Kemiri sunan

genus tumbuh-tumbuhan
(Dialihkan dari Reutealis trisperma)
Kemiri sunan
Philippine tung
Plat R. trisperma oleh Francisco Manuel Blanco
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Klad: Tracheophyta
Klad: Angiospermae
Klad: Eudikotil
Klad: Rosid
Ordo:
Famili:
Subfamili:
Tribus:
Subtribus:
Genus:
Reutealis

Spesies:
R. trisperma
Nama binomial
Reutealis trisperma
Sinonim

Aleurites trisperma Blanco

Kemiri sunan (Reutealis trisperma, sinonim Aleurites trisperma) adalah sejenis tumbuhan penghasil minyak nabati yang berguna dalam industri pengecatan dan pengolahan kayu. Secara taksonomi, spesies ini adalah satu-satunya anggota marga Reutealis dari suku getah-getahan (Euphorbiaceae). Tumbuhan ini berasal dari kepulauan Filipina, dan karena produk minyaknya serupa penggunaannya dengan minyak tung sebagai vernis pelapis cat/kayu, produk minyaknya disebut "minyak tung filipina".

Di Indonesia, tumbuhan ini mulai dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar nabati, selain sebagai sumber minyak vernis.[2][3]

Meskipun IUCN menggolongkan status konservasi tumbuhan ini sebagai spesies rentan,[1] berbagai kultivar unggul telah diseleksi, seperti kemiri 'Sunan 1' (seleksi dari populasi lokal Majalengka) dan 'Sunan 2' (seleksi dari populasi lokal Banyuresmi, Garut) (keduanya dirilis 2008 oleh Balittri), serta juga 'Kermindo 1' dan 'Kermindo 2' (dirilis 2014)[4]

Kondisi Pertumbuhan dan Varietas Unggul

sunting

Pohon kemiri sunan dapat bertumbuh pada daerah yang berada pada ketinggian 1000m di atas permukaan laut, dengan suhu udara meoderat (24o-300 C), curah hujan 1.500-2.000 mm per tahun, serta kelembaban udara 71-88% dan lama penyinaran 2000 jam/tahun. Kemiri sunan dapat tumbuh dengan kondisi tanah dengan pH masam, solum tanah yang dalam, (>0,5 m), tekstur tanah lempung hingga lempung berpasir, dan kedalaman air tanah >1 m. tumbuhan kemiri sunan bersifat resilient, dan dapat tumbuh pada bidang tanah yang tandus dan asam.[5][6] Hal lain yang bersangkutan dengan potensi penggunaan tanaman ini adalah varietasnya. Populasi kemiri sunan pada daerah Balong dan Cigempol memiliki keunggulan dibandingkan dengan kemiri sunan lainnya. Selain memiliki produktivitas yang lebih tinggi, kedua jenis kemiri sunan ini juga memiliki ketahanan terhadap berbagai hama dan penyakit tumbuhan. Kedua varietas ini telah ditetapkan sebagai varietas unggulan dengan nama Kermindo 1 dan Kermindo 2.[7]

Pemanfaatan

sunting

Sebagai biodiesel

sunting

Tumbuhan Aleurites trisperma, atau dikenal sebagai Kemiri sunan berbeda dengan tumbuhan kerabatnya Aleurites moluccana, yang merupakan tanaman kemiri yang umum digunakan sebagai bumbu dapur. Tumbuhan kemiri yang dapat digunakan sebagai bumbu dapur juga memiliki banyak fungsi lain seperti untuk menghasilkan minyak nabati, vernis, pelapis kayu, pelapis cat, sumber kayu bangunan, obat pencahar dan sebagainya, namun kemiri sunan belum umum digunakan, karena memiliki kandungan toxin yang lebih tinggi dari kemiri sehingga disebut sebagai pohon racun,[6] dan karena spesies sunan yang dianggap spesies rentan atau terancam punah sehingga eksplorasi tumbuhan ini masih kurang,[8] namun biji kemiri sunan dianggap memiliki potensi besar dalam penghasilan biodiesel sebagai bahan bakar alternatif.[5][6]

Perbandingan nilai hasil uji minyak kemiri sunan dibandingkan dengan parameter standar kualitas untuk biodiesel

sunting
Parameter mengacu pada SNI [9]
No. Parameter dan satuannya Batas nilai

(SNI 7182:2006)

Batas nilai

(SNI 7182:2012)

Hasil Pengujian
1. Massa jenis pada 40 °C, kg/m³ 850-890 850-890 881.2
2. Viskositas kinematik pada 40 °C, mm²/s (cSt) 2.3-6 2.3-6 4.4
3. Angka setana min. 51 min. 51 53.9
4. Titik nyala (mangkuk tertutup), °C min. 100 min. 100 129.5
5. Titik kabut, °C maks. 18 maks. 18 12
6. Korosi bilah tembaga, (3 jam, 50 °C) maks. no. 3 maks. no.1 no. 1b
7. Air dan sedimen, %-vol maks. 0.05 maks. 0.05 0
8. Abu tersulfatkan, %-b maks. 0.02 maks. 0.02 0.02
9. Belerang, ppm-b (mg/kg) maks. 100 maks. 100 13
10. Fosfor, ppm-b (mg/kg) maks. 10 maks. 10 0.98
11. Angka asam, mg-KOH/g maks. 0.8 maks. 0.6 0.1044
12. Gliserol bebas, %-b maks. 0.02 maks. 0.02 0.0091
13. Gliserol total, %-b maks. 0.24 maks. 0.24 0.2086
14. Kadar ester alkil, %-b min. 96.5 min. 96.5 99.56
15. Angka iodium, %-b

(g-I2/100g)

maks. 115 maks. 115 95.24
16. Uji Haphen negatif - negatif
17. Nilai kalor, MJ/kg - - 39.7758

Sebagai pohon konservasi

sunting

Selain pemanfaatan produk dari kemiri sunan, tumbuhan ini sendiri memiliki potensi dalam konservasi lahan terdegradasi. Kemiri sunan memiliki akar yang kuat dan dapat bertumbuh 3 hingga 9 meter ke dalam tanah, dan memiliki daya tampung air yang tinggi, sehingga tumbuhan ini dapat mencegah terjadinya erosi. Selain itu, kemiri sunan memiliki sifat adaptabilitas yang tinggi dan dapat tumbuh di tempat yang ekstrem, sehingga lahan bekas pertambangan, maupun lahan bekas pertanian yang sudah tidak lagi baik dapat tetap digunakan untuk menumbuhkan kemiri sunan.[10]

Analisis Metabolomik dan Komposisi

sunting

Analisis metabolomik yang tekah dilakukan untuk mengkarakterisasi kandungan senyawa pada biji kemiri sunan dilakukan dengan menggunakan Gas Chromatography dengan detektor Flame ionization Detector (FID), dengan kolom kapiler nonpolar DB 5-HT-(5% phenyl)methyl polixinoxane dan panjang kolom 15 m, diameter kolom (id) 320 μm dan film 0,10 μm. Kondisi operasi yang digunakan dengan suhu 100 oC (1 min), rate 20 oC/menit, 380 oC (5 menit), suhu inlet 300 oC, suhu detektor 350 oC, running selama 20 menit.[11]

Komposisi Biji Kemiri Sunan

sunting

Kompisisi Total[12]

sunting
Komposisi Nilai
Air (% Berat) 10.23
Minyak (%db) 51.34
Serat (%db) 7.29
Protein (%db) 17.06
Abu (%db) 3.30
Karbohidrat (berdasarkan perbedaan) 10.78

Komposisi Asam Lemak [12][13]

sunting
Jenis Asam Lemak Persentase
Asam α-oleostearat 50
Asam linoleat 12.31-19.00
Asam oleat 10-12
Asam palmitat 8.32-10.00
Asam behenat 4.7-9.00
Asam stearat 3.73
Asam palmitoleat 1.28
Asam miristat 0.001

Potensi Ekonomi

sunting

Potensi ekonomi kemiri sunan menyangkut berbagai aspek dan sumber daya manusia, mulai dari penyediaan bahan tanam dengan jasa penyedia galur mulia, petani untuk menumbuhkan dan memproduksi biji, buruh untuk mengekstrak minyak dari biji, industri hilir yang mengolah minyak kasar menjadi biodiesel dan mengekstrak asam oleostearat, serta industri hilir yang mengolah produk buangan. Secara ekonomis, tingkat usaha kelayakan untuk usaha produksi benih kemiri sunan diperoleh nilai rasio R/C positif sebesar 1,35, dimana nilai R/C memperkirakan keberterimaan dalam penggunaan produk oleh masyarakat, dan nilai R/C positif menandakan keberterimaan masyarakat akan produk tersebut akan tinggi, dan dapat menghasilkan untung (B/C atau rasio keuntungan per modal) yang tinggi pula. Pada berbagai skenario perkiraan untuk budidaya kemiri sunan pun, seperti budidaya 10.000 hektar untuk produksi biodiesel, budidaya 1.000 hektar untuk produksi biodiesel, serta budidaya 10.000 hektar untuk produksi biji, dengan suku bunga 7 %, masih didapatkan nilai rasio B/C dan rasio R/C positif diatas satu.[6]

Rujukan

sunting
  1. ^ a b World Conservation Monitoring Centre (1998). "Reutealis trisperma". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2012.2. International Union for Conservation of Nature. Diakses tanggal 27 May 2013. 
  2. ^ "Salinan arsip" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2014-04-21. Diakses tanggal 2014-03-29. 
  3. ^ http://www.antaranews.com/berita/426543/boyolali-kembangkan-kemiri-sunan-untuk-biodiesel
  4. ^ YUNI IKAWATI. Mendayagunakan Kemiri Sunan. Kompas bebas. Edisi 28 Januari 2019. Diakses 28 Januari 2019.
  5. ^ a b Supriadi, H., K.D. Sasmita, dan U. Daras. 2009. Bunga Rampai Kemiri Sunan Penghasil Biodiesel, Solusi Masalah Energi Masa Depan. Tinjauan Agroklimat Wilayah Pengembangan di Jawa Barat. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri. Hal 73-82.
  6. ^ a b c d Syafaruddin dan A. Wahyudi, 2012. Potensi varietas unggul kemiri sunan sebagai sumber energi bahan bakar nabati. Persfektif 11(1): 59-67
  7. ^ Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2015. Inovasi Pertanian untuk Kemandirian Pangan dan Energi. IAARD Press. hal58.
  8. ^ World Conservation Monitoring Centre (1998). "Reutealis trisperma". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2012.2. International Union for Conservation of Nature. Diakses tanggal 27 May 2013
  9. ^ Aunillah A., dan D. Pranowo. 2012. Karakteristik biodiesel kemiri sunan (Reutealis trisperma [Blanco] Airy Shaw) menggunakan proses transesterifikasi dua tahap. Buletin RISTRI 3 (3): 193-200
  10. ^ Herman, M. M. Syakir, D. Pranowo, Saefudin, Sumanto, 2013. Kemiri Sunan (Reutealis trisperma (Blanco) Airy Shaw) Tanaman Penghasil Minyak Nabati dan Konservasi Lahan. IAARD Press, Jakarta: 88 hlm
  11. ^ Anggraini, S. D., Utami, T. P., Prasetyoko, D., 2013. SINTESIS DAN KARAKTERISASI BIODIESEL DARI MINYAK KEMIRI SUNAN (Reutealis trisperma Oil) DENGAN KATALIS KOH (VARIASI KONSENTRASI KATALIS). Jurnal MIPA. 36(2):178-184
  12. ^ a b Berry, M. Herman, D. Pranowo, dan A. Wahyudi, 2009. Karakteristik minyak kemiri sunan (Aleurites trisperma Blanco) sebagai bahan bakar nabati. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia 2009. Biomass Utilization for Alternative Energy and Chemicals
  13. ^ Vossen, H.A.M. dan B.E. Umali. 2002. Plant resources of South-East Asia No 14. Prosea Foundation. Bogor, Indonesia