Penyeberangan jalan
Penyeberangan jalan atau penyeberangan saja adalah sebuah tempat yang didesain khusus bagi pejalan kaki untuk menyeberangi suatu jalan. Penyeberangan jalan dirancang agar para pejalan kaki dapat menyeberang dengan aman dan juga dapat terlihat jelas oleh pengendara dan pengemudi kendaraan bermotor, serta terletak di lokasi yang menjamin keselamatan ketika melalui arus lalu lintas kendaraan.
Di Eropa, dan juga di Indonesia, penyeberangan pejalan (zebra crossing) adalah jenis fasilitas penyeberangan yang paling umum. Kata-kata "penyeberangan jalan" (pedestrial crossing) digunakan dalam beberapa perjanjian internasional tentang lalu lintas jalan dan rambu-rambu jalan, seperti "Konvensi Wina tentang Lalu Lintas Jalan" (Vienna Convention on Road Traffic) beserta "Konvensi Wina tentang Rambu dan Sinyal Jalan" (Vienna Convention on Road Signs and Signals).
Penyeberangan jalan bermarkah sering ditemukan di setiap persimpangan jalan, tetapi mungkin juga terdapat pada titik-titik tertentu pada jalan-jalan yang sibuk, yang apabila penyeberangan jalan tidak terpasang maka akan terlalu berisiko dan tidak aman bagi pejalan kaki untuk menyeberang tanpa bantuan karena terhambat oleh jumlah kendaraan, kecepatan kendaraan atau jalan yang sangat lebar. Penyeberangan jalan juga sering dipasang di titik-titik di mana terdapat jumlah pejalan kaki yang cukup besar yang ingin melintasi jalan tersebut (seperti di daerah pusat perbelanjaan) atau di mana pejalan kaki merupakan orang-orang yang rentan terhadap kecelakaan (seperti anak-anak sekolah) yang sering melintas di titik itu. Hukum-hukum di berbagai negara biasanya mengatur penggunaan penyeberangan jalan untuk memastikan keamanan mereka yang tertuang dalam undang-undang. Misalnya, di beberapa daerah, pejalan kaki harus telah melewati lebih dari setengah penyeberangan sebelum pengemudi boleh mulai melaju.
Penyeberangan jalan bersinyal (atau berlampu lalu lintas) secara jelas dan bergiliran dapat menentukan selang waktu antara arus lalu lintas kendaraan berjalan dan arus pejalan kaki melintas. Penyeberangan jalan tidak bersinyal biasanya bertujuan membantu pejalan kaki dan bisa saja memprioritaskan pejalan kaki tergantung tempatnya, tetapi tidak membagi secara jelas arus lalu lintas di sana. Selain itu, pnyeberangan pejalan kaki juga secara tidak sadar dapat jugu menjadi sebagai teknik pengontrolan lalu lintas terutama bila dikombinasikan dengan fitur lain seperti rambu lalu lintas.
Desain dan tata letak
suntingPenyeberangan bermarkah dapat ditemui hampir pada setiap persimpangan jalan, kecuali di lokasi di mana penyeberangan secara tegas dilarang.
Penyeberangan jalan bermarkah dengan bentuk paling sedehana adalah penyeberangan pejalan (zebra crossing), yaitu bagian tertentu jalan yang diberi tanda garis-garis hitam dan putih (atau garis-garis putih saja, tetapi antar garis diberi jarak). Jika pada suatu wilayah pejalan kaki memiliki prioritas lebih penting daripada arus lalu lintas kendaraan ketika menggunakan penyeberangan, maka mereka diharuskan untuk menggunakan penyeberangan tersebut, bukan menyeberang pada tempat-tempat lain. Di beberapa negara, pejalan kaki mungkin tidak memiliki prioritas, tapi mungkin menjadi suatu pelanggaran jika mereka menyeberang jalan pada tempat-tempat tanpa penyeberangan. Tanda-tanda khusus sering dibuat pada permukaan jalan untuk mengarahkan pejalan kaki dan untuk mencegah pengendara dari kendaraan berhenti di tengah-tengah arus pejalan kaki yang melintas. Ada banyak jenis tata letak sinyal, tanda, dan markah di seluruh dunia dan bahkan di dalam satu negara.
Beberapa penyeberangan memiliki lampu lalu lintas yang memungkinkan pejalan kaki dan lalu lintas kendaraan untuk melintasi penyeberangan secara bergantian. Pada beberapa lampu lalu lintas, diharuskan tombol pada lampu lalu lintas agar lampu dapat digunakan dan pejalan kaki dapat melintas. Sinyal-sinyal untuk para difabel juga dapat disertakan untuk membantu orang-orang yang memiliki penglihatan dan gangguan-gangguan lainnya. Di banyak kota, beberapa atau sebagian besar lampu lalu lintas dilengkapi dengan penghitung waktu mundur untuk memberikan pemberitahuan kepada para pengemudi dan pejalan kaki waktu yang tersisa pada persimpangan sinyal. Di tempat-tempat di mana arus lalu lintas pejalan kaki sangat tinggi, terdapat lampu-lampu kecil sepanjang penyeberangan untuk memberi tahu keberadaan lokasi penyeberangan.[1][2]
Jembatan dan terowongan penyeberangan orang
suntingJembatan atau terowongan penyeberangan orang (JPO atau TPO) dapat digunakan sebagai pengganti penyeberangan pejalan di persimpangan-persimpangan sibuk serta di lokasi dimana terdapat jalan akses terbatas dan jalan bebas hambatan terkendali yang sering diseberangi oleh pejalan kaki. Selain itu, jembatan atau terowongan bermanfaat pula di lokasi di mana trotoar letaknya terlalu tinggi atau terlalu rendah daripada ketinggian jalan. Namun, JPO tidak efektif di sebagian besar lokasi; karena biaya yang dibutuhkan, biasanya hanya jarang JPO yang dibangun. Selain itu, tangga, eskalator, dan lift menjadi penghambat, sehingga pejalan kaki lebih suka menggunakan penyeberangan pejalan, atau malah menyeberang jalan tidak pada tempat penyeberangan.[3]
Referensi
sunting- ^ "Death by Car". NYMag.com. December 2012. Diakses tanggal 24 February 2017.
- ^ Jaffe, Eric (18 December 2012). "A Brief History of the Barnes Dance". CityLab. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-05-05. Diakses tanggal 24 February 2017.
- ^ Wetmore, John (2012-10-29). "Perils For Pedestrians". Pedestrian Bridges. Diakses tanggal 2017-04-20.