Perwakilan Diplomatik Jepang ke Hindia Belanda

Perwakilan Diplomatik Jepang ke Hindia Belanda adalah upaya diplomatik yang dilakukan Kekaisaran Jepang kepada Kerajaan Belanda agar membuka akses eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam di wilayah Hindia Belanda dengan mengirim menteri dari kabinet Hideki Tojo, yaitu Menteri Perindustrian Kobayasi Ichiro dan Menteri Luar Negeri Yoshizawa Kenkichi.[1]

Perwakilan Kobayasi

sunting

Perwakilan Kobayasi adalah perwakilan diplomatik Kekaisaran Jepang yang pertama kepada Kerajaan Belanda yang dilakukan oleh Menteri Perindustrian Kekaisaran Jepang, Kobayasi Ichiro pada September sampai Oktober 1940. Kobayasi mendatangi wilayah Hindia Belanda, tepatnya di Batavia untuk melobi pemimpin Hindia Belanda agar bersedia bergaabung dengan Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia, sebuah ide Pan-Asia yang digagas oleh Kekaisaran Jepang untuk menyatukan seluruh Asia dibawah kepemimpinan Jepang. Selain meminta Hindia Belanda mengakui kepemimpinan Jepang di Asia, Jepang juga meminta Belanda untuk meningkatkan ekspor sumber daya mineral, terutama minyak bumi ke Kekaisaran Jepang, nmaun pihak Kerajaan Belanda di Hindia Belanda menolak mentah-mentah keinginan Kobayasi itu.[1]

Perwakilan Yoshizawa

sunting

Perwakilan Yoshizawa adalah perwakilan diplomatik lanjutan dari Perwakilan Kobayasi yang dilakukan Kekaisaran Jepang kepada Kerajaan Belanda sebelumnya agar mau menyerahkan Hindia Belanda kepada Kekaisaran Jepang untuk dimasukan ke dalam Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia. Perwakilan ini dilakukan oleh Menteri Luar Negeri, Yoshizawa Kenkichi. Perwakilan kali ini lebih tegas dan keras dibanding Perwakilan Kobayasi, Kekaisaran Jepang kali ini berupaya menekan Kerajaan Belanda agar mendukung kebijakan militer dan politik Kekaisaran Jepang terutama di wilayah Hindia Belanda. Sementara tuntutan di bidang ekonomi, bukan lagi meminta Belanda untuk mengekspor minyak bumi, tetapi memberikan akses seluas-luasnya bagi Kekaisaran Jepang untuk mengeksploitasi sumber daya di Hindia Belanda. Hasilnya tetap sama, Belanda menolak mentah-mentah, karena Jepang sangat membutuhkan minyak, sementara pasokan minyak mereka di embargo oleh Amerika Serikat atas perintah Presiden Franklin D. Roosevelt, maka akhirnya Kekaisaran Jepang memutuskan untuk menyerang Hindia Belanda setelah mereka menyerang Pearl Harbour setahun sebelumnya.[2]

Referensi

sunting
  1. ^ a b Nino Oktorino, Ensiklopedi Pendudukan Jepang di Indonesia, (Jakarta: Elex Media Komputindo,2013) hal. 73
  2. ^ Nino Oktorino, Ensiklopedi Pendudukan Jepang di Indonesia, (Jakarta: Elex Media Komputindo,2013) hal. 74