Rajasinga, Terisi, Indramayu

desa di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat


Rajasinga adalah desa di kecamatan Terisi, Indramayu, Jawa Barat, Indonesia.

Rajasinga
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Barat
KabupatenIndramayu
KecamatanTerisi
Kode Kemendagri32.12.26.2005 Edit nilai pada Wikidata
Luas7,65 km2
Jumlah penduduk6.526 jiwa
Kepadatan853,07 jiwa/km2
Peta
PetaKoordinat: 6°28′34″S 108°8′59″E / 6.47611°S 108.14972°E / -6.47611; 108.14972

Pranala luar

sunting

Sejarah Desa

sunting

Nyi Mas Gandasari

Nyi Mas Gandasari di kenal sebagai sosok Wanita Cantik tapi Sakti, ia berasal dari Cirebon. Dalam perjalanannya, ketika di Demang Cirebon(Desa) menjadi bawahan atas Berdirinya Negara Kesultanan Dermayon (Nagari Kasultanan Dermayon) di abad 14 M.

Nyi Mas Gandasari adalah pendiri Demang Caruban atau yang sekarang di kenal sebagai Daerah Cirebon.

Nyi Mas Gandasari sebenarnya berasal dari Kesultanan Aceh, namun karena Kakanya bernama Siti Maemunah(Kesultanan Samudra Pasai) di nikai oleh Gusti Kanjeng Sultan Wiralodra (Sultan Sepuh 1) atau Sultan Indrawijaya Kusuma, Yaitu Pendiri Kesultanan Dermayon 14 M. Nyi Mas Gandasari hidup mengembara hingga di tawarkan sebuah pekerjaan oleh Raja Endang Darma dari Kerajaan Sukakerta(Tasikmalaya) untuk memfitnah Sultan Wiralodra dan Mengadu domba, agar Kerajaan Pajajaran(Sumedang Hindu) dan Kesultanan Dermayon terlibat perang, yang kemudian ketika keduanya sama-sama kekurangan Prajurit dan barulah Kerajaan Sukakerta(Tasikmalaya) bisa menguasai Kedua Daerah tersebut.

Cerita dari warga masyarakat desa Rajasinga merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Bagelen (Kerajaan MedangKamulan/Pegalih/Pegaluh/Galuh) Purworejo yang hingga batas wilayahnya sampai ke Citarum, tetapi karena Nyi Mas Gandasari diutus untuk memfitnah Sultan Wiralodra dan Raja Sumedang agar terjadi perang.

Barulah ide untuk mengadu Domba di lakukan, dengan sosok Nyi Mas Gandasari yang Cantik untuk memikat Raja Sumedang yang kebetulan tergila-gila akan Perempuan, sedangkan di satu sisi lainnya Kesultanan Dermayon sedang memperluas Pembabadan Hutan Penjalin Untuk Kemakmuran Rakyatnya atau Gemah Ripah Loh Jinawi (Jawa Dwipa). Dan karena rasa iri kepada Kesultanan Dermayon yang wilayahnya Luas Hingga ke Citarum, karena Kesultanan Dermayon adalah Pengganti dari Kerajaan Bagelen.

Nyi Mas Gandasari terkenal akan kesaktiannya yang bisa berubah berbagai macam Jenis, termasuk bisa berubah menjadi Kenthol (Tokoh-Tokoh) seperti Syekh Quro, Syekh Datuk Khafi dan termasuk Sultan Wiralodra. Untuk mengadu Domba Nyi Mas Gandasari berubah menjadi Sultan Wiralodra (Arya Wiralodra).

Akhirnya mereka berdua bertemu di Lingkungan Kerajaan Sumedang yang kemudian, saling mengatakan Cinta antara keduanya Nyi Mas Gandasari dan Raja Sumedang.

Hal tersebut di manfaatkan dengan baik oleh Nyi Mas Gandasari dan Raja Endang Darma Kerajaan Sukakerta (Tasikmalaya).

Setelah Acara pernikahan keduanya Nyi Mas Gandasari meminta tanah sebagai mas Kawinnya, bahwa wilayah atau tanah yang di perjanjikan tersebut yang sekarang menjadi wilayah Tasikmalaya.

Ketika dinyatakan Sah oleh penghulu, akhirnya mereka berdua (Nyi Mas Gandasari dan Raja Sumedang) tinggal satu Rumah, namun hal yang tidak di duga-duga, bahwa ketika malam hari Nyi Mas Gandasari berubah menjadi Sultan Wiralodra. Raja Sumedang merasa Kaget dan menyuruh kembali ke Dermayu.

Namun karena Perjanjian adalah Perjanjian, maka wilayah Kerajaan Sumedang di bagian Timur selatan yang kemudian menjadi wilayah Kerajaan Sukakerta (sekarang menjadi wilayah Tasikmalaya: Waduk Darma Tasikmalaya).

Raja Sumedang menyiapkan pasukan Perang untuk menggemur Kesultanan Dermayon meski mustahil di taklukan, namun karena rasa marah yang tidak bisa di Redam dari Raja Sumedang, meskipun tidak keadaan Prajurit sumedang tidak memungkinkan tapi harus di lawan. Akan tetapi Konflik berhasil di Redam oleh Syekh Datuk Khafi yang memang orang Asli Kesultanan Dermayon.

dengan kesaktiannya Nyi Mas Gandasari setelah pernikahan berubah menjadi seorang Laki-Laki dengan berwujud Arya Wiralodra agar terfitnah yang untuk diperistri oleh raja Sumedang, tetapi dengan syarat tanah daerah Rajasinga pindah menjadi daerah Dermayu dengan perjanjian resmi. Setelah perjanjian berhasil raja Sumedang, pada malam berikutnya Nyi Mas Gandasari kembali lagi menjadi sosok Laki-Laki dengan Berwujud Sultan Wiralodra kembali, raja Sumedang kaget dan tidak percaya atas apa yang di lihat dan menyuruh Arya Wiralodra Jadi-Jadian (Nyi Mas Gandasari) kembali ke Dermayu dan Kerajaan Sumedang siap nyatakan Perang terhadap Kesultanan Dermayon, tetapi tidak disangka-sangka penghulu nikah yaitu Syekh Datuk Khafi ternyata lebih jeli untuk menerawang siapa pelaku yang sebenarnya.

Syekh Datuk Khafi menjelaskan bahwa Nyi Mas Gandasari yang melakukan itu dengan Indra Penerawangan Spiritual hingga Raja Sumedang pun di perlihatkan dengan perjalana Spiritual, bahwa yang melakukan tidakan tersebut bukan Sultan Wiralodra (Arya Wiralodra), melainkan Nyi Mas Gandasari yang berubah Wujud menjadi Arya Wiralodra.

Nyi Mas Gandasari di Bayar untuk mengadu Domba, agar Sumedang dan Dermayon perang oleh Raja Endang Darma dari Kerajaan Sukakerta (Tasikamalaya).

Atas kejadian itu Kerajaan Sumedang langsung menyerang Kerajaan Sukakerta(Tasikmalaya) namun gagal Prajurit berguguran di Waduk Darma, karena Kerajaan Sukakerta telah mempersiapkan terlebih dahulu untuk perang.

Raja Sumedang meminta bantuan ke Sultan Wiralodra untuk perang dengan Kerajaan Sukakerta. Sultan Wiralodra memberikan Pusaka Keris Kyai Bengkelung kepada Raja Sumedang. Sultan Wiralodra pun mendengar dari kabar orang-orang di Demang Jatiwangi ketika berdakwah. Bahwa dirinya ikut terfitnah. Namun Sultan wiralodra meminta Dusun Cikamurang menjadi Wilayah Kesultanan Dermayon. Raja Sumedang menyepakati perjanjian tersebut, jika berhasil mengalahkan Kerajaan Sukakerta (Tasikmalaya). Raja Sumedang akan memberikan Dusun Cikamurang ke wilayah dermayon sebagai gantk rugi Prajurit dermayon.

Setelah mendapat bantuan Pusaka yang terkenal Sakti yaitu Keris Kyai Bengkelung (Keris Syekh Ahmad Ali Rahmatullah yang di berikan kepada Kyai Singa Lodra Ayahnya Wiralodra) dan Prajurit asal Kesultanan Dermayon.

Dengan menembak langsung Keris Kyai Bengkelung dari Tomo Sumedang hingga menyasar ke Waduk Darma kerajaan Sukakerta (Tasikmalaya).

Kerajaan Sukakerta(Tasikmalaya) gugur dan menyatakan kalah, hal tersebut di manfaatkan Kesultanan Dermayon untuk menduduki Cilacap yang di masukan ke Wilayah Kerajaan Bagelen.

Maka hingga saat ini desa Rajasinga menjadi wilayah Indramayu selatan kecamatan Terisi.

Pada awalnya desa Rajasinga ini bernama desa Pandansari atau Desa Gandasari. Sejarah desa ini bermula saat Gusti Kanjeng Sultan Ageng Wirantaka / Ki Agrantaka (Ki Ageng Wirantaka) atau datang ke desa ini dengan tujuan untuk menyebar dan menyiarkan ajaran agama Islam, setelah itu ia menetap di desa. Gusti Kanjeng Sultan Wirantaka menjadi tokoh yang disegani di desa pandansari (Gandasari) dan menjadi "kawedanan" (pemimpin Kecamatan) di desa ini, Gusti Kanjeng Sultan Wirantaka adalah putra dari Gusti Kanjeng Sultan Ngabehi Singapati (Gagak Singa Lodraka) pada era penjajahan Belanda yang saat itu sistem pemerintahannya Kesultanan Dermayon di lebur Oleh Belanda, yang dulu menjadi Negara justru menjadi Kabupaten, ketika Belanda menduduki Demang Cirebon dan menjadikan Cirebon sebagai Pusat Keperentahan Kesultanan Cirebon (Buatan Belanda atau Kesultanan Gadungan Belanda), Belanda menjadikan Demang Cirebon sebagai kerajaan Cirebon, tetapi tidak dapat dilakukan karena Kesaktian orang-orang penduduk Cikamurang, Terisi dan seluruh daerah di Indramayu lainnya. Saat bepergian Gusti Kanjeng Sultan Wirantaka tampil berbeda, orang kebanyakan akan memakai Kereta Kuda namun ia mengendarai Kereta yang ditarik oleh 2 singa karena itu ia dijuluki rajanya singa atau Sing Lodra.

Saat penggantian nama desa, ada 3 pilihan nama yang akan dipakai yaitu Pandansari, Singa Kembar, Rajasinga namun pada akhirnya Rajasinga dipilih dengan makna rajanya dari para singa. Selain itu, nama Rajasinga adalah untuk mengenang Gusti Kanjeng Sultan Wirantaka. Saat ini dinas kecamatan memiliki opsi pilihan nama yaitu Rajasinga, Karangasem, dan Terisi. Pilihan nama nama kecamatan yang dipilih karena nama Terisi lebih terkenal, yang sebenarnya terisi merupakan blok bagian dari Rajasinga. Meskipun kecamatannya terisi namun kantor tetap berada di Rajasinga.

Kecamatan Terisi sendiri merupakan pemekaran dari kecamatan Cikedung (berdasarkan ketentuan Perda Kabupaten Indramayu No. 19 tahun 2002 tentang Penataan dan Pembentukan Lembaga Perangkat Daerah Kabupaten Indramayu) dengan luas wilayah 174,22 km2 terdiri dari 9 desa, yaitu: Cibereng, Karangasem, Rajasinga, Kendayakan, Manggungan, Plosokerep, Jatimulya, Jatimunggul dan Cikawung.