Perang saudara Wa
Perang saudara Wa atau Pemberontakan Besar Wa (倭国大乱 , wakoku tairan) adalah zaman dimana kekacauan dan peperangan di Jepang kuno (Wa) selama akhir zaman Yayoi (Abad ke-2 M). Ini merupakan perang tertua di Jepang yang telah didokumentasikan secara tertulis. Perdamaian mulai dipulihkan sekitar tahun 180, ketika ratu cenayang Himiko (Pimiko) dari Yamataikoku menguasai wilayah tersebut.[1][2]
Sumber tertulis Tiongkok
suntingPerang jatuh ke zaman protosejarah. Sementara awal dari sejarah nasionalisme Jepang yang tertulis dibuku Kojiki dan Nihon Shoki dimulai dari Zaman Dewa, sebagian besar dari mereka adalah tokoh mitologi, dan tulisan di Nihon Shoki mulai dipercaya sebagai sejarah sekitar akhir abad ke-6.[3] Sejarah Dinasti Tiongkok merupakan sumber tertulis penting dalam sejarah Jepang sebelum abad ke-6 dan berisikan catatan tertulis perang abad ke-2. Sejarah Jepang diceritakan di bagian "barbarian" Tiongkok di akhir setiap sejarah dinasti dalam bentuk catatan kaki ketimbang ditulis di bab utama. Akibatnya, informasi mengenai konflik tersebut sangatlah terbatas. Konflik awal yang tertulis adalah Wei Zhi (sekitar tahun 297), yang merupakan bagian dari buku Catatan Sejarah Tiga Negara. Sejarah selanjutnya menyebutkan konflik seperti pada Buku setelah Dinasti Han (sekitar tahun 445), Buku Dinasti Liang (tahun 635), Buku Dinasti Sui (tahun 636) dan Sejarah Dinasti Utara (pertengahan abad ke-7) yang menarik banyak dari karya-karya sebelumnya.[4]
Bukti arkeologi
suntingTidak ada bukti arkeologi secara langsung pada saat perang saudara. Namun, ditemukan arkeologi batu atau logam senjata dan desa pertahanan, terutama dari Timur Laut Pedalaman sampai Kinki yang diduga adanya bekas pertempuran selama zaman Yayoi.[5]
Bahasan
suntingMeskipun sumber dasar peristiwa rata-rata sama dalam setiap sejarah, keduanya berbeda dalam rincian informasi dan bahasa. Karena informasi terbatas yang disediakan dalam berbagai teori yang telah diajukan oleh para sejarawan.
Penyebab
suntingPemicu timbulnya perang tidak diketahui. Situasi politik membara sekitar pertengahan abad ke-2 atau perebutan kekuasaan antara kerajaan Wa yang telah dinobatkan sebagai asal mereka.[6][7]
Referensi
sunting- ^ Brown & Hall 1993, hlm. 287–288
- ^ Brown & Hall 1993, hlm. xxi
- ^ Dykstra 2001, hlm. 3
- ^ Dykstra 2001, hlm. 5
- ^ Brown & Hall 1993, hlm. 91–92
- ^ Metevelis 2002, hlm. 19
- ^ Kidder 2007, hlm. 23
Bibliografi
sunting- Brown, Delmer M.; Hall, John Whitney (1993). The Cambridge History of Japan: Ancient Japan. Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-22352-2. Diakses tanggal 2011-03-24.
- Dykstra, Yoshiko Kurata (2001). Sources of Japanese Tradition: From earliest times through the sixteenth century. Columbia University Press. ISBN 978-0-231-12139-2. Diakses tanggal 2011-06-17.
- Kidder, Jonathan Edward (March 2007). Himiko and Japan's elusive chiefdom of Yamatai: archaeology, history, and mythology. University of Hawaii Press. ISBN 978-0-8248-3035-9. Diakses tanggal 2011-06-17.
- Metevelis, Peter J. (2002). Myth in History. Mythological Essays. 2. iUniverse. ISBN 0-595-22950-6.
Bacaan lanjutan
sunting- Goodrich, Luther Carrington (1951). Japan in the Chinese dynastic histories: Later Han through Ming dynasties. P.D. and I. Perkins.