Peradaban Barat
Peradaban Barat terbentuk sebagai hasil perpaduan antara unsur-unsur peradaban Yunani Kuno, Kekristenan, Mediterania dan tradisi paganisme di Eropa. Pada masa modern, peradaban Barat berkembang dengan pola pikir sekularisme dan liberalisme. Namun doktrin kekristenan masih berpengaruh, khususnya dalam konsep Gold, Gospel, Glory yang berkembang di era kolonialisme. Peradaban Barat juga masih memperoleh pengaruh dari kekristenan hingga abad ke-17. Ini ditandai dengan masih adanya pandangan dan perlakuan buruk terhadap wanita yang berasal dari Alkitab.
Pembentukan
suntingPeradaban Barat terbentuk sebagai hasil perpaduan antara unsur-unsur peradaban Yunani Kuno, Kekristenan, dan tradisi paganisme di Eropa. Sentimen keagamaan Kristen tetap mempengaruhi peradaban Barat meskipun pola pemikirannya telah cenderung ke sekularisme dan liberalisme. Pada masa klasik yang diliputi oleh kolonialisme, dan masa modern pun peradaban Barat masih mengusung paham Gold, Gospel, Glory (kekayaan, penyebaran agama dan kejayaan).[1]
Pandangan dan perlakuan terhadap wanita
suntingPandangan masyarakat abad ke-17
suntingSebuah buku yang ditulis oleh Phillip J. Adler menjelaskan tentang kekejaman peradaban Barat dalam memandang wanita. Buku ini berjudul World Civilization yang diterbitkan pada tahun 2000. Adler menyebutkan dalam bukunya bahwa wanita di Eropa masih dianggap sebagai jelmaan atau alat bagi setan untuk menggoda manusia. Anggapan ini masih berlaku hingga abad ke-17. Pemikiran ini memperoleh pengaruh dari pemikiran Kristen tentang Hawa yang digoda oleh setan sehingga menjerumuskan Adam ke dalam dosa. Selain itu, perempuan dianggap tidak sempurna mulai dari awal penciptaannya.[2]
Adler juga mengutip sebuah ungkapan dari seorang penulis Jerman abad ke-17. Kutipan ini menyatakan bahwa dalam kenyataannya perempuan memiliki iman yang lebih lemah kepada Tuhan. Penyebut perempuan dalam bahasa Yunani yaitu femina. Kata ini kemudian berkembang menjadi female dalam bahasa Jerman. Kata femina merupakan gabungan dari dua kata, yaitu fe dan minus. Kata fe artinya kepercayaan, sementara minus berarti kekurangan iman. Adler melanjutkan pengutipannya yang menyatakan bahwa penamaan tersebut menegaskan bahwa wanita merupakan makhluk yang jahat secara alami.[3]
Referensi
suntingCatatan kaki
sunting- ^ Husaini 2005, hlm. xv.
- ^ Husaini 2005, hlm. 19.
- ^ Husaini 2005, hlm. 19-20.
Daftar pustaka
sunting- Husaini, Adian (2005). Wajah Peradaban Barat: Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekuler Liberal. Jakarta: Gema Insani. ISBN 978-602-250-517-4.