Psamtik III
Psamtik III (juga dieja Psammetichus atau Psammeticus) adalah firaun terakhir dinasti ke-26 Mesir Kuno yang berkuasa dari tahun 526 SM hingga 525 SM. Herodotus menyatakan bahwa Psamtik hanya menguasai Mesir selama enam bulan, sebelum kerajaannya diserbu oleh Persia di bawah pimpinan Raja Cambyses II.[1] Ia berhasil dikalahkan dalam pertempuran di Pelusium. Psamtik III melarikan diri ke Memphis, dan kemudian ditangkap. Firaun yang telah dijatuhkan itu lalu dibawa ke Susa, dan selanjutnya dihukum mati.[2]
Psamtik III | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Psammetichus III | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Firaun | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Masa pemerintahan | 526–525 BC (Dinasti ke-26) | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Pendahulu | Amasis II | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Pengganti | Cambyses II | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Anak | Amasis | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Meninggal | 525 BC |
Keluarga
suntingPsamtik III adalah putra Amasis II dari salah satu istrinya, Ratu Tentkheta. Ia meneruskan tahta ayahnya sebagai firaun pada tahun 526 SM, ketika Amasis wafat setelah memerintah dengan sejahtera selama 44 tahun.[2] Menurut Herodotus, Psamtik III mempunyai seorang putra yang bernama Amasis, juga seorang istri dan anak perempuan, keduanya tidak ditulis namanya dalam catatan sejarah.[3]
Pemerintahan dan kejatuhan
suntingPsamtik memerintah Mesir tidak lebih dari enam bulan. Beberapa hari setelah dinobatkan, hujan turun di Thebes, suatu peristiwa langka yang membuat sejumlah orang Mesir ketakutan, karena menafsirkannya sebagai firasat buruk. Firaun muda dan tidak berpengalaman ini tidak berdaya menghadapi serangan tentara Persia. Setelah pasukan Persia di bawah pimpinan Cambyses II telah melintasi padang gurun Sinai dengan bantuan orang Arab, terjadi pertempuran sengit di dekat Pelusium, sebuah kota perbatasan timur Mesir, pada musim semi tahun 525 SM.[2] Tentara Mesir dikalahkan di Pelusium, ketika Psamtik dikhianati oleh salah seorang sekutunya, Phanes dari Halicarnas. Akibatnya, Psamtik dan tentaranya harus mundur ke Memphis.[2] Tentara Persia merebut kota itu setelah mengepung dalam waktu lama, dan Psamtik ditawan. Tidak lama kemudian, Cambyses memerintahkan hukuman mati publik atas 2000 penduduk terkemuka, termasuk salah satu putra raja.[2]
Pembuangan dan kematian
suntingMenurut Herodotus, putri Psamtik dijadikan budak, putranya dihukum mati dan salah satu sahabat laki-lakinya dijadikan pengemis.[3] Mereka ini dibawa ke hadapannya untuk menguji reaksinya, dan ia hanya marah setelah melihat keadaan si pengemis. Psamtik III tidak dihukum mati, tetapi putranya dipotong-potong. Psamtik dipenjarakan dan dibawa ke Susa dalam keadaan dirantai. Mulanya ia diperlakukan dengan baik, tetapi kemudian Psamtik dilaporkan merencanakan pemberontakan terhadap Cambyses, sehingga dihukum dengan dipaksa meminum darah banteng, dan ini menyebabkan kematiannya.[3]