Pertempuran Hohenfriedberg
Pertempuran Hohenfriedberg atau dikenal dengan Perang Silesia ke-2, berlangsung pada tanggal 4 Juni 1745 di Silesia tengah, dekat kota Schweidnitz. Pertempuran terjadi antara pasukan Prusia pimpinan Raja Frederick II dengan julukan “Frederick the Great” melawan tentara kekaisaran Austria dibawah pimpinan Pangeran Charles dari Lorraine, yang bekerja sama dengan pasukan Saxon dibawah pimpinan Duke of Weissenfels. Pertempuran ini dimenangkan oleh pasukan Prusia secara telak.
Sejarah dan Latar Belakang
suntingKekuatan angkatan bersenjata Prusia yang kuat dibentuk oleh Raja Frederick William, terkenal dengan julukan “Raja Tentara”.[1] Wilayah kerajaan Prusia dibentuk dari sejumlah daerah yang tersebar di Jerman bagian Utara, dari Minden sampai ke pantai pesisir Baltik di sebelah timur. Ibu kota Prusia terletak di kota Berlin. Kebijakan Frederick William yang mendirikan sebuah negara sipil yang efisien dengan membentuk tentara yang kuat dan terorganisir dengan baik. Salah satu hasil tempaannya yang menonjol adalah pasukan Infanteri-nya. Setelah Raja Frederick William meninggal pada tanggal 31 Mei 1740 maka Frederick II mengambil alih takhta Kerajaan Prusia dan memperkuat pasukan Kavaleri dan pasukan Artileri tentara Prusia. Pada tanggal 20 Oktober 1740, Kaisar Charles VI dari Kekaisaran Austria-Hungaria meninggal dan memberikan tahta kekaisaran kepada putrinya Maria Theresa. Alasan Raja Frederick II tertarik untuk menguasai wilayah Silesia selain kemakmuran provinsi ini juga untuk menambah jumlah penduduk dan wilayah di sepanjang tepi sungai Oder. Dengan populasi sebesar 1,5 juta, Raja Frederick melihat Silesia sebagai tambahan wilayah yang sangat penting bagi negara Prusia dengan jumlah penduduk 2,2 juta orang. Dari sinilah kemudian Frederick harus berjuang dalam 3 perang selama lebih dari 22 tahun melawan Kekaisaran Austria-Hungaria. Dalam Perang Silesia Pertama (1741-1742) Frederick mengalahkan orang-orang Austria dalam pertempuran Mollwitz dan Pertempuran Chotusitz dan membuat perdamaian dalam Perjanjian Breslau. Antara tahun 1742 dan 1744 Frederick melakukan pengaturan dan pelatihan pada pasukan Kavaleri dan Artileri Prusia untuk mengatasi kelemahan yang terjadi pada Perang Silesia yang pertama. Pada tahun 1744 Frederick memulai peperangan dengan menyerang Bohemia untuk memanfaatkan ketidakhadiran tentara Austria di wilayah Rhine yang sedang melawan Prancis. Invasi itu dilakukan di Sachsen pada akhir Agustus 1744. Pada tanggal 16 September 1744 Frederick berhasil menguasai kota Praha dan selanjutnya menduduki lebih banyak di wilayah Bohemia. Pangeran Charles dari Lorraine menghadapi Frederick dengan membawa pasukan Austria untuk merebut kembali wilayah Bohemia. Bangsa Saxon dan orang-orang Austria bergabung dengan pasukan Pangeran Charles dalam peperangan ini. Pangeran Charles mampu merebut kembali kota-kota Bohemia, dengan menghindari pertempuran langsung dengan orang-orang Prusia. Karena ketidakberhasilan untuk merekrut orang-orang Austria berperang dipihaknya, Raja Frederick menarik diri ke daerah utara wilayah Elbe. Dan pada awal Desember 1744 ia menarik tentaranya ke wilayah Silesia. Perang pada tahun 1744 telah menelan korban jiwa dari tentara Prusia sekitar 15.000 orang dan sebagian lainnya melakukan desersi.
Jalannya Pertempuran
suntingPada malam tanggal 3 Juni 1745 orang-orang Austria dan Saxon berkemah di area yang luas di dekat Hohenfriedberg yang mencakup luas sekitar 4 mil. Raja Frederick kemudian mengukur posisi Austria. Dia merencanakan sebuah serangan malam dan menyerang dari sisi kiri tentara Pangeran Charles. Tentara Prusia harus melewati rintangan di sepanjang Striegauer-Wasser, sungai Striegau, sebelum sampai di daerah pertempuran untuk menyerang. Memerlukan usaha yang cukup berat untuk maju dalam kegelapan, melompati rintangan dan melakukan pertempuran di wilayah musuh. Posisi orang-orang Austria dan Saxon telah diketahui oleh Raja Frederick. Pasukan mereka mampu melewati sungai dan dari sayap kiri mereka melintas di depan desa Pilgrimshain, diluar ekspetasi dari Raja Frederick. Di sayap kanan, pasukan Prusia dibawah pimpinan Letnan Jenderal Du Moulin, perwira Huguenot Prancis, dengan kekuatan pasukan campuran grenadier (pelempar granat) dan hussar (kavaleri). Orang-orang Austria dan Saxon yang terkejut segera menyadari gerak maju tentara Prusia sudah tersebar di seluruh wilayah Striegauer-Wasser. Pasukan utama infanteri dan kavaleri Austria dan Saxon bergerak maju untuk menempati posisi di garis depan desa Pilgrimshain, Gϋnthersdorf, Thomaswaldau dan Halbendorf, tetapi gerakan tersebut tidak terkoordinasi dengan baik. Ada suasana kebingungan dan kepanikan tentara Austria. Pasukan Du Moulin yang berada di Pilgrimshain menghadapi kekuatan besar pasukan Saxon dan kavaleri Austria didukung oleh dua baterai dari 24 pounder dan kavaleri Prusia. Pertarungan kavaleri yang brutal terjadi di sini. Pertarungan ini dimenangkan oleh pasukan Prussia. Kemudian pasukan infanteri Prusia yang melintasi Striegauer-Wasser di sekitar Gräben, mendekati pasukan infantri Saxon yang berada di antara Pilgrimshain dan Gϋnthersdorf. Pasukan infanteri Prusia maju melewati meriam pasukan Saxon dan mengarah pada pasukan infantri Saxon. Raja Frederick muncul di sebelah kanan pasukan Saxon yang kalah di sekitar desa Gϋnthersdorf. Pasukan infantri Frederick mendesak pasukan Austria. Sementara itu, Letnan Jenderal Nassau memimpin kavaleri berat sayap kiri Prusia melintasi Striegauer-Wasser melalui jembatan kayu yang rapuh di desa Teichau. Setelah pasukan Nassau menyeberangi jembatan, jembatan runtuh sehingga terpisah dengan pasukan pendukung. Nassau dengan cepat menyerang kavaleri sayap kanan Austria namun kalah dalam jumlah sehingga dalam keadaan berbahaya. Mayor Jenderal von Zieten, berhasil menyeberang di luar Teichau, dengan resimen hussars dan resimen drago dari Alt-Wϋrtemburg dan memberikan bantuan pada pasukan Jenderal Nassau sehingga berhasil mengalahkan pasukan kavaleri Austria, di desa Thomaswaldau. Tahap terakhir pertempuran yang dramatis terjadi medan pusat pertempuran pasukin infanteri. Resimen kavaleri Prusia, Bayreuth Dragoons, berhasil membantu pasukan infanterinya dan berhasil menyudutkan pasukan Grenadier Austria. Serangan tersebut membawa pasukan dragoons ke barisan utama pasukan Austria yang hancur. Akibatnya pasukan Pangeran Charles berhasil dikalahkan di medan perang dalam kondisi frustasi dan bingung. Pada pukul sembilan pagi, pertempuran tersebut berakhir, dan tentara Austro-Saxon mundur ke wilayah pegunungan. Pasukan Raja Frederick berhasil meraih kemenangan besar.[1]
Akibat Pertempuran
suntingDiperkirakan pasukan Austria dan Saxon mengalami korban terluka sebesar 15000 orang dengan jumlah yang tewas sebesar 7985 orang, 7239 orang sebagai tahanan, dan kehilangan 72 pucuk senjata. Sedangkan di pihak pasukan Prusia mengalami jumlah korban yang terluka dan tewas sebesar 4666 orang sedangkan yang hilang sebesar 71 orang.[2] Timbulnya perjanjian Dresden yang mengakhiri perang antara pasukan Prusia dan pasukan Austria. Perjanjian tersebut mengakui terlepasnya Silesia dari tangan Austria, tetapi Austria mendapat pengakuan dari negara Prusia, Raja Francis I (1745-65) sebagai Kaisar kerajaan Romawi.[3] Adanya pawai perayaan "Hohenfriedberg March" untuk memperingati pertempuran Hohenfriedberg, adalah salah satu pawai militer Jerman yang terkenal untuk merayakan kemenangan pasukan Prusia.[1]