Perumpamaan dalam Al-Qur'an

Perumpamaan dalam Al-Qur'an adalah beberapa kata-kata ungkapan yang disebutkan oleh Allah di dalam Al-Qur'an, yang isinya menyangkut pujian terhadap orang mukmin[1] atau hinaan terhadap orang-orang kafir, beberapa perumpamaan di dalam Al-Qur'an tersebut diantaranya adalah perumpamaan laba-laba dalam surah al-'Ankabut. Dengan perumpamaan inilah Allah menegaskan bahwa dengan perumpamaan di dalam Al-Qur'an mampu menyesatkan orang-orang kafir dan memberikan petunjuk kepada orang-orang mukmin. [2]. Dalam perumpamaan lain, Allah mengambil permisalan berupa benda-benda sehari-hari, gejala alam, hewan atau tumbuhan,[3] seperti yang disampaikan dalam surah all-Baqarah: 265

وَمَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ وَتَثْبِيتًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍ بِرَبْوَةٍ أَصَابَهَا وَابِلٌ فَآتَتْ أُكُلَهَا ضِعْفَيْنِ فَإِنْ لَمْ يُصِبْهَا وَابِلٌ فَطَلٌّ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.
Perumpamaan dalam Al-Qur'an digunakan oleh Allah untuk memudahkan pemahaman atas ajaran Islam. Tiap perumpamaan mengandung nilai instruksional. Jumlah perumpamaan di dalam Al-Qur'an lebih dari 40. Salah satu bentuknya adalah benda. Suatu konteks disebut sebagai perumpaan di dalam Al-Qur'an bila memenuhi 4 rukun. Perumpamaan-perumpamaan di dalam Al-Qur'an terdapat dalam surah-surah Al-Matsani. Kajian mengenai perumpamaan di dalam Al-Qur'an oleh para ulama, ada yang dalam satu kitab penuh dan ada yang hanya satu bab khusus saja.

Kedudukan

sunting

Isi Al-Qur'an mengandung nilai-nilai instruksional. Nilai-nilai ini berkaitan dengan kebijakan yang ditetapkan sebagai akibat dari pewahyuan untuk menyelesaikan kondisi yang spesifik. Peran perumpamaan pada teks Al-Qur'an sebagai salah satu cara penyampaian nilai-nilai instruksional tersebut.[4]

Perumpamaan di dalam Al-Quran dibedakan menjadi penyerupaan sesuatu dengan hal serupa lainnya dan penyamaan antara keduanya dalam hukum. Jumlah perumpaman ini lebih dari empat puluh.[5]

Bentuk

sunting

Dalam Surah Ali Imran, Allah mengumpamakan agama sebagai sebuah tali. Perumpamaan ini berkaitan dengan perintah Allah untuk berpegang teguh. Memegang tali menjadi bentuk perumpamaannya.[6]

Konteks dalam Al-Qur'an hanya disebut sebagai perumpamaan ketika memenuhi 4 rukun. Rukun pertama ialah ada sesuatu yang akan diumpamakan. Rukun kedua ialah memiliki asal cerita yang akan disamakan. Rukun ketiga ialah hal yang diumpamakan dan disamakan memiliki persamaan. Rukun keempat adalah adanya makna keserupaan.[7]

Penempatan

sunting

Perumpamaan-perumpamaan sering diulang di dalam Al-Qur'an. Terdapat surah-surah di dalam Al-Qur'an yang memmberi pengulangan perumpamaan. Surah-surah ini disebut sebagai Surah Al-Matsani. Penamaan ini didasarkan kepada kepanjang-pendekan surah. Kedudukan Surah Al-Matsani setelah Surah Al-Miin yang ayatnya sekitar 100 ayat dan sebelum Surah Al-Mufashal yang ayatnya berjumlah sangat sedikit dan pendek.[8]

Hikmah

sunting

Allah menyatakan di dalam Al-Qur'an mengenai tujuan-Nya membuat perumpamaan di dalam Al-Qur'an. Dalam Surah Al-Hasyr Ayat 21, tujuan perempuaan dibuat untuk menjadikan manusia dapat berpikir. Kemudian pada Surah Al-Ankabut Ayat 43 dinyatakan tujuannya untuk dipahami oleh orang-orang yang berilmu saja. Lalu pada Surah Az-Zumar Ayat 27, dinyatakan bahwa tujuannya sebagai pelajaran bagi manusia.[9]

Perumpamaan yang terdapat di dalam Al-Qur'an ada yang berupa tantangan bagi manusia untuk belajar. Salah satunya pada Surah Al-Kahfi ayat 109. Dalam ayat ini, tinta dari air laut diumpamakan dengan kalimat-kalimat Allah Meskipun air laut habis untuk dijadikan tinta dan ditambah lagi dengan jumlah yang sama, kalimat-kalimat Allah belum cukup untuk dituliskan. Perumpamaan ini merupakan tantangan bagi manusia untuk mempelajari alam dan menemukan berbagai hukum yang terdapat di dalamnya.[10]

Kajian

sunting

Kajian mengenai perumpamaan dalam Al-Qur'an dikategorikan menjadi dua kelompok ulama yang mengkajinya. Kelompok pertama membahas perumpamaan-perumpamaan di dalam Al-Qur'an dalam satu kitab lengkap yang khusus mengkajinya saja. Sementara kelompok kedua hanya menuliskannya dalam satu bab khusus yang menjadi bagian dari satu kitab lengkap. Ulama yang termasuk kelompok pertama ialah Abul Hasan Al-Mawardi. Sedangkan ulama yang termasuk ke dalam kelompok kedua antara lain Jalaluddin as-Suyuti dalam Al-Itqan dan Ibnul Qayyim al-Jauziyyah dalam A’lamul-Muwaqqi’in.[5]

Referensi

sunting

Catatan kaki

sunting
  1. ^ 2.Al-Baqarah : 261 مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ L عَلِيم Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
  2. ^ إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلًا مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا ۚ فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ ۖ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَٰذَا مَثَلًا ۘ يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا ۚ وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِينَ Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?". Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik,
  3. ^ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا ۖ لَا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
  4. ^ Adhari, I. Z., dkk. (Juni 2021). Adhari, Iendy Zelviean, ed. Kumpulan Teori Penafsiran Al-Qur'an - Al-Hadis dan Teori Ekonomi Islam Menurut Para Ahli (PDF). Bandung: Penerbit Widina Bhakti Persada Bandung. hlm. 48–49. ISBN 978-623-6092-69-9. 
  5. ^ a b Tolchah 2016, hlm. 224.
  6. ^ Sirin, Muhammad Ibnu (2018). Tafsir Mimpi menurut Al-Qur'an dan as-Sunnah. Diterjemahkan oleh Syihabuddin dan Sopian, A. Depok: Gema Insani. hlm. 3. ISBN 978-602-250-563-1. 
  7. ^ Tolchah 2016, hlm. 226.
  8. ^ Arief, Syaiful, ed. (2022). Ulumul Qur'an untuk Pemula (PDF). Jakarta Selatan: Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin Insitut PTIQ Jakarta. hlm. 42. ISBN 978-623-924-015-8. 
  9. ^ Tolchah 2016, hlm. 224-225.
  10. ^ Wardani (Desember 2021). Tafsir Ilmiah (Al-Tafsīr Al-'Ilmi) Al-Qur'an sebagai Integrasi Ilmu: Konseptualisasi Metode Penafsiran dan Penerapannya di Universitas Islam Negeri di Indonesia (PDF). Sleman: Zahir Publishing. hlm. 87–88. ISBN 978-623-5705-44-6. 

Daftar pustaka

sunting