Riyono Pratikto (lahir di Semarang, 27 Agustus 1932 - meninggal di Bandung, 30 Oktober 2005 pada usia 73 tahun), adalah pengarang cerita pendek yang sangat produktif pada tahun 1950-an. Keistimewaannya ialah menulis cerita-cerita seram. Cerita pendeknya sudah dimuat dalam Majalah Mimbar Indonesia yang terkemuka waktu itu, ketika ia masih duduk di SMP Tegal (1949).

Riyono Pratikto
Lahir(1932-08-27)27 Agustus 1932
Semarang, Jawa Tengah.
Meninggal30 Oktober 2005(2005-10-30) (umur 73)
Bandung
KebangsaanIndonesia
PekerjaanSastrawan, Dosen

Dia dikenal sebagai penulis cerita (pendek dan panjang) yang produktif sekali. Karyanya yang sudah terbit sebagai buku adalah “Api”, “Si Rangka dan Beberapa Cerita Pendek Lain” (1958), di samping terjemahan dari pengarang Soviet Boris Lavrenyov “Yang Keempatpuluh Satunya” (1958) dan "Pasukan Berani Mati (1985). Ada pula tiga dua karya Riyono yang terbit di Malaysia yakni Wira Muda dari Ambarawa (1993) yang merupakan terjemahan dari buku "Pasukan Berani Mati" dan Sepanjang Sungai Sepanjang Bukit (1993). Riyono pernah juga memperoleh hadiah majalah Kisah untuk cerita pendeknya “Melalui Biola” (1954).

Cerpen-cerpen Riyono banyak mengangkat segi-segi alam gaib yang misterius dan menyeramkan. H.B. Jassin menjulukinya sebagai “pengarang cerita-cerita seram”. Sedangkan Ajip Rosidi pernah membandingkan Riyono dengan Edgar Allan Poe dalam hal keseraman ceritanya, juga dengan Alfred Hithcock dalam hal kepiawaian mengelola ketegangan. Sementara bagi Pramoedya Ananta Toer, Riyono mempunyai tempat tersendiri dan seakan-akan membuat dunia tersendiri.

Selain menulis karya-karya fiksi, Riyono pun menulis karya-karya nonfiksi. Beberapa karya nonfiksi yang sudah dipublikasikan di antaranya:

Komunikasi Pembangunan (1975), Lingkaran-Lingkaran Komunikasi (1982), Jangkauan Komunikasi (1983), Kreatif Menulis Feature (1984), Berbagai Aspek Ilmu Komunikasi (1987), Ba (2016).

Riyono pernah kuliah di ITB tetapi tidak selesai. Pada tahun 1969, ia lulus/tamat dari Fakultas Publisistik/Ilmu Komunikasi UNPAD Bandung. Riyono kemudian menjadi dosen di almamaternya di samping mengajar juga di berbagai lembaga pendidikan lain, terutama yang bernaung di bawah Departemen Penerangan.

Pranala luar

sunting