Pyonghattan
Pyonghattan adalah istilah yang merujuk kepada golongan 1 persen orang-orang terkaya di Korea Utara. Istilah setengah bernada sindiran ini berasal dari gabungan kata Pyongyang dan Manhattan. Biasanya orang-orang yang tergolong Pyonghattan adalah mereka yang memiliki aset cukup besar, sekaligus akses kapada kekuasaan, baik dari segi pemerintahan maupun partai politik.[1]
Pyonghattan juga bisa merujuk kepada sebuah kompleks berisi gedung pencakar langit yang dibangun secara ambisius oleh pemerintahan Kim Jong Un. Kompleks berisi 18 tower ini terletak di Changjon Street.[2]
Latar belakang
suntingSetelah kelaparan besar yang melanda Korea Utara pada tahun 1990an, ekonomi mulai pulih dan taraf hidup masyarakat kembali membaik. Dengan meninggalnya Kim Jong Il pada tanggal 17 Desember 2011, maka kepemimpinan Korea Utara berpindah ke anaknya, Kim Jong Un, yang terbukti lebih rileks dalam mengatur politik dan ekonomi. Selain sistem ekonomi yang dibuat semakin sederhana dan efisien, Kim Jong Un juga memberi kesempatan munculnya donju, para penguasa modal yang memiliki kesempatan membangun bisnis-bisnis baru, mulai dari tambang, pabrik, dan bahkan real estate.[1]
Selain usaha besar, beberapa donju juga membuka bisnis kecil yang bermitra dengan pemerintah. Biasanya bisnis seperti ini didirikan oleh orang dalam di pemerintahan. Fenomena ini memungkinkan walau skala bisnisnya kecil, namun penjualannya lancar. Kemitraan ini, selain menguntungkan bagi pemilik perusahaan, juga memberi pemasukan kepada negara, karena mayoritas keuntungannya tetap masuk ke kas negara. Hanya saja ini mendatangkan kritik bahwa praktik koropusi, kolusi, dan nepotisme menjadi meluas.[1]
Gaya hidup
suntingDengan kemampuan ekonomi berkelimpahan, para Pyonghattan mengembangkan selera dan gaya hidup baru. Mereka kini membutuhkan berbagai produk fashion branded seperti Zara, H&M, atau Elle untuk perempuan, dan Nike atau Adidas bagi laki-laki. Sementara untuk kebutuhan sehari-hari, mereka menggunakan produk Uniqlo.[1] Biasanya, produk fashion ini mereka titipkan tiap kali ada kerabat bepergian ke China.<[3]
Mereka juga pergi ke gym, sekalipun kadang bukan untuk menjaga kebugaran, tapi lebih untuk memamerkan lekuk tubuh. Hal ini terjadi karena secara umum warga negara Korea Utara diwajibkan menggunakan pakaian tertutup.[3][4]
Untuk makanan, mereka tidak segan memesan makanan di restoran mahal, sekalipun kadang harus sembunyi-sembunyi di tempat tertentu. Mereka juga membeli suplai bahan makanan impor di supermarket yang hanya sesekali tersedia.[4]
Pyonghattan juga memiliki selera musik yang kebarat-baratan, berbeda dengan rakyat biasa yang dipaksa tetap menggemari musik tradisional dan lagu-lagu perjuangan. Mereka juga senang menonton film impor, sekalipun kadang terlarang.[1]
Referensi
sunting- ^ a b c d e Crazy Rich Korea Utara: Golongan 1% yang Mapan di Pyonghattan dari situs tirto
- ^ The Pyonghattan project: how North Korea's capital is transforming into a socialist fairyland. dari situs berita the guardian
- ^ a b North Korea: Rich kids of the People's Republic savour life in 'Pyonghattan' dari situs berita independent.co.uk
- ^ a b North Korea’s one-percenters savor life in ‘Pyonghattan’. dari situs washingtonpost.com