RRI Banda Aceh

Stasiun radio di Banda Aceh

Radio Republik Indonesia Banda Aceh (RRI Banda Aceh) adalah stasiun radio milik LPP Radio Republik Indonesia di Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh. Stasiun ini mengoperasikan empat stasiun radio (empat radio berfrekuensi FM dan satu radio berfrekuensi AM) serta dua Studio Produksi di Aceh Singkil dan Sabang. RRI Banda Aceh berlokasi di Jalan Sultan Iskandar Muda Nomor 13, Desa Suka Ramai, Kecamatan Baiturrahman, Banda Aceh.[1]

RRI Banda Aceh
LPP RRI Stasiun Banda Aceh
KotaBanda Aceh, Provinsi Aceh
Wilayah siarWilayah utara Provinsi Aceh dan sekitarnya (mencakup Banda Aceh, Sabang, dan Aceh Singkil)
Frekuensi
  • 97.7 FM (Pro 1)
  • 92.6 FM (Pro 2)
  • 87.8 FM (Pro 3)
  • 88.6 FM dan 1251 AM (Pro 4)
Mulai mengudara11 Mei 1946; 78 tahun lalu (1946-05-11) (sebagai Radio Kutaraja)
FormatLihat Radio Republik Indonesia#Radio
BahasaBahasa Indonesia
Bahasa Aceh (Pro 4)
Otoritas perizinan
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI
Nama sebelumnyaRadio Kutaraja
JaringanRRI
PemilikLPP RRI
Situs webrri.co.id/banda-aceh

Sejarah

sunting

Pada tahun 1946 di Aceh telah ada sebuah pemancar radio milik bangsa Indonesia dengan sebutan Balai Penerangan Umum Negara Republik Indonesia di Kutaraja (kini Banda Aceh). Cikal bakal radio tersebut adalah bekas radio yang dirampas dari jepang. Radio bekas tersebut diperoleh atas prakarsa beberapa pemuda Aceh seperti Tuanku Mahmud, Teuku Alibasyah Talsya, Abdul Muis, Razali Yunus, Osman Raliby dan dipimpin oleh Ahmad Dahlan. Setelah mereka memperoleh perangkat radio itu, mulailah mereka bekerja keras untuk merakit kembali. Perangkat tersebut merupakan sisa-sisa radio Jepang Hokada yang dihancurkan pada saat Menyerahnya Jepang kepada sekutu.

Berkat kerja keras para pemuda tersebut, beberapa pemuda bergerak mencuri alat-alat di gudang yang masih dikuasai Jepang. Beberapa orang menyelundup ke sekitar pertahanan-pertahanan Jepang di Kecamatan Blang Bintang dan Lhoknga sedangkan yang lainnya keluar masuk kampung mengumpulkan alat-alat yang telah jatuh ditangan penduduk. Pemancar radio itu berhasil dirakit kembali walaupun tidak dalam kondisi sebagai aslinya. Setelah berhasil dirakit pada tanggal 11 Mei 1946, Radio Kutaraja mulai mengudara dengan kekuatan 25 watt yang dipancarkan pada gelombang 78 meter, dengan jarak jangkauan hanya sekitar Kutaraja. Sejak saat itu penduduk Kutaraja dan sekitarnya bisa mengikuti pidato-pidato penerangan dan pidato-pidato yang mencetuskan semangat perjuangan, disamping warta-berita dari dalam dan luar daerah.[2]

Dengan penambahan secara berangsur-angsur dan perbaikan organisasinya sedikit demi-sedikit, maka sebuah pemancar baru dapat disiapkan dan mulai digunakan pada tanggal 15 Februari 1947 bergelombang 66 meter. Pada waktu inilah nama Radio Kutaraja berganti nama menjadi RRI Aceh. Perluasan jarak jangkauan siaran akhirnya dapat dilakukan pada tahun 1947 dengan adanya bantuan seorang warga Indonesia keturunan Jerman bernama W. Schulz yang bekerja pada Dinas Pos dan telegram/Telepon, bersama seorang keturunan Tionghoa bernama Ho Jok Tjam. Berkat bantuan kedua orang inilah, jarak jangkauan radio menjadi lebih luas dengan kekuatan 100 watt, yang membuat RRI bisa melakukan peliputan kunjungan Presiden Soekarno, apalagi berkat pemancar relaynya di Bukittinggi dapat menyebarluaskan kunjungan ini ke seluruh Indonesia.[2]

Pada tanggal 9 April 1948, berkat perluasan pemancar yang terus dilakukan, RRI Aceh mempunyai pemancar dengan kekuatan 325 watt dan mengudara dengan gelombang 33,5 meter. Pada tahun yang sama, Kota Yogyakarta diduduki oleh Tentara Kerajaan Hindia-Belanda (KNIL) dan menyebabkan RRI Yogyakarta tidak mengudara lagi. Melalui pemancarnya di Kutaraja, para pemimpin yang berada di Aceh setiap saat menyerukan kewaspadaan kepada rakyat sambil mengajak untuk mempertahankan Republik Indonesia.[3]

Tsunami Aceh 2004

sunting

Gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004 membuat banyak bangunan di wilayah Nanggroe Aceh Darussalam mengalami luluh lantak, tak terkecuali RRI Cabang Muda Banda Aceh. Gedung kantornya rusak parah dan sarana penyiaran lumpuh akibat peralatan siarannya terendam oleh air laut dan lumpur. Akibatnya, RRI Banda Aceh terpaksa membangun stasiun darurat di Kecamatan Indrapuri. Pada 27 Desember 2004, berkat perjuangan yang panjang, RRI Banda Aceh kembali mengudara mengabarkan informasi terkini pasca-Tsunami di NAD, yang juga dibantu oleh RRI Cabang Muda Jakarta.[4]

Melihat kerusakan yang dialami pada gedung RRI Banda Aceh. Di tahun 2006, Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD-Nias (BRR NAD-Nias) kemudian melaksanakan pembangunan kembali gedung stasiun RRI Banda Aceh, hal ini diikuti dengan pembangunan gedung kantor RRI Meulaboh di tahun yang sama berdasarkan surat No. 072/Camud-BNA/Se/2006 yang keluar pada bulan Oktober 2006.[5]

Perubahan status menjadi Tipe B

sunting

Pada tanggal 11 September 2014 bertepatan dengan Hari Radio ke-69, berdasarkan surat keputusan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 3280 tahun 2014,[6] RRI Banda Aceh resmi mengubah statusnya dari sebelumnya Satuan Kerja stasiun penyiaran Tipe C menjadi Stasiun Penyiaran Tipe B. Hal ini diumumkan langsung oleh Direktur Utama RRI saat itu Rosarita Niken Widiastuti bersama dengan 9 Satker RRI lainnya yang sebelumnya menyandang status Tipe C.[7]

Stasiun

sunting
Logo programa siaran RRI Banda Aceh (selain RRI Pro 3).

Sebagai Stasiun Penyiaran Tipe B, RRI Banda Aceh menjalankan empat programa siaran, dimana salah satu di antaranya merelai RRI Programa 3 dari RRI Stasiun Pusat di Jakarta. Empat programa siaran tersebut disiarkan baik di gelombang FM maupun AM. Programa-programa tersebut yang disediakan oleh RRI Banda Aceh antara lain:

Gelombang FM

Gelombang AM

  • RRI Programa 4 Banda Aceh (AM 1251 KHz)

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ "Alamat RRI Banda Aceh". PPID LPP Radio Republik Indonesia. Diakses tanggal 15 September 2024. 
  2. ^ a b "Peran Radio Republik Indonesia Banda Aceh dalam Meningkatkan Nilai-Nilai Islami Melalui Seni Pantun dan Sya'ir" (PDF). Universitas Negeri Ar-Rainry Darussalam Banda Aceh. 21 Juli 2017. Diakses tanggal 22 Juli 2017. 
  3. ^ "Booklet: Mengenal Radio Rimba Raya" (PDF). Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Banda Aceh. Agustus 2010. Diakses tanggal 15 September 2024. 
  4. ^ "RRI Aceh: Dari Puing Tsunami Hingga Era Digital". LPP Radio Republik Indonesia. 14 September 2024. Diakses tanggal 16 September 2024. 
  5. ^ "RRI Aceh: Dampak dari Tsunami Aceh 2004". Badan Arsip Statis dan Tsunami, Arsip Nasional Republik Indonesia (via Instagram). 14 September 2024. Diakses tanggal 16 September 2024. 
  6. ^ "Ulang Tahun ke 69 RRI Dapat Kado Istimewa dari KemenPAN-RB". detikcom. 12 September 2014. Diakses tanggal 13 September 2014. 
  7. ^ "RRI Banda Aceh Menjadi Tipe B". Tribun News. 13 September 2014. Diakses tanggal 14 September 2014. 

Pranala luar

sunting