Plinthosol adalah tanah yang mengandung bahan plinthit [1] Tanah ini termasuk ke dalam sepuluh set kelompok tanah referensi yang merupakan 30 kelompok tanah utama pada World Reference Base (WRB) tahun 1998. Plinthit merupakan bahan liat lapuk, kaya seskuioksida, miskin humus, biasanya berupa karatan-karatan merah di atas dasar kelabu atau dasar merah dengan karatan kelabu atau putih. Plinthit sendiri berbentuk poligonal atau berjaring-jaring dan memadat (irreversible). Ketika terjadi keadaan basah dan kering secara bergantian, bahan phinthit akan berubah menjadi keras serta membentuk lapisan padat (hardpan). Pada Plinthosol, plinthite hadir sebagai lapisan indurat pada kedalaman dangkal atau sebagai plinthite lunak. Secara internasional, tanah ini termasuk Tanah Laterit Air Tanah, "Lateritas Hydomorficas".

Profil Tanah dan Penyebarannya

sunting

Tanah ini terbentuk dari susunan horison yang terdiri atas horison ochrik pada permukaan tanah juga horison plinthit atau petro plinthit pada bawah permukaan tanah sedalam 50 cm atau lebih. Plinthosol tersebar seluas 60 juta hektar, utamanya di cekungan Amazon bagian timur, Cekungan Kongo Tengah dan sebagian Asia Tenggara. Daerah yang lebih kering termasuk zoma sudano-sahelian, sabana Afrika Selatan, benua India dan sebagian Asia Tenggara memiliki batuan pisolith dan petroplinthite yang lebih keras. Pembentukan plinthite dikaitkan dengan daerah datar hingga landai dan memiliki air tanah yanf berfluktuasi. Plinthite lebih sering terjadi pada pelapukan material dari batuan dasar dibandugkan pada pelapukan batuan asam. Dalam kasus apapun dibutuhkan penyediaan zat besi yang cukup, baik yang berasal dari bahan induknya sendiri atau yang dibawa oleh air rembesan dari tempat lain.

Plinthosol tumbuh di daerah tropis dengan banyak terdapat tanahtropis merah seperti Ferralsol, Alisosl, Acrisols, dan Lixisols. Tanah dengan sisa plinthite lunak terdapat pada posisi lanskap yang memiliki drainase yang kurang baik; mereka menunjukan sifat gleyik dan/atau stagnik dan terkait dengan gleysol.

Ciri Morfologi

sunting

Plinthite adalah tanah liat berbintik-bintik merah tetapi tidak semua tanah liat berbintik merah adalah plinthite. Tidak mudah membedakan antara lempung berbintik-bintik normal, plinthite, dan kerikil batu besi karena keduanya saling bergradasi. Berikut merupakan kriteria lapangan untuk mengidentifikasi plinthite:

  1. bintik merah tegas atau sangat keras saat lembab dan keras atau sangat keras saat kering
  2. dapat dipotong dengan pisau
  3. memiliki batasan yang tajam
  4. hampir tidak menodai jari saat digosok
  5. tidak basah kuyup di dalam air.

Ciri pembeda yang paling jelas dari plinthite adalah mengeras secara irreversibel menjadi petroplinthite setelah berulang kali dibasahi dan dikeringkan, namun hal ini tidak selalu dapat dipastikan di lapangan.

Karakteristik Hidrologi

sunting

Plinthosol dengan plinthite lunak terdapat di wilayah dengan surplus curah hujan tahunan yang berbeda dibandingkan penguapan. Air hujan yang meresap dapat menyebabkan gejala eluviasi seperti horizon permukaan bawah permukaan aibik, seringkali di bawah permukaan horizon permukaan umbrie. Plinthosol di dataran rendah cenderung mempunyai sifat gleyik atau stagnik.

Karakteristik Fisik

sunting

Plinthite lunak bersifat padat dan menghalangi perkolasi air yang dalam dan penetrasi akar tanaman. Kepadatan spesifik petroplintit berkisar antara 2,5 hingga 2,6 Mg m2 dan meningkat seiring dengan meningkatnya kandungan besu. Plinthosol dengan batu besi kontinu pada kedalaman dangkal umumnya tidak cocok untuk lahan pertanuan karena kapasitas penyimpanan airnya yang rendah.

Karakteristik Kimia

sunting

Semua Plinthosol mempunyai kandungan besi dan/atau aluminium yang tinggi, dengan proporsi bervariasi lebih dari 80% oksida besi dengan sedikit aluminium hingga sekitar 40% masing-masing oksida besi. Kebanyakan plinthosol memiliki sifat pertukaran kation yang buruk dan saturasi basa yang rendah tetapi terdapat pengecualian misalnya unit tanah endokutrik.

Genesis

sunting

Terbentuknya tanah plinthosol akibat dari keadaan iklim yang panas dan lembab. Selain itu curah hujan yang tinggi dengan musim kering yang singkat juga dapat memicu pembentukan tanah plinthosol. Sedangkan Plinthit sendiri terbentuk karena adanya pelindihan kation basa yang sangat intensif. Hal tersebut menyebabkan adanya penumukan bahan seskuioksida pada horison bawah, selain itu dapat memicu terbentuknya motling atau bercak besi oksida akibat proses reduksi dan oksidasi yang terjadi secara bergantian [2]

Referensi

sunting
  1. ^ Fiantis, Dian. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Padang, Sumatera Barat: Lembaga Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi Universitas Andalas. 
  2. ^ "Plinthosol | Organic Matter, Clay & Humus | Britannica". www.britannica.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-03-31. 

[1]

  1. ^ "INSPIRE registry". inspire.ec.europa.eu. Diakses tanggal 2024-03-31.