Pewarnaan peta merupakan proses pemberian warna di beberapa daerah peta yang bertujuan untuk membandingkan dua daerah yang berbatasan langsung dengan memiliki warna tersendiri. Proses tersebut membutuhkan warna yang sama banyak dengan beberapa daerah di lokasi tersebut sehingga terhindar dari ketidakefisienan. Dibutuhkan pembelajaran terkait penentuan dan penggunaan warna pada peta.[1] Pewarnaan peta juga membutuhkan beberapa penerapan data analisis seperti pewarnaan graf dan peta topografi.

Pewarnaan graf

sunting

Pewarnaan graf merupakan pemberian warna dengan bilangan berurut menggunakan beberapa warna pada suatu graf. Beberapa objek seperti simpul, sisi, dan wilayah dapat digunakan agar setiap wilayah yang berdekatan memiliki warna yang berbeda. Dalam mewarnai graf juga dibutuhkan jumlah warna yang seminimal mungkin.[2] Pewarnaan graf menjadi penerapan penyelesaian pewarnaan peta karena algoritma yang digunakan, Algoritma Welch-Powell, dapat mengurutkan simpul yang sederajat dan menguruti jumlah sisi yang terhubung. Dengan pewarnaan simpul sesuai dengan derajat tinggi dengan warna yang berbeda dari simpul berikutnya, menjadi hasil pewarnaan wilayah.[3]

Topografi

sunting

Peta topografi merupakan penggambaran peta terhadap permukaan bumi melalui ketinggian. Keadaan tersebut juga dapat menggambarkan kemiringan lahan atau kontur lahan dengan kemiringan lereng yang bergantung dengan besarnya kontur lahan. Peta topografi sering digunakan di tahap awal kegiatan lapangan yang bertujuan untuk melakukan perencanaan pengembangan wilayah di sektor pemulihan lokasi atau pekerjaan konstruksi. Pembahasan proses geologi muda seperti erosi dan potensi longsor atau pergerakan tanah menjadi data penting unsur penting peta topografi.[4]

Karakteristik yang dimiliki peta topografi lebih dari memberikan informasi kenampakan alam atau tinggi/rendah dari bentuk permukaan bumi. Pertama, dibandingkan dengan peta kontur yang hanya memiliki warna putih dan kuning dengan garis-garis, peta topografi memiliki warna yang minim dan mengindentifikasikan informasi seperti separuh kontur tanah yang bermaksud pembaca dapat memahami garis-garis kontur yang tercetak jelas. Kedua, skala yang digunakan sangat besar yang bertujuan untuk pembaca mendapatkan informasi yang jelas dikarenkan semakin besar skala, semakin akurat ukuran yang tertera di peta. Terakhir, dengan memiliki garis-garis kontur yang halus yang tergambar di peta menjadi ciri mudah mengenali peta topografi.[4]

Referensi

sunting
  1. ^ Muhammad Mussafi, Noor Saif (2015/05/01). "Penerapan Greedy Coloring Algorithm Pada Peta Kotamadya Yogyakarta Berbasis Four-colour Theorem". Jurnal Sains dan Teknologi. Vol. 11 (No. 1): 19–26. doi:10.14421/kaunia.1078. 
  2. ^ Sihombing, Sagita Charolina (2016/Juni). "Pewarnaan Wilayah (Region Coloring) Pada Peta Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan Menggunakan Algoritma Greedy". Jurnal Ilmiah Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Vol. 13 (No. 1): 60–77. doi:10.31851/sainmatika.v13i1.1000. 
  3. ^ Fransiskus Fran, Afriantini, Helmi, (2019-10-10). "PEWARNAAN SIMPUL, SISI, WILAYAH PADA GRAF DAN PENERAPANNYA". Bimaster : Buletin Ilmiah Matematika, Statistika dan Terapannya. 8 (4). doi:10.26418/bbimst.v8i4.36037. ISSN 2302-9854. 
  4. ^ a b Novia, Adinda Rizqi (2019/May/15). "Pengolahan Data Tinggi Pada Google Earth Menjadi Garis Kontur Pada Autocad".