Rajawali ekor-baji

spesies burung pemangsa
Rajawali ekor-baji
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Animalia
Filum:
Kelas:
Ordo:
Accipitriformes
Famili:
Genus:
Spesies:
A. audax
Subspesies
  • A. a. audax (Latham,1801)
  • A. a. fleayi (Condon & Amadon, 1954)
Persebaran rajawali ekor-baji

Rajawali ekor-baji atau Garuda Australia (Aquila audax) adalah burung pemangsa dari famili Accipitridae yang menghuni wilayah Australia dan sebagian Papua. Spesies ini merupakan salah satu dari 12 jenis elang besar Aquila, yang ditandai dengan tunggir berwarna gelap. Secara umum tubuhnya berbulu coklat, dengan rentang sayap sebesar 2,84 m dan panjang tubuhnya mencapai 1,06 m.[2] Burung ini adalah salah satu satwa liar dilindungi di Indonesia.[3]

Deskripsi

sunting

Rajawali ekor-baji betina memiliki berat antara 3–5 kg, sementara jantannya memiliki berat yang lebih kecil yakni 2–4 kg. Panjang tubuhnya bervariasi antara 81 hingga 106 cm, sedangkan rentang sayapnya antara 182–232 cm.[2][4] Rerata berat dan rentang sayap burung pemangsa ini yakni 3,4 kg dan 204,3 cm pada 1930.[5] Sedangkan survei yang dilakukan pada 126 ekor rajawali ekor-baji yakni 3,63 kg dan 226 cm.[6] Rajawali ekor-baji juga tercatat sebagai burung pemangsa dengan rentang sayap paling lebar. Burung rajawali ekor-baji betina yang dibunuh di Tasmania pada 1931 memiliki rentang sayap 284 cm, dan individu betina lainnya memiliki rentang sayap 279 cm.

Anakannya berwarna coklat agak pucat dengan sayap dan kepala berwarna cokelat kemerahan. Semakin tua umurnya, warnanya akan semakin gelap hingga berwarna cokelat kehitaman setelah mencapai umur 10 tahun. Burung rajawali ekor-baji di Tasmania umumnya berwarna lebih gelap. Individu betina dewasa cenderung lebih pucat dibandingkan jantan. Meski tidak susah membedakan dengan marga Aquila lain, tetapi ekornya yang panjang dan berbentuk baji merupakan ciri khas rajawali ini.

Persebaran dan habitat rajawali ini terkadang tumpang-tindih dengan elang-laut perut-putih, yang dari segi ukuran dan bentuk hampir sama, meskipun dari bentuk ekor bisa dibedakan. Pada kondisi yang kurang terang atau siluet, keduanya akan tampak mirip. Pengamatan yang lebih dekat akan menunjukkan perbedaan warna pada bagian perut atau ukuran ekornya.

Habitat

sunting

Spesies ini ditemukan di benua Australia (termasuk Tasmania), Indonesia, dan Papua Nugini di hampir segala jenis habitat, meski cenderung umum ditemukan di area terbuka di selatan dan timur Australia. Di Australia, burung ini tersebar di area bergurun, di bagian arid juga ditemukan meski kerapatannya rendah, seperti Basin Danau Eyre. Di Papua Nugini burung ini dapat ditemukan di area perbatasan sabana dan padang rumput.

Saat akan musim berbiak, rajawali ekor-baji akan bertengger secara berpasangan dan saling memikat satu sama lain. Mereka akan terbang secara dramatis dan akrobatis di langit teritori mereka. Kadang-kadang pejantannya menukik dengan kecepatan tinggi menuju pasangannya. Setelah menukik, individu jantan akan terbang naik ke atas betina, sang betina terlihat abai atau malah terbang dengan terbalik, meregangkan cakarnya. Pasangan burung ini juga terkadang terbang berputar-putar.

Sarangnya dibangun di percabangan pohon antara 1–30 m di atas tanah. Namun jika memenuhi syarat tersebut, sarang akan dibangun pasangan burung di tepian tebing. Sebelum sang betina menaruh telurnya, baik jantan dan betina akan membangun sarang menggunakan ranting dan menambahkan daun pada pinggiran sarangnya. Ukuran sarangnya dapat mencapai 2-5 baik lebar maupun kedalamannya. Sang betina biasanya akan bertelur sebanyak dua butir yang akan dierami oleh jantan dan betinanya. Setelah kira-kira 45 hari, telur akan menetas. Awalnya, sang jantan akan berburu keseluruhan dari makanan. Ketika anak rajawali berumur sekira 30 hari, sang betina akan berhenti memamah dan ikut berburu makanan bersama sang jantannya. Anakan rajawali akan sangat bergantung pada induknya hingga berumur 6 bulan setelah menetas. Mereka hanya akan meninggalkan sarang ketika musim berbiak selanjutnya datang.

Mangsa

sunting

Sebagian besar mangsa akan ditangkap di atas tanah atau di udara, walau sedikit kejadiannya. Mangsanya sangat bergantung pada mangsa yang sedang tersedia. Sejak kedatangan orang Eropa, kelinci yang dibawanya merupakan mangsa utama rajawali ini di banyak wilayah.[7] Mamalia yang lebih besar hasil introduksi seperti rubah dan kucing terkadang dimangsa juga, sementara mangsa asli biasanya berupa walabi, kanguru kecil, posum, wombat, koala, dan mamalia berkantung lainnya. Di beberapa area, burung yang menjadi mangsa yaitu kakatua, kalkun liar, itik, gagak, ibis, dan bahkan burung emu muda. Mangsa berupa reptil kurang disukai, tetapi pernah tercatat memangsa kadal, goana, biawak, dan ular. Burung ini juga cukup adaptif dan diketahui berkelompok untuk memangsa kanguru merah besar atau menyebabkan kambing terguling dari tebing curam dan akhirnya luka.[8]

Bangkai juga merupakan makanan rajawali ekor-baji, selain itu mereka juga bisa menemukan gagak Australia di sekitar bangkai dari jarak yang cukup jauh, lalu terbang meluncur menuju arah bangkai. Spesies ini sering terlihat di jalanan Australia, memangsa hewan yang tertabrak oleh kendaraan bermotor.

Referensi

sunting
  1. ^ BirdLife International (2016). "Aquila audax (Wedge-tailed Eagle)". Diakses tanggal 28 July 2021. 
  2. ^ a b Handbook of the birds of the world. Internet Archive. Barcelona : Lynx Edicions. 1992. ISBN 978-84-87334-10-8. 
  3. ^ "Badan Pembinaan Hukum Nasional". jdihn.go.id. Diakses tanggal 2021-08-30. [pranala nonaktif permanen]
  4. ^ Ferguson-Lees, James (2001). Raptors of the world. David A. Christie. Boston: Houghton Mifflin. ISBN 0-618-12762-3. OCLC 46660604. 
  5. ^ Morgan, A. M. (1932). "The Spread and Weight of the Wedge-tailed Eagle (Uroaetus audax)" (PDF). S. A. Ornithologist. 11: 156–157. 
  6. ^ Wood, Gerald L. (1982). The Guinness book of animal facts and feats (edisi ke-3rd ed). Enfield, Middlesex: Guinness Superlatives. ISBN 0-85112-235-3. OCLC 9852754. 
  7. ^ Brooker, Mg; Ridpath, Mg (1980). "The Diet of the Wedge-Tailed Eagle, Aquila Audax, in Western Australia". Wildlife Research (dalam bahasa Inggris). 7 (3): 433. doi:10.1071/WR9800433. ISSN 1035-3712. 
  8. ^ Beattie, W. A. (1980). Beef cattle breeding and management (edisi ke-4th ed). Sydney: Popular Books. ISBN 0-7301-0040-5. OCLC 37101333.