Phan Đình Phùng (Hán tự: ; 1847– 21 Januari 1896) adalah revolusionis Vietnam yang memimpin pergerakan perlawanan terhadap pasukan kolonial Prancis di Vietnam. Ia merupakan pengikut aliran konfusius yang paling menonjol dalam kampanye gerakan anti-Prancis pada abad ke-19 dan ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada abad ke-20. Ia dikenal karena tidak mau berkompromi dan memiliki prinsip serta pendirian yang kuat dengan menolak untuk menyerah walaupun Prancis telah merusak kuburan nenek moyangnya dan mengancam untuk membunuh anggota keluarganya.

Phan Đình Phùng
A cement statue depicting a man with a moustache holding a rifle in one hand and a stick in another, wearing traditional clothes. He stands on a polished stone pedestal.
Patung Phan Đình Phùng yang terletak di Kantor Pos Umum Cho Lon, Distrik 5, Ho Chi Minh City.
Lahir1847
Đông Thái, Đức Thọ, Hà Tĩnh, Vietnam
MeninggalJanuary 21, 1896 (umur 48–49)
Nghệ An, Vietnam
Nama lainPhan Đình Phùng
OrganisasiNguyen Dynasty
Gerakan politikCần Vương
Penghargaan1st place, Metropolitan imperial examinations, 1877
Catatan
Imperial Censor of Emperor Tu Duc
A tattered, ripped and crumpled piece of light coloured paper with writings penned in Chinese chearacters in dark ink, pinned on a wall for display in a museum.
Manuskrip yang ditanda tangani oleh Phan Dinh Pung

Lahir dari keluarga pejabat dari Provinsi Ha Tinh, Phan melanjutkan tradisi keluarganya dengan mengikuti tes kerajaan metropolitan pada 1877. Pangkatnya naik hingga berada di bawah Raja Tu Duc dari Dinasti Nguyen, sebuah reputasi yang ia dapat karena integritas dan sikap tidak mau berkompromi terhadap korupsi. Phan ditunjuk sebagai Kepala Pemeriksa Kerajaan, sebuah posisi yang memberinya wewenang unuk mengkritik pejabat bahkan raja. Keberadaan Phan sebagai kepala pemeriksa berhasil menghapuskan berbagai pejabat yang korupsi dan tidak kompeten.

Setelah kematian Tu Duc, Phan hampir kehilangan nyawanya untuk melakukan perlawanan di pengadilan kerajaan. Bupati Ton That Thuyet yang menginginkan posisi suksesi Tu Duc memberhentikan dan membunuh tiga raja dalam waktu satu tahun. Phan memprotes kegiatan Thuyet ini, ia dipenjarakan hingga akhirnya diasingkan ke kampung asalnya. Waktu itu, Prancis baru saja menaklukkan Vietnam dan menjadikannya sebagai bagian dari Indochina Prancis. Phan bersama dengan Thuyet mengatur pasukan pemberontakan sebagai bagian dari pergerakan Can Vuong dan menjadikan Raja Ham Nghi sebagai kepala negara Vietnam. Kampanye ini berlangsung selama tiga tahun hingga 1888, ketika akhirnya Prancis menangkap Ham Nghi dan mengasingkannya ke Aljazair.

Phan dan asisten militernya, Cao Thang melanjutkan perjuangan gerilya mereka dengan membangun kelompok mata - mata, markas dan pabrik senjata berskala kecil. Namun, Cao Thang terbunuh pada akhir tahun 1893. Phan meninggal akibat penyakit disentri dan pasukan Prancis mengepung seluruh tentaranya.

Karier sebagai Pejabat Pemerintahan

sunting

Phan lahir di desa Dong Thai, provinsi Ha Tinh. Dong Thai terkenal karena menghasilkan birokrat - birokrat kelas atas dan merupakan rumah bagi para pejabat resmi sejak maja Dinasti Le. Dua belas keturunan dari keluarga Phan merupakan birokrat yang sukses, sementara itu ketiga saudara laki - laki Phan yang hidup hingga dewasa berhasil melewati tes pemerintahan dan menjadi pejabat pemerintahan. Awalnya, Phan tidak ingin menjadi pejabat pemerintahan karena syarat - syarat yang dianggapnya terlalu kuno. Namun, Phan tetap bertahan dan berhasil melewati ujian tingkat regional pada 1876 dan ujian tingkat metropolitan pada tahun berikutnya. Dalam ujiannya, Phan mengambil contoh Jepang dengan tekadnya yang besar sebagai negara Asia yang mampu membuat perubahan besar dalam bidang militer.

Phan tidak dikenal karena kemampuan akademisnya. Ia dikenal karena kebijakannya yang berintegritas dan membuat namanya segera dikenal pada masa pemerintahan Kaisar Tu Duc. Phan ditunjuk pertama kali sebagai pejabat di Provinsi Ninh Binh dimana ia menghukum seorang pastor Vietnam karena secara diam - diam mendukung misionaris Prancis untuk menganiaya kaum pribumi yang non-Katolik. Di tengah - tengah kontroversi masalah tersebut, ia menolak untuk menyalahkan kelompok yang kurang populer di bidang Katolik itu sendiri antara orang Katolik Vietnam dan Prancis. Phan menyatakan bahwa hubungan kelompok ini lebih berkaitan erat dengan militer dan politisasi dan rentan terhadap pemerintahan kerajaan Vietnam. Pengadilan Huế akhirnya memindahkan Phan dari jabatan ini.

Phan dipindahkan ke badan pengawasan Pengadilan Huế dengan tugas utamanya adalah memonitor pekerjaan para birokrat. Saat menjabat di bagian ini, ia kurang disukai oleh para koleganya, namun ia tetap dipercaya oleh kaisar karena telah mengungkapkan niat kurang baik dari sebagian besar anggota pengadilan karena berusaha menggulingkan kekuasaan raja. Kaisar Tu Duc kemudian memindahkan Phan ke utara Vietnam untuk melakukan inspeksi terhadap pemerintahan di daerah tersebut. Hasil penyelidikannya membuat banyak para pegawai pemerintahan dipecat karena terindikasi melakukan praktik korupsi atau tidak bekerja secara kompeten. Phan bahkan berani mengkritik viceroy di daerah tersebut. Posisi berikutnya yang dijabat Phan adalah Kepala Pemeriksa Kerajaan atau Ngu Su yang memberikan wewenang kepada Phan untuk mengkritisi kebijakan pejabat tinggi negara serta para anggota kerajaan. Phan secara terbuka mengkritik Ton That Thuyet, pegawai penting di pengadilan karena sikap gegabah dan tidak jujur. Disamping usahanya untuk memberantas korupsi, Phan juga menulis sejarah geografi Vietnam yang diterbitkan pada tahun 1883.

Terlepas dari posisinya pentingnya di Dinasti Nguyen, informasi mengenai pendapat Phan atas hubungan Vietnam dan Prancis sangat sedikit. Prancis pertama kali menginvasi Vietnam pada 1858, ditandai dengan Penaklukan Cochinchina. Tiga provinsi dikuasai atas dasar Traktat Saigon tahun 1862 dan tiga provinsi lainnya pada tahun 1867 sehingga membentuk koloni Cochinchina. Selama masa ini, ada perdebatan keras di Pengadilan Huế mengenai stratergi terbaik untuk merebut kembali daerah - daerah tersebut.

Referensi

sunting