Rahim buatan atau uterus buatan adalah alat atau teknologi yang memungkinkan terjadinya kehamilan ekstrakorporeal[1] dengan menumbuhkan janin di luar tubuh organisme sebelum cukup bulan. Rahim buatan berfungsi sebagai organ pengganti. Hal ini bisa digunakan untuk membantu pasangan pria dan wanita untuk perkembangan janin. Rahim buatan berpotensi menggantikan rahim alami hingga ke tahap kehamilan yang lebih awal. Selain itu, rahim buatan juga dapat digunakan sebagai inkubator neonatal dengan fungsi tambahan. Rahim buatan juga dapat membantu operasi janin di awal kehamilan, di banding menunggu hingga akhir kehamilan. Singkatnya, rahim buatan berperan sebagai pendukung kehidupan janin hingga janin tumbuh dengan sempurna.

Rahim buatan
Gambar Nature Communications tahun 2017 yang menjelaskan "biobag", sistem pendukung kehidupan di luar rahim, untuk menumbuhkan janin domba.

Ilmuwan asal Inggris-India, J.B.S Haldane pertama kali membuat istilah ectogenesis pada 1924, yang merujuk pada perkembangan organisme di luar lingkungan aslinya. Istilah ini kemudian menjadi awal mula pengembangan teknologi rahim buatan sejak 1920an. Haldane bahkan memprediksi pada 2074 hanya 30% kelahiran yang berasal dari kelahiran alami.[2]

Pada 2016, terbit dua penelitian mengenai perkembangan embrio manusia di luar lingkungan rahim selama tiga belas hari.[3][4] Pengembangan janin di luar rahim alami dibatasi hanya selama 14 hari sehingga penelitian tidak dapat dilakukan lebih dari itu. Aturan ini diberlakukan di dua belas negara.[5] Meski demikian, para peneliti dapat menggunakan embrio mamalia lain, seperti tikus dan domba.

Peneliti embrio di Rumah Sakit Anak Philadelphia menunjukkan bahwa mereka dapat menumbuhkan janin domba prematur selama empat minggu dalam sistem pendukung kehidupan di luar rahim.[6][7]

Komponen

sunting

Rahim buatan atau 'exowomb'[8], harus mampu menyediakan nutrisi dan oksigen untuk memelihara janin, serta membuang limbah. Ruang lingkup rahim buatan (atau "sistem rahim buatan" untuk menekankan cakupan yang lebih luas) juga dapat mencakup sistem yang melayani fungsi plasenta, tangki ketuban yang berfungsi sebagai kantung ketuban, serta tali pusat.

Nutrisi, suplai oksigen dan pembuangan limbah

sunting

Jika rahim buatan dihubungkan dengan ibu dari janin, ada kemungkinan perempuan tersebut masih memberikan nutrisi dan membuang produk limbah.[1] Dia juga dapat memberikan imunitas terhadap penyakit dengan mewariskan antibodi IgG ke embrio atau janinnya. [1]

Dinding rahim

sunting

Pada uterus asli, miometrium atau dinding rahim berfungsi mengeluarkan janin di akhir kehamilan. Sedangkan endometrium berperan dalam pembentukan plasenta. Rahim buatan berupaya meniru fungsi-fungsi yang mirip dengan komponen aslinya. Misalnya, menghubungkan plasenta buatan dengan kompoenn "dalam" lainnya menuju sirkulasi eksternal.[1]

Plasenta buatan

sunting

Plasenta yang menghubungkan ibu dan janinnya mungkin bisa dibuat artifisial. Plasenta buatan ini dapat menggunakan membran semipermeabel.[9] Penelitian juga menunjukkan kemungkinan untuk menggunakan sel endometrial manusia untuk dikembangkan di laboratorium. Sampel jaringan kemudian direkayasa untuk membentuk uterus alami, kemudian embrio manusia dimasukkan ke dalam jaringan tersebut.

Tangki ketuban (kantung ketuban buatan)

sunting

Pada ibu hamil, kantung ketuban memiliki fungsi melindungi tubuh embrio atau janin sehingga dapat bergerak bebas. Pada rahim buatan, fungsi kantung ketuban ini digantikan oleh tangki ketuban. Tangki ketuban ini harus mampu menjaga suhu optimal untuk perkembangan janin. Untuk menggantikan cairan ketuban, Larutan Ringer Laktat dapat digunakan.[9]

Tali pusar

sunting

Dalam kasus pengangkatan janin prematur dari rahim alami, tali pusat alami dapat digunakan dengan tetap terbuka baik. Anti-koagulasi dan pemasangan stent atau pembuatan bypass dapat mempertahankan aliran darah antara ibu dan janin.[1]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e Bulletti, C.; Palagiano, A.; Pace, C.; Cerni, A.; Borini, A.; De Ziegler, D. (2011). "The artificial womb". Annals of the New York Academy of Sciences. 1221 (1): 124–128. Bibcode:2011NYASA1221..124B. doi:10.1111/j.1749-6632.2011.05999.x. PMID 21401640.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "Bulletti2011" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  2. ^ Chemaly, Soraya (2012-02-23). "What Do Artificial Wombs Mean for Women?". Rewire News Group (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-03-21. 
  3. ^ Shahbazi, Marta N.; Jedrusik, Agnieszka; Vuoristo, Sanna; Recher, Gaelle; Hupalowska, Anna; Bolton, Virginia; Fogarty, Norah M. E.; Campbell, Alison; Devito, Liani G. (2016-05-04). "Self-organization of the human embryo in the absence of maternal tissues". Nature Cell Biology. Springer Science and Business Media LLC. 18 (6): 700–708. doi:10.1038/ncb3347. ISSN 1465-7392. PMC 5049689 . PMID 27144686. 
  4. ^ Deglincerti, Alessia; Croft, Gist F.; Pietila, Lauren N.; Zernicka-Goetz, Magdalena; Siggia, Eric D.; Brivanlou, Ali H. (2016-05-04). "Self-organization of the in vitro attached human embryo". Nature. Springer Science and Business Media LLC. 533 (7602): 251–254. Bibcode:2016Natur.533..251D. doi:10.1038/nature17948. ISSN 0028-0836. PMID 27144363. 
  5. ^ Morber, Jenny (26 Apr 2017). "Should We Study Human Embryos Beyond 14 Days?". PBS Socal. Diakses tanggal 23 Aug 2018. 
  6. ^ Philadelphia, The Children's Hospital of (28 February 2017). "A Unique Womb-Like Device Could Reduce Mortality and Disability for Extremely Premature Babies". www.chop.edu. 
  7. ^ "Scientists Create Artificial Womb That Could Help Prematurely Born Babies". NPR.org. 
  8. ^ "Top Transhuman Web Sites". Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 November 2006. 
  9. ^ a b Sakata M; Hisano K; Okada M; Yasufuku M (May 1998). "A new artificial placenta with a centrifugal pump: long-term total extrauterine support of goat fetuses". J. Thorac. Cardiovasc. Surg. 115 (5): 1023–31. doi:10.1016/s0022-5223(98)70401-5. PMID 9605071.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "sakata1998" didefinisikan berulang dengan isi berbeda