Pustaka adalah sebagai sebuah konsep mengenai sarana dan himpunan pengetahuan untuk praktik-praktik berpengetahuan. Pengertian ini berkaitan dengan bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi yang mengkaji tentang bagaimana masyarakat berupaya memahami mengenai diri dan lingkungannya secara bersama-sama. Dalam konteks inilah pustaka berperan mendukung masyarakat untuk berpengetahuan.[1]

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring memuat lema pustaka dengan dua makna (polisem).

Penjelasan makna pustaka yang pertama berupa definisi sinonim. Kata pustaka dianggap bersinonim dengan tiga kata benda, yaitu: kitab, buku, dan buku primbon.

Sedangkan makna pustaka yang kedua dideskripsikan sebagai sebuah konsep dalam bidang ilmu komputer dan teknologi informasi, yakni kumpulan bahan-bahan rujukan dan perkakas perangkat lunak.

Dalam bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi (IP&I), kata pustaka bermakna sebagai sebuah konsep mengenai sarana dan himpunan pengetahuan untuk praktik-praktik berpengetahuan. Pengertian ini berkaitan dengan kajian mengenai epistemologi sosial yang menggambarkan tentang bagaimana masyarakat secara kesatuan berupaya memahami mengenai diri dan lingkungannya secara bersama-sama. Dalam konteks inilah pustaka berperan mendukung upaya masyarakat untuk berpengetahuan.

Konsep tersebut dibangun berdasarkan pendekatan historis-kontekstual yang menjabarkan perihal bagaimana kata pustaka digunakan di dalam masyarakat.

Sejarah

sunting

Secara etimologi, “pustaka” bukanlah kata orisinal bangsa Indonesia. Dari penelusuran tentang asal-muasal kata ini, ditemukan fakta bahwa “pustaka” sudah digunakan pertama kali oleh suku-suku bangsa di wilayah Persia yang kini menjadi Iran dan kemudian menyebar ke jazirah India. Lebih tepatnya, kata pustaka ini merupakan adaptasi bangsa India yang belajar tentang sistem tulisan dari bangsa Iran, khususnya dari rumpun bahasa yang biasa disebut Iran Pertengahan (Middle Iranian). Kata aslinya adalah post atau posta yang berarti “kulit binatang” dan merujuk ke material yang biasa digunakan oleh bangsa Iran untuk menerakan tulisan. Ini menunjukkan bahwa bangsa Iran sudah lebih maju dari bangsa-bangsa lainnya di wilayah itu dari segi media dan teknologi tulisan.[1]

Dalam sejarah Indonesia, ada beberapa praktik penggunaan kata pustaka dalam konteks sosial-budaya, yakni Pustaha, Radya Pustaka, Rekso Pustoko, dan Balai Pustaka. Praktik penggunaan kata pustaka sebagai nama lembaga sosial-budaya tersebut menunjukkan perihal perwujudan dari konsep pustaka sebagai sarana sekaligus himpunan pengetahuan bersama.

Referensi

sunting
  1. ^ a b Pendit, Putu Laxman (2018). Pustaka dan Kebangsaan. Jakarta: Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi. ISBN 9786029585858.