Penindjau adalah surat kabar berbahasa Indonesia yang terbit pertama kali di Bali pada 1947. Surat kabar ini terbit setiap tiga kali seminggu setiap Senin, Rabu, dan Jumat.[1]

Menurut buku Seabad Pers Kebangsaan, 1907–2007, Penindjau adalah surat kabar yang memusatkan pemberitaannya pada perperpolitikan nasional. Redaksinya mengajak masyarakat agar senantiasa kritis kepada kepemimpinan pasca-revolusi fisik yang sedang mencari bentuk dan mengelola imaji bersama tentang persatuan. Sementara itu, berita lokal di majalah ini mendapat ruang yang terbatas.[1]

Penindjau edisi Jumat menyediakan rubrik khusus bertajuk "Ruang Wanita" yang khusus menampung ide, pemikiran masalah politik, ekonomi, budaya, dan pendidikan yang semua penulisnya wanita. Namun, rubrik ini tutup pada 16 Juni 1950 karena, seturut pengakuan redaksi, minimnya para wanita yang menyumbangkan tulisan. Penggantinya adalah rubrik dengan nama "Mimbar Umum" yang diperuntukkan bagi semua jenis kelamin.[1]

Pada edisi 19 Juni 1950, Penindjau berganti nama menjadi Berita Nusantara. Edisi Jumat tetap memuat rubrik "Mimbar Umum".[1]

Pada 5 Februari 1951, Berita Nusantara mengumumkan perihal kondisi perusahaan yang tak tertolong lagi. Menurut penerbit, naiknya ongkos produksi yang mencapai 100% ongkos cetak dan ongkos pengiriman tidak dapat lagi dibendung. Pada Oktober 1950, Berita Nusantara berusaha mengatasi kesulitannya dengan menaikan harga langganan, tetapi tidak menunjukkan hasil berarti. Edisi terakhir surat kabar ini terbit pada 5 Februari 1951.[1]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e Seabad Pers kebangsaan, 1907–2007 (edisi ke-Cet. 1). Jakarta: I:Boekoe. 2007. hlm. 596–598. ISBN 978-979-1436-02-1. OCLC 289071007.