Pulau Samatellu Pedda
Samatellu Pedda atau Samatellu Laut adalah nama sebuah pulau kecil berpenghuni yang berada di gugusan Kepulauan Spermonde, perairan Selat Makassar dan secara administratif masuk pada wilayah Desa Mattiro Walie, Kecamatan Liukang Tupabbiring Utara, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Sulawesi Selatan, Indonesia. Pulau Samatellu Pedda memiliki wilayah seluas 42.982,1906658 m2.[1] Pulau Samatellu Pedda telah menjadi salah satu geosite atau situs geologi dari Taman Bumi Global UNESCO Maros-Pangkep. Pulau ini merupakan bagian dari Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dengan dasar hukum penetapannya melalui Surat Keputusan Bupati Pangkajene dan Kepulauan Nomor 290 Tahun 2015 yang diterbitkan pada tanggal 2 Maret 2015.
Negara | Indonesia |
---|---|
Gugus kepulauan | Spermonde |
Provinsi | Sulawesi Selatan |
Kabupaten | Pangkajene dan Kepulauan |
Luas | 42.982,1906658 m² |
Pulau Samatellu Laut atau masyarakat biasa menyebutnya Samatellu Pedda masuk dalam wilayah administratif Desa Mattiro Walie. Pulau ini memiliki luas daratan sebesar 3,13 ha dan luas terumbu karang 5,10 ha. Secara umum masyarakat di pulau ini berprofesi sebagai nelayan yang mengeksploitasi sumberdaya laut yang ada di pulau tersebut.[2]
Kondisi terumbu karang tergolong rusak hingga baik, kondisi baik mudah ditemukan pada terumbu yang dangkal, sedangkan yang dalam kondisi terumbu karangnya telah banyak yang rusak. Kerusakan terumbu karang di pulau ini yang terindikasi dari tingginya penutupan karang mati diakibatkan masih berlangsungnya cara-cara menangkap ikan yang tidak ramah lingkungan oleh masyarakat setempat. Banyaknya rangka koloni-koloni karang yang masih utuh mengindikasikan masih berlangsungnya penggunaan bius dalam menangkap ikan hidup) terutama di rataan terumbu. Kandungan TSS perairan 210 ppm termasuk rendah dibanding dengan yang tercatat di Pulau Saugi dan Pulau Satando. Nilai kecerahan perairan umumnya 2.5–3 m, tergolong cukup dangkal dan sebagai indikasi kekeruhan. Kondisi terumbu karang di pulau ini rusak parah hingga sedang (karang hidup 5-47 %).[2]
Bentuk karang keras yang dominan ditemukan di sisi baratnya adalah bentuk foliosa dari genus Montipora, Acropora, Porites cylindrica, Favia, Goniastrea, Lobophyllia corymbosa dan Porites (massive). Hamparan pasir dan karang (reef flat) yang amat luas dan dangkal dengan beberapa mini patch reef. Jenis biota lain cukup banyak, antara lain: Karang lunak: Xenia, spons: Aplysinella, akar bahar: Antipathes, tali arus: Cihripathes, gorgonian: Melithaea, dan kima: Tridacna. Beberapa algae yang hidup pada habitat ini diantaranya Padina, Turbinaria, Gracillaria dan Gelidium. Spesies ikan karang: Chromis ternatensis, C. Viridis , Anthias sp dan Pseudanthias sp, Zebrasoma scopas, Acanthurus lineatus.[2]
Referensi
sunting- ^ Abdul Haris Farid, Suhardjono, dan Dwi Wulan Titik Andari. Laporan Penelitian: Penguasaan dan Pemilikan atas Tanah Pulau-Pulau Kecil di Propinsi Sulawesi Selatan. Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional Yogyakarta, 2013. Hlm. 1–53.
- ^ a b c Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil, Ditjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (2012). "Direktori Pulau-Pulau Kecil Indonesia". www.ppk-kp3k.kkp.go.id. Diakses tanggal 26 September 2022.