Raden Mattaher

Pahlawan Revolusi Kemerdekaan

Raden Mattaher terlahir dengan nama Raden Mohammad Tahir (Dusun Sekamis, Kesultanan Jambi, 1871 - Dusun Muaro Jambi, Keresidenan Jambi, 10 September 1907) adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia dari Jambi, dan Pahlawan Nasional Indonesia.[2][3]

Raden Mattaher
Lahir1871
Dusun Sekamis, Kesultanan Jambi
Meninggal10 September 1907(1907-09-10) (umur 35–36)
Dusun Muaro Jambi, Keresidenan Jambi, Hindia Belanda
Nama lainRaden Mohammad Tahir, Pangeran Mattahir
Dikenal atasPejuang Kemerdekaan Indonesia dari Jambi, dan Pahlawan Nasional Indonesia[1]
Orang tuaRaden Kusin (ayah)
Ratumas Esa (ibu)
KerabatSultan Thaha Syaifuddin (kakek)

Latar belakang

sunting

Mattaher lahir pada tahun 1871 di Dusun Sekamis, Kasau Melintang Pauh, Air Hitam, Batin VI, Jambi dan meninggal di Dusun Muaro Jambi, 10 September 1907. Ayahnya bernama Pangeran Kusin yang wafatnya di Mekkah, sedangkan ibunya adalah Ratumas Esa (Ratumas Tija) kelahiran Mentawak Air Hitam Pauh, dahulunya adalah daerah tempat berkuasanya Temenggung Merah Mato.

Mattaher silsilahnya adalah Raden Mattaher bin Raden Kusin dengan gelar Pangeran Jayoningrat bin Pangeran Adi bin Raden Mochamad gelar Sultan Mochammad Fachruddin. Ia sendiri adalah cucu dari Sultan Thaha Syaifuddin yang merupakan salah satu Pahlawan Nasional. Hubungannya kakek dari Raden Mattaher yang bernama Pangeran Adi adalah saudara kandung dari Sultan Thaha Syaifuddin.

Perjuangan

sunting

Raden Mattaher tidak bisa dipisahkan dari Sultan Thaha Syaifuddin. Sebab, beliau merupakan sosok panglima perang tangguh yang dimiliki Sultan Thaha masa itu. Sosoknya dengan segudang taktik gerilya, Mattaher mampu menggempur serdadu Belanda. Oleh prajurit dan masyarakatnya dimasa itu, ia mendapat gelar Singo Kumpeh. Julukan itu diberikan karena keberingasannya layaknya singa dalam menumpas penjajah.

Raden Mattaher bertugas sebagai panglima perang. Ia membentuk kantong-kantong dan barisan pertahanan serta barisan perlawanan yang bergerak di terotirial dari Muara Tembesi sampai ke Muaro Kumpeh. Pola serangan yang difokuskan Mattaher adalah dengan menyerang kapal-kapal perang Belanda yang masuk ke Jambi lewat jalur sungai. Kapal-kapal perang Belanda itu membawa personil, obat medis dan amunisinya.

Berkat taktik perangnya yang memfokuskan pada pola menyerang kapal yang bermuatan personil tentara dan amunisinya itu, Mattaher paling ditakuti oleh tentara Belanda. Pada tahun 1885 Sultan Thaha dan Raden Mattaher berhasil menenggelamkan kapal perang Belanda di perairan Sungai Kumpeh Muaro Jambi. Peristiwa (penenggalaman kapal) itulah menjadi tonggak sejarah dan membuatnya digelari sebagai Singo Kumpeh.

Perjuangan Raden Mattaher berakhir pada 10 September 1907. Ia ditembak mati di rumahnya sendiri dalam sebuah operasi militer Belanda. Raden Mattaher dimakamkan di komplek pemakaman raja-raja Jambi di tepi Danau Sipin Kota Jambi. Selain itu jari kelingking Mattaher juga dimakamkan di sebuah desa di Muaro Jambi.[4]

Penghargaan

sunting

Nama besar Raden Mattaher diabadikan menjadi nama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi Jambi,[5] beberapa nama jalan, nama lapangan tembak dan nama yayasan di Kota Jambi.

Pada tanggal 10 November 2020, Raden Mattaher dianugerahi gelar pahlawan nasional dari Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo.

Referensi

sunting
  1. ^ Raden Mattaher, Singo Kumpeh yang Jadi Pahlawan Nasional republika 10 November 2020
  2. ^ Raden Mattaher, Panglima Perang Jambi yang Jadi Pahlawan Nasional kompas.com 10 November 2020
  3. ^ Raden Mattaher, Panglima Andalan Jambi Melawan Kolonial cnnindonesia 10 November 2020
  4. ^ Jejak Raden Mattaher, Singo Kumpeh yang Bikin Penjajah Belanda Ciut liputan6 8 November 2019. Diakses 11 Oktober 2020
  5. ^ RSUD Raden Mattaher rs-mattaher diakses 19 Oktober 2020

Pranala luar

sunting