Pulau Sarappo Lompo
Sarappolompo, Sarappo Lompo (Makassar: ᨔᨑᨄᨚ ᨒᨚᨄᨚ, translit. Sarappo Lompo, har. 'buah pinang besar'), atau Sarappo Besar adalah nama sebuah pulau kecil berpenghuni yang berada di gugusan Kepulauan Spermonde, perairan Selat Makassar dan secara administratif masuk pada wilayah Desa Mattiro Langi, Kecamatan Liukang Tupabbiring, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Sulawesi Selatan, Indonesia. Pulau Sarappo Lompo memiliki wilayah seluas 121.778,1323440 m2.[1] Secara astronomis, pulau ini terletak di titik koordinat .[2] Pulau ini merupakan bagian dari Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dengan dasar hukum penetapannya melalui Surat Keputusan Bupati Pangkajene dan Kepulauan Nomor 290 Tahun 2015 yang diterbitkan pada tanggal 2 Maret 2015.
Etimologi | dari bahasa Makassar dialek Lakiung/Pabbiring Sarappo berarti "buah pinang" dan Lompo berarti "besar" |
---|---|
Geografi | |
Lokasi | Selat Makassar Asia Tenggara Samudra Hindia |
Koordinat | 4°49′2.300″S 119°13′39.500″E / 4.81730556°S 119.22763889°E |
Kepulauan | Kepulauan Spermonde, Kepulauan Sunda Besar (Pulau Sulawesi dan Pulau-pulau Kecil di Sekitarnya), Kepulauan Indonesia |
Dibatasi oleh | Selat Makassar |
Luas | 121.778 meter persegi (0,121778 km2) km2[1] |
Pemerintahan | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Sulawesi Selatan |
Kabupaten | Pangkajene dan Kepulauan |
Kecamatan | Liukang Tupabbiring |
Desa | Mattiro Langi |
Kependudukan | |
Penduduk | 1.508 jiwa (2007)[2] |
Bahasa | Makassar, Bugis |
Kelompok etnik | Makassar, Bugis |
Info lainnya | |
Zona waktu | |
Desa Mattiro Langi terdiri dari 2 pulau, yakni Pulau Sarappo Keke dan Sarappo Lompo. Pulau Sarappo Lompo di sebelah Utara berbatasan dengan Pulau Sarappo Keke, di sebelah Timur berbatasan dengan Pulau Podang-Podang Lompo, di sebelah Selatan berbatasan dengan Pulau Badi dan di sebelah Barat dengan perairan Selat Makassar. Pulau Sarappo Lompo memiliki luas 9 km² (termasuk wilayah perairan).
Sejarah penamaan
suntingDalam sejarahnya, Pulau Sarappo Lompo awalnya ditemukan oleh suku Bajo. Namun, karena masih kosong dan tak berpenghuni, maka tak ada seorang pun yang tahu nama dari pulau tersebut. Kemudian, mereka berkumpul dan berunding untuk mencarikan nama. Di tengah perundingan tersebut, tiba-tiba jatuh buah pinang, mereka melihat sekeliling ternyata banyak pohon pinang di pulau ini. Akhirnya, mereka memberi nama "sambua" dalam bahasa Bajo yang artinya pinang kemudian dialihkan ke bahasa Makassar jadi "sarappo". Kemudian ditambahkan kata "lompo" di akhir, karena pulau tersebut besar dibanding Sarappo Caddi (Sarappo kecil) yang berada di sebelah timur pulau. Pohon pinang saat ini sudah tidak sebanyak seperti dulu, namun masyarakat sekitar masih terus melestarikan dan menanamnya.[3]
Demografi
suntingPulau ini dihuni penduduk sebanyak 1.508 jiwa, yang terdiri dari 736 laki-laki dan 772 perempuan (PMU Coremap II Kabupaten Pangkep, 2007). Mereka Umumnya adalah suku Bugis dan Makassar dengan bahasa sehari-hari bahasa Bugis dan Makassar. Mata pencaharian masyarakat di pulau ini sebagian besar adalah nelayan. Hasil tangkapan ikan yang didapat dari melaut berbulan-bulan, akan dibawa ke Pelabuhan Paotere (pelelangan ikan) yang ada di Kota Makassar.
Ekosistem dan sumberdaya hayati
suntingSalah satu pulau dari Desa Mattiro Langi, Pulau Sarappo Lompo, selain Pulau Sarappo Keke. Kondisi terumbu karang tergolong rusak, karena setiap titik didominasi oleh tutupan karang mati dan pecahan karang. Indikasi tersebut sebagai gambaran adanya intervensi pengrusakan oleh manusia. Apalagi biota asosiasi terumbu karang yang ekonomis hampir tidak pernah ditemukan kecuali kerang japing. Penduduk Pulau Sarappo intensif memanfaatkan karang sebagai tanggul-tanggul pantai sehingga terjadi kekosongan karang di sekitar terumbu karang. Tiga famili ikan karang yang dominan hidup adalah ikan betok laut Pomacentridae, ikan ekor kuning Caesionidae, dan ikan sunu dan kerapu Lutjanidae. Beberapa jenis lain ditemukan dalam jumlah yang relatif sedikit.
Aktivitas pengelolaan sumberdaya
suntingWarga Pulau Sarappo Lompo merupakan kelompok masyarakat yang sangat bergantung pada sumber daya perikanan karena aktivitas ekonomi warga terkait dengan pemanfaatan sumber daya laut tersebut. Kegiatan pemanfaatan berlangsung dengan menggunakan alat tangkap yang beragam. Mulai dari pancing, rengge, jaring hingga kompresor penyelaman. Organisme target penangkapan juga bervariasi mulai dari ikan sunu, kerapu, tenggiri, cakalang, ekor kuning, kepiting rajungan, lobster, cumi,cumi, kima dan udang kipas. Areal penangkapan mereka umumnya adalah perairan terumbu karang yang berjarak antara 2 dan 3 mil dari pulau pemukimannya. Musim puncak atau musim dimana perolehan hasil tangkapan relatif banyak berlangsung antara bulan Mei dan Juli, sedangkan antara bulan Januari dan Mei, hasil tangkapan yang diperoleh tergolong sedikit.
Sarana dan prasarana
suntingFasilitas pendidikan di pulau ini terdiri atas TK, SD, dan SMP. Sarana pendidikan tersebut dimanfaatkan tidak saja oleh warga setempat, tetapi juga oleh warga pulau yang berada di sekitarnya, sedangkan fasilitas kesehatan yang tersedia berupa Pustu, dan rumah dinas tenaga kesehatan. Sarana umum lain yang tersedia adalah listrik umum, dermaga, sarana olahraga, dan masjid.
Galeri
suntingReferensi
sunting- ^ a b Abdul Haris Farid, Suhardjono, dan Dwi Wulan Titik Andari. Laporan Penelitian: Penguasaan dan Pemilikan atas Tanah Pulau-Pulau Kecil di Propinsi Sulawesi Selatan. Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional Yogyakarta, 2013. Hlm. 1–53.
- ^ a b Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil, Ditjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (2012). "Direktori Pulau-Pulau Kecil Indonesia". www.ppk-kp3k.kkp.go.id. Diakses tanggal 3 Oktober 2022.
- ^ Aswan, Desi Triana (29 November 2018). "Pakar Budaya Ceritakan Asal Usul Nama Pulau Sarappolompo Kabupaten Pangkep". makassar.tribunnews.com. Diakses tanggal 24 Mei 2023.