Rohana Muthalib

Ahli kecantikan asal Indonesia (1900–1983)

Rohana Muthalib (29 April 1900 – 07 April 1983) adalah seorang ahli kecantikan wanita yang menjabat sebagai Wali Kota Pontianak dari tahun 1952 hingga 1956.

Rohana Muthalib
[[ Wali Kota Pontianak]] ke-3
Masa jabatan
1952–1956
GubernurMoerdjani
Mas Subarjo
R. T. A. Milono
Sebelum
Pendahulu
A.D.S. Hidayat
Pengganti
Soemartoyo
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir(1900-04-29)29 April 1900
Meninggal7 April 1983(1983-04-07) (umur 82) (83 tahun)
Jakarta, Indonesia
MakamBogor, Jawa Barat, Indonesia
AnakDr. Abdullah Idwan Muthalib, M.P.H.(Iwan)
Edwin Muthalib (Win)
Erna Fatma Muthalib , S.H.(Nani)
Ahmed Muthalib (Achy)
Barmansjah Latief Muthalib (Basje)
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Sebelum diangkat sebagai Wali Kota Pontianak, ia bekerja sebagai ahli kecantikan. Ia lulus dengan gelar tata rias dari Cor van der Leeuw Institute.[1] Dirinya menjadi orang Indonesia pertama yang menjadi ahli kosmetik setelah lulus.[2]

Kehidupan awal

sunting

Rohana merupakan anak dari Djamin Datuk Mangkuto Sati dan Siti Sawiyah asal Minangkabau. Sang ayah pernah menjadi asisten demang Onderdistrik Baso.[3]

Ia bersaudara kandung dengan Noermattias Datuk Bagindo Sati, yang merupakan ayah Kris Noermatias (Duta Besar Indonesia di Jerman Timur 1982-1985).[4]

Wali Kota Ponitanak

sunting

Ia diangkat menjadi Wali Kota Pontianak oleh Menteri Dalam Negeri Mohammad Roem pada 1952 dan menjabat selama empat tahun sampai 1956.[5] Ia menjadi wali kota wanita yang ditunjuk selama masa Roem setelah Wali Kota Manado Augustine Magdalena Waworuntu.[6] Dirinya merupakan wali kota perempuan pertama yang menjabat sebagai Wali Kota Pontianak.[7]

Selama memimpin Pontianak, Rohana dipuji Roem karena memperbaiki masalah ringan tetapi signifikan di kota seperti masalah sampah dan lubang.[6] Ia dikabarkan dalam suatu kesempatan menghabiskan uang Rp 250.000 untuk perpanjangan delapan jalan utama dalam kota, perbaikan jembatan, hingga perbaikan trotoar.[8]

Selama masa jabatannya, ia menghadapi protes dari serikat pekerja yang berafiliasi dengan Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia.[6] Serikat buruh menuntut kenaikan gaji. Namun — seperti yang dijelaskan Roem — ia menangani para pengunjuk rasa seperti "anak-anaknya sendiri" dan berhasil memenuhi permintaan tersebut.[9]

Pada 1954, ia mengadakan pameran pers pertama di kota itu. Pameran yang diselenggarakan oleh koran Pembangunan ini menampilkan ribuan terbitan harian dan majalah.[10]

Ia memulai program untuk menyediakan air bersih bagi kota tersebut pada akhir tahun 1955 hingga 1956, yaitu merujuk pula pada akhir masa jabatannya itu.[11]

Kehidupan pribadi

sunting

Ia menikah dengan Ir. Abdul Muthalib. Pernikahan tersebut menghasilkan lima (5) orang anak yang bernama Iwan, Win, Erna Fatma (Nani Razak), Achy, dan Basje.[1]

Nani Razak merupakan pengacara terkenal di Jakarta dan tercatat sebagai pengacara perempuan pertama Indonesia.[12][13]

Akhir kehidupan

sunting

Setelah pengunduran dirinya dari jabatan wali kota, ia menyatakan bahwa lebih mudah duduk di salon kecantikan daripada duduk sebagai walikota.[9]

Sejak 1978, ia menjalani beberapa kali perawatan di rumah sakit karena komplikasi.[11] Ia wafat pada tanggal 7 April 1983 pukul 23.00 WIB di Jakarta. Dirinya dimakamkan di sebuah pemakaman di Bogor yang bernama Taman Pemakaman Umum (TPU) Blender.[1]

Penghormatan

sunting

Aula utama di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pontianak dinamakan sebagai "Muthalib," yang juga turut terinspirasi dari nama belakangnya atau nama keluarga suaminya.[7]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c Roem, Mohammad (1989). Diplomasi Ujung Tombak Perjuangan RI. Jakarta: Gramedia. hlm. 362. ISBN 9789794036297. 
  2. ^ Roem, Mohammad (1989). Diplomasi Ujung Tombak Perjuangan RI. Jakarta: Gramedia. hlm. 363. ISBN 9789794036297. 
  3. ^ https://khastara.perpusnas.go.id/uploads/opac/424011_SOEARA_RAKJAT_PADANG_1914_November_23_Tahun_02_No__001.pdf
  4. ^ Hasril Chaniago; Rahmat Irfan Denas, ed. (2023). Ensiklopedia Tokoh 1001 Orang Minang. 2. Padang: UMSB Press. hlm. 284–285. 
  5. ^ Suwondo, Nani (1968). Kedudukan wanita Indonesia dalam hukum dan masjarakat [The position of Indonesian women in law and society]. Jakarta: Timun Mas. hlm. 104. 
  6. ^ a b c Roem, Mohammad (1989). Diplomasi Ujung Tombak Perjuangan RI. Jakarta: Gramedia. hlm. 364. ISBN 9789794036297. 
  7. ^ a b Gunawijaya, Rahmat (14 April 2020). "Suara dan Kiprah Perempuan Dalam Politik di Provinsi Kalimantan Barat". Raheema. 6 (1): 3. Diakses tanggal 23 December 2020. 
  8. ^ "Verbinding Pulau Seribu: Burgemeester Sudiro opent geregelde eilandendienst". Java-bode. Pontianak. 18 March 1954. Diakses tanggal 23 December 2020. 
  9. ^ a b Roem, Mohammad (1989). Diplomasi Ujung Tombak Perjuangan RI. Jakarta: Gramedia. hlm. 365. ISBN 9789794036297. 
  10. ^ "Officieren naar V.S." Java-bode. Pontianak. 23 August 1954. Diakses tanggal 23 December 2020. 
  11. ^ a b Roem, Mohammad (1989). Diplomasi Ujung Tombak Perjuangan RI. Jakarta: Gramedia. hlm. 366. ISBN 9789794036297. 
  12. ^ https://www.lawoffice-rstp.com/2010/08/organisasi-advokat-pecah-sepanjang.html
  13. ^ dkk, Dian Nafi (2022-04-15). Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Demak. Hasfa. ISBN 978-602-7693-22-7.