Prigen, Prigen, Pasuruan

kelurahan di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur

Prigen adalah sebuah kelurahan di wilayah Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur. Secara geografis Prigen berbatasan dengan Desa Lumbangrejo di Barat, Kelurahan Pecalukan di Timur, Desa Gambiran di Utara, dan Hutan Negara di Selatan. Kelurahan ini terdiri dari 6 RW dan 33 RT yakni : RW 01 lingkungan Ngemplak, RW 02 lingkungan Prigen Timur, RW 03 lingkungan Prigen Barat, RW 04 lingkungan Palembon, RW 05 lingkungan Rekesan dan RW 06 lingkungan Tretes.

Prigen
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Timur
KabupatenPasuruan
KecamatanPrigen
Kodepos
67157
Kode Kemendagri35.14.10.1009 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS3514100009 Edit nilai pada Wikidata
Luas... km²
Jumlah penduduk... jiwa
Kepadatan... jiwa/km²
Peta
PetaKoordinat: 7°41′18″S 112°37′59″E / 7.68833°S 112.63306°E / -7.68833; 112.63306

Kelurahan ini berbatasan dengan

  • Desa Gambiran di sebelah utara,
  • Desa Lumbangrejo di sebelah barat,
  • Kelurahan Pecalukan di sebelah timur, dan
  • Hutan Negara di sebelah selatan.

Sejarah

sunting

Asal mula Tretes – Prigen – Rekesan

sunting

Babat alas Dusun Tretes

sunting

Tahun 1706 benteng terakhir Untung Suropati (Adipati Wiranegara) di Pasuruan jatuh. Untung Suropati gugur. Pasukannya tercerai berai. Beberapa orang mengundurkan diri ke Mojokerto dan Kediri dan meneruskan perlawana terhadap Belanda bergabung dengan Kadipaten lain.

Beberapa anggota laskar Untung Suropati lainnya menyingkir ke hutan-hutan di wilayah Pasuruan dan Malang, tepatnya di Lereng Gunung Arjuno Welirang untuk menghindari kejaran musuh. Harapannya suatu saat dapat menggalang kekuatan untuk melawan kompeni Belanda. Diantara anggota laskar itu adalah Kaliah, Andan Bumi, R. Adziman dan beberapa teman lainnya. Kaliah yang akhirnya dikenal sebagai mbah Kaliah menetap di tempat paling terpencil.Tinggal di hutan perawan yang lebat. Masih banyak binatang buas serta dikenal angker. Tempat baru ini begitu subur karena banyak sumber airnya. Di sinilah mbah Kaliah memulai kehidupan baru dengan membabat hutan dan mendirikan pondok sederhana. Karena tempat ini merupakan daerah yang sangat aman maka di saat tertentu, rekan-rekan seperjuang Kaliah berkumpul di tempat ini untuk membicarakan tentang masa depan.¬ Lantaran tempat baru yang diidami Kaliah banyak sumber air dan rembesan airnya ada yang selalu menetes melalui celah-celah batu tebing, maka tempat ini kemudian dinaman TRETES, yang artinya selalu menetes. Akhirnya dalam waktu yang panjang wilayah Tretes makin ramai karena banyak pendatang yang datang dan menetap. Maka jadilah wilayah di kaki Gunung Welirang yang semula berupa hutan lebat menjadi pedukuhan kecil di pinggir hutan yang dipimpin oleh Mbah Kaliah. Mbah Kaliah kemudian menikah dan mempunyai 3 orang keturunan, yakni Kaliah, Kalibah dan Tariman Datuk Bendoro Inten. Dari Kalibah inilah kemudian yang menurunkan tetua-tetua/ lurah dukuh dan desa Tretes/ Prigen. Konon, di pedukuhan Tretes inilah Kaliah, Andan Bumi serta R .Adziman sering bertemu untuk bersilaturahmi sekaligus membahas perkembangan pedukuhan masing-masing.

Babat alas Dusun Prigen

sunting

Andan Bumi, menetap di tempat yang agak ke bawah. Kira-kira 5 kilometer sebelah Utara dari tempat Kaliah membabat hutan (Tretes). Andan Bumi juga dikenal sebagai Asmoro Bumi merupakan rekan seperjuangan Kaliah dan Adziman. Di tempat yang masih hutan perawan ini Andan Bumi membabat hutan dan mendirikan pondok untuk tempat tinggal. Dalam beberapa waktu kemudian banyak pendatang yang ikut tinggal di pondok yang didirikan Andan Bumi. Makin lama makin banyak penduduk sehingga jadilah sebuah pedukuhan/ dusun.

Babat alas Dusun Rekesan

sunting

Rekesan merupakan hutan yang dibuka oleh Mbah Noyo (Mbah Tonoyo) dan Mbah Umar. Mbah Tonoyo berasal dari Tretes, sedangkan Mbah Umar berasal dari Prigen. Mulanya, wilayah Rekesan, yang berupa tanah perbukitan masih berupa hutan yang belum terjamah. Akhirnya, Mbah Tonoyo dan Mbah Umar memulai untuk menggarap hutan tersebut sebagai ladang (tegal) dan tempat tinggal. Maka sejak saat itulah keturunan Mbah Noyo dan Mbah Umar beranak pinak dan mendiami wilayah perbukitan yang terletak sekitar 500 meter di bawah pedukuhan Tretes Konon, saat Kompeni Belanda sudah menguasai seluruh Jawa, maka tanah-tanah yang dikuasai penduduk mulai di data. Termasuk tanah di wilayah Rekesan. Belanda mengganggap bahwa tanah di hutan dekat air terjun ini juga wajib setor pajak kepada Kompeni Belanda.Tanah-tanah penduduk kemudian di data dan di-Rekes (diminta) pajaknya oleh Kompeni Belanda. Memang ada beberapa penduduk yang tidak kena pajak, seperti P. Martam (Ayah P. Sudjono/ Pak Jon). Mengingat tempatnya yang memiliki panorama dan hawa yang sejuk, maka pegawai-pegawai Belanda pun mulai mendirikan villa/ Loji di wilayah baru tersebut. Salah satu villa besar di wilayah perbukitan itu kemudian diberi nama Villa REKESANA yang didirikan oleh Dr. Uloch.

Masa Penjajahan

sunting

Tidak ada bukti otentik persisnya Belanda masuk wilayah Tretes. Namun dari beberapa peninggalan Belanda baik berupa Bangunan Gedung, Jalan Raya serta foto-foto lama dapat disimpulkan Belanda sudah masuk dan menguasai wilayah Tretes Prigen sekitar Tahun 1850 an yakni setelah Perang Besar di Tanah Jawa berakhir. Seperti kita ketahui, perang Jawa (Java Oorlog) dikobarkan oleh Pangeran Diponegoro dkk antara tahun 1825 – 1830. Perang ini berakhir dengan ditangkapnya Pangeran Diponegoro di Magelang.

Sejak itulah kompeni Belanda dengan leluasa menguasai daerah-daerah di seluruh penjurus Nusantara tak terkecuali tanah Jawa. Maka di daerah-daerah mulai bermunculan bangunan-bangunan industri , perkebunan-perkebunan dan tempat-tempat-tempat peristirahatan. Dari Kalibah inilah kemudian yang menurunkan tetua-tetua/ lurah dukuh dan desa Tretes/ Prigen. Konon, di pedukuhan Tretes inilah Kaliah, Andan Bumi serta R .Adziman sering bertemu untuk bersilaturahmi sekaligus membahas perkembangan pedukuhan masing-masing.

Masa kemerdekaan

sunting

Tidak ada bukti otentik persisnya Belanda masuk wilayah Tretes. Namun dari beberapa peninggalan Belanda baik berupa Bangunan Gedung, Jalan Raya serta foto-foto lama dapat disimpulkan Belanda sudah masuk dan menguasai wilayah Tretes Prigen sekitar Tahun 1850 an yakni setelah Perang Besar di Tanah Jawa berakhir. Seperti kita ketahui, perang Jawa (Java Oorlog) dikobarkan oleh Pangeran Diponegoro dkk antara tahun 1825 – 1830. Perang ini berakhir dengan ditangkapnya Pangeran Diponegoro di Magelang.

Tretes, yang terletak di lereng Gunung Welirang mempunyai panorama yang indah. Airnya jernih, hawanya sejuak. Tak mengherankan Belanda pun banyak mendirikan rumah peristirahatan/ villa/ loji di tempat ini. Selain loji pribadi/ milik perusahaan, Belanda juga mulai membangun fasilitas umum. Diantaranya membangun hotel yang bernama Bad Hotel Tretes. Bad Hotel Tretes didirikan sekitar tahun 1890.