Pranoto Reksosamodra

Tokoh Militer Indonesia
(Dialihkan dari Pranoto Reksosamudro)

Mayor Jenderal TNI (Purn.) Pranoto Reksosamodra (16 April 1923 – 9 Juni 1992) adalah seorang tokoh militer Indonesia yang pernah menjadi Pangdam VII/Diponegoro menggantikan Kolonel Soeharto. Pada Masa Menteri/Panglima Angkatan Darat, Letnan Jenderal Ahmad Yani ia menjadi Asisten III bidang Personalia.

Pranoto Reksosamodra
Menteri/Panglima Angkatan Darat
Pelaksana Tugas Harian
Masa jabatan
2 Oktober 1965 – 14 Oktober 1965
PresidenSoekarno
Sebelum
Pendahulu
Ahmad Yani
Pengganti
Soeharto
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir(1923-04-16)16 April 1923
Purworejo, Indonesia
Meninggal9 Juni 1992(1992-06-09) (umur 69)
Jakarta
Karier militer
Pihak
Dinas/cabang
Masa dinas1943—1966
Pangkat Mayor Jenderal TNI
NRP10865
SatuanInfanteri
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini
Mayjen Pranoto di antara Soekarno dan Ahmad Yani

Riwayat Hidup

sunting

Masa kecil dan muda

sunting

Ia merupakan anak kesembilan dari sepuluh bersaudara pasangan R. Soempeno Reksosamodra dan R. Ngt. Wasiah Soempeno Reksosamodra. Setelah menamatkan sekolah dasar HIS Muhammadiyah pada tahun 1937, ia kemudian melanjutkan sekolah menengah di MULO Muhammadiyah, Yogyakarta dan selesai pada tahun 1940. Keinginan yang kuat untuk menjadi guru membuatnya melanjutkan ke HIK Muhammadiyah, sebuah sekolah guru untuk tingkat menengah. Sekolah ini diselesaikannya pada tahun 1943. Sebenarnya Pranoto Reksosamodra sejatinya seorang guru sekolah menengah, sebelum ia terjun menjadi tentara Pembela Tanah Air (PETA) menjelang kemerdekaan Indonesia. Gegap-gempita menjelang proklamasi kemerdekaan, membuat calon guru ini terpanggil menjadi tentara pembela tanah airnya.

Berkarier di Militer

sunting
 
Hamengkubuwono IX, Presiden Soekarno, Kolonel Pranoto, Menteri Roeslan Abdulgani dalam sebuah acara di Markas Komando T&T IV Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah.

Tahun 1943, ia masuk Pendidikan Militer Renseital (PETA) di Magelang dan Kanbu Kyoikutai (PETA) Bogor. PETA lalu menjadi cikal bakal TNI. Selanjutnya pemuda Pranoto bergabung meniti karier militer mulai dari komandan peleton, komandan kompi, komandan batalion sampai komandan resimen infanteri dengan berbagai pengalaman perang gerilya di wilayah Jawa Tengah. Diawali dengan menempuh pendidikan di Sekolah Staf Komandan Angkatan Darat (SSKAD) 1957, ia kemudian menjadi Kepala Staf Tentara dan Teritorium (T&T) IV Kodam Diponegoro. Kemudian Pranoto berturut-turut menjadi Panglima Kodam III 17 Agustus Sumatera Barat (1958), Panglima Kodam IV Diponegoro (1959-1961), sampai pada akhirnya menjadi Asisten III Menteri Panglima Angkatan Darat bidang Personalia (1962-1965).

Menjadi Menteri/Panglima Angkatan Darat

sunting

Ketika Letnan Jenderal Ahmad Yani gugur pada peristiwa G30S maka dia ditunjuk oleh Presiden Soekarno untuk menjadi Pelaksana Tugas Harian Menteri Panglima Angkatan Darat menggantikan Ahmad Yani dengan nama jabatan sebagai Petugas Urusan Harian Angkatan Darat sejak 2 Oktober 1965, dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal.[1]

Masa Penahanan

sunting

Nasib malang pelan-pelan mulai melingkungi kehidupannya. Selanjutnya, oleh sebab yang Pranoto sendiri pun tak ketahui, atas perintah Menteri Panglima Angkatan Darat Soeharto, dengan surat perintah penangkapan/penahanan No.37/2/1966, tertanggal 16 Februari 1966, ia ditahan di Blok P, Kebayoran Baru, Jakarta dengan tuduhan terlibat dalam G30S. Sejak hari itu, tanpa pemeriksaan apalagi pengadilan, Jenderal Pranoto Reksosamodra mengalami penahanan selama 15 tahun, sampai dibebaskan pada 16 Februari 1981. Selama itu pula, perlahan segala hak yang melekat sebagai anggota TNI Angkatan Darat tak lagi diterimanya, bahkan hilang sepenuhnya sejak tahun 1975. Ini semua berlangsung tanpa surat pemberitahuan resmi sama sekali.

Ia meninggal pada 9 Juni 1992 dan dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan.

Referensi

sunting
  1. ^ Keputusan Presiden No.302 Tahun 1965

Pranala luar

sunting
Jabatan militer
Didahului oleh:
Ahmad Yani
Kepala Staf TNI Angkatan Darat
1965
Diteruskan oleh:
Soeharto