Private label (dalam bahasa Indonesia artinya merek pribadi)[1] merupakan istilah yang digunakan dalam dunia ritel untuk menyebut sebuah merek yang dimiliki dan dikelola sendiri oleh bisnis ritel modern (seperti minimarket, supermarket, hipermarket, toserba, dll). Sebuah toko ritel biasanya dapat menawarkan aneka jenis produk dalam private label miliknya yang ditawarkan bersamaan dengan merek-merek yang sudah ada sebelumnya.[2][3] Konsep lain yang berkaitan adalah store brand, house brand[2] dan own label.[4]

Produk aspirin di Kanada, dimana ada versi yang dibuat perusahaan ternama (Bayer, kiri) dan versi private label (kanan).
Produk ikan asin yang dijual dalam private label milik Carrefour di Indonesia, "Paling Murah".

Pada umumnya produk private label diproduksi dengan dialih dayakan ke pihak lain (maklon),[5][6][7] meskipun ada juga perusahaan ritel yang memiliki pabrik sendiri untuk memproduksi produk private label-nya.[8] Adapun produsen maklon tersebut dapat tidak diungkapkan[9][10] atau bisa dibuka ke pembeli,[11] baik itu disengaja maupun tidak disengaja. Ada juga produk private label yang diproduksi perusahaan produsen produk yang selama ini sudah terkenal.[12]

Produk private label dihadirkan karena dapat memberikan keuntungan baik pada pembeli, produsen maupun pihak ritel. Para peritel dapat meraih keuntungan yang lebih besar dibanding menjual produk-produk ternama, karena dapat mengatur bagaimana strategi produksi, suplai produknya hingga penentuan harga yang bisa lebih murah dibanding membeli produk merek ternama dari distributor. Belum lagi produk-produk tersebut bebas dari praktik seperti trading term dan listing fee.[13] Bagi konsumen, harga produk private label biasanya lebih murah karena tidak adanya iklan yang masif, belum ditambah bisa mendapatkan promosi;[14] hal ini memungkinkan konsumen membeli lebih banyak yang juga bisa meningkatkan pendapatan peritel.[15][16][17] Para perusahaan ritel juga bisa memberdayakan produsen usaha kecil dan menengah dengan produk private label-nya.[18] Namun kelemahannya seperti kualitas produk yang seringkali dipandang sebelah mata oleh pembeli.[19]

Tradisi menghadirkan produk private label diperkirakan sudah ada sejak abad ke-19 di Amerika Serikat.[20] Mulanya, produk tersebut diposisikan berkualitas tinggi namun dengan harga murah; lalu pada awal abad ke-20, banyak private label yang dibuat dengan kualitas rendah dan berharga rendah juga; dan periode selanjutnya, kembali menunjukkan kualitas yang membaik dan bahkan bisa bersaing dengan merek yang sudah dikenal (national brand).[21] Di AS sendiri periode ini terjadi mulai 1990-an,[22] yang juga diiringi tren menghadirkan produk private label berkualitas premium dan berharga tinggi.[23][24][25] Di Amerika Serikat, merek private label yang terkenal seperti Simple Truth (Kroger), Great Value (Wal-Mart)[26] dan Kirkland Signature (Costco).[27]

Di Indonesia ritel pertama yang mengembangkan teknik ini adalah Hero Supermarket, dengan nama private label Hero Save (kini Hero saja)[28] sejak tahun 1989. Sama seperti beberapa perusahaan di AS, Hero saat itu memiliki perusahaan produsen beberapa produk private label-nya yaitu PT Suba Indah,[29][30] dan sempat mengembangkannya dengan intensif menjadi merek turunan seperti Nature Choice dan Reliance.[31] Belakangan strategi ini diikuti perusahaan-perusahaan ritel lainnya di Indonesia, seperti berikut:

Adapun jumlah dan ragam produk private label yang disediakan tiap peritel berbeda-beda. Carrefour dulu misalnya memiliki 2.000-3.000 jenis produk di bawah semua private label-nya, Indomaret sekitar 500 dan Alfamart memiliki 100.[14]

Rujukan

sunting
  1. ^ Optimalisasi Digital Marketing: Modul Pembelajaran Kewirausahaan
  2. ^ a b Hargrave, Marshall. "How Private Brands Matter". Investopedia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 March 2022. 
  3. ^ (Fitzell 1982, hlm. 9): Any time a product is packaged under a label owned by a retailer, it can be called private label.
  4. ^ a b c d e Belanja Murah? Private Label Aja
  5. ^ Morrison, Stella. "How Private Labeling Works". business.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 May 2022. 
  6. ^ MBA Skool Team. "Private Label Meaning & Definition". MBA Skool. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 September 2020. 
  7. ^ Mahmoud, Rasha (31 May 2020). "Private Label: Definition, Example, Pros & Cons". Retail Dogma. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 May 2022. 
  8. ^ "What is Private Labeling?". Ecommerce CEO. Orbit Local LLC. Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 March 2022. 
  9. ^ Hirsh, Sophie (4 January 2022). "How Trader Joe's, Whole Foods, and Kroger Make Their Store-Brand Products". Green Matters. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 April 2022. 
  10. ^ Dixon, Vince (9 August 2017). "What Brands Are Actually Behind Trader Joe's Snacks?". Eater. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 April 2022. 
  11. ^ Tuder, Stefanie (28 October 2016). "How La Boulangerie Bounced Back and Into Trader Joe's and Costco". Eater. Diarsipkan dari versi asli tanggal 31 March 2021. 
  12. ^ Laurin (23 April 2015). "Generic vs Name Brand Foods - Is there really a difference?". The Dinner Daily. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 November 2021. Another interesting piece of information: generics are often made by that national brand, in the same plant, from the same farm, the same dairy etc, but just packaged in a less flashy way. 
  13. ^ Pemasok minta pembatasan..
  14. ^ a b Hypermarket dan Minimarket Makin Kepincut Private Label
  15. ^ Private Label Adalah: Pengertian, Cara Kerja, Keuntungan Dan Kelemahan
  16. ^ Private Label, Contoh Lain dari The Power of Packaging
  17. ^ Konsultasi Pemasaran: Private Label
  18. ^ Produk Private Label, Juru Selamat Perusahaan Ritel
  19. ^ a b c PRIVATE LABEL : KAJIAN PERSEPSI KONSUMEN AKAN KUALITAS DAN VALUE FOR MONEY
  20. ^ (Fitzell 1982, hlm. 28–40, Chapter 2: History of Private Labels).
  21. ^ (Fitzell 1982, hlm. 40–41, Chapter 2: History of Private Labels).
  22. ^ Quelch, John; Harding, David (January–February 1996). "Brands Versus Private Labels: Fighting to Win". Harvard Business Review. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 May 2016. 
  23. ^ Dunne, David; Narasimhan, Chakravarthi (May–June 1999). "The New Appeal of Private Labels". Harvard Business Review. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 April 2021. 
  24. ^ Shoup, Mary Ellen (19 June 2020). "Deloitte report: What does the future hold for the food retail sector?". FoodNavigator-USA. William Reed Ltd. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 June 2020. 
  25. ^ "The rise of premium private label and its impact on discount retailers". nielseniq.com. Nielsen Corporation. 2 August 2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 May 2022. 
  26. ^ Biscotti, Louis (2 May 2019). "Private Label Brands Roar At Retail". Forbes. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 December 2020. 
  27. ^ Louis, Serah (23 December 2021). "These are the big brands hidden behind Costco's Kirkland label". MoneyWise. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 April 2022. 
  28. ^ PENGARUH STORE IMAGE DAN PERCEIVED PRICE TERHADAP PRIVATE LABEL BRAND PRESTIGE PADA SUPERMARKET HERO DI JAKARTA
  29. ^ Eksekutif, Masalah 199-204
  30. ^ 36 kasus pemasaran asli Indonesia: bermain dengan persepsi
  31. ^ PT HERO SUPERMARKET Tbk
  32. ^ Private Label Grand Prize
  33. ^ Desain Kemasan Privat Label Alfamart
  34. ^ BAB 1
  35. ^ Private Label
  36. ^ All products
  37. ^ PENJUALAN FESYEN: Department Store Matahari Genjot Kinerja 10 Merek Private Label