[3] Jika bangkai paus berada di laut dangkal, maka bangkai paus akan lebih cepat hancur dikonsumsi oleh komunitas laut dangkal yang lebih padat dibandingkan komunitas ekosistem laut dalam. Organisme yang ditemui telah berada di runtuhan bangkai paus yaitu isopoda raksasa, lobster, cacing laut, udang, kepiting, ikan hag, Osedax, timun laut, dan hiu.

Tulang belulang dari paus abu-abu seberat 35 ton di basin Santa Cruz, setelah 18 bulan kematian paus. Terlihat berbagai organisme mendiaminya.[1]

Penemuan

sunting
 
Bangkai paus yang telah ditempatkan di basin Santa Catalina secara sengaja lima tahun lalu, telah menjadi tulang belulang dan diangkat kembali untuk dianalisis.

Petunjuk pertama bangkai paus didiami oleh organisme khusus ditemukan pada tahun 1854 ketika kerang jenis baru ditemukan di dalam lapisan lemak paus (blubber) yang mengapung di permukaan laut. Pada tahun 1960, sebuah kapal pukat laut dalam scara tidak sengaja menemukan moluska baru yang menempel pada tulang paus.[4]

Bangkai paus pertama kali ditemukan secara langsung di laut dalam oleh angkatan laut Amerika Serikat menggunakan kapal selam Bathyscaphe Trieste II. Bangkainya sudah tidak berdaging dan yang terlihat hanya tulang belulang. Kapal selam tersebut mampu membawa tulang rahang dan tulang sirip dari paus. Diperkirakan jenis pausnya merupakan paus abu-abu berdasarkan ukuran tulang, rahang yang tidak bergigi, dan lokasi temuannya di Santa Catalina.[5]

Temuan berikutnya dilakukan secara tidak sengaja oleh pakar biologi kelautan dari Universitas Hawaii dengan kapal selam DSV Alvin. Lokasinya berdekatan dengan lokasi temuan pertama, yaitu di Santa Catalina, California.[4] Seiring dengan perkembangan teknologi sonar dan kapal selam ilmiah laut dalam, bangkai paus semakin mudah ditemukan di berbagai laut di seluruh dunia.

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Russo, Julie Zeidner (24 August 2004). "This Whale's (After) Life". NOAA's Undersea Research Program. NOAA. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-11-03. Diakses tanggal 13 November 2010. 
  2. ^ http://www.columbia.edu/~rwb2103/whale/whalefallintro.html Diarsipkan 2010-03-16 di Wayback Machine. Whale fall intro.
  3. ^ Lloyd, Robin (18 May 2007). "New Creature Found Living in Dead Whale". LiveScience. Diakses tanggal 2 March 2010. 
  4. ^ a b Little, Crispin T. S. (February 2010). "The Prolific Afterlife of Whales". Scientific American: 78–84. Diakses tanggal 2 March 2010. 
  5. ^ http://www.bathyscaphtrieste.org/contents/divelog/logdsv1.html TRIESTE II Dive #76-T3; entry by one of the named pilots.

Bahan bacaan terkait

sunting

Kaim, A., Kobayashi, Y., Echizenya, H., Jenkins, R. G., & Tanabe, K. (2008). "Chemosynthesis-based associations on Cretaceous plesiosaurid carcasses". Acta Palaeontologica Polonica 53, 1, 97–104. 

Pranala luar

sunting