Penilaian autentik

Penilaian autentik adalah istilah yang diciptakan untuk menjelaskan berbagai metode penilaian alternatif yang memungkinkan siswa dapat mendemonstrasikan kemampuannya dalam menyelesaikan tugas-tugas dan menyelesaikan masalah. Sekaligus, mengekspresikan pengetahuan dan keterampilannya dengan cara mensimulasikan situasi yang dapat ditemui di dalam dunia nyata di luar lingkungan sekolah.[1] Dalam hal ini adalah simulasi yang dapat mengekspresikan prestasi (performance) siswa yang ditemui di dalam praktik dunia nyata.

Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja sama dengan siswa. Dalam penilaian autentik, keterlibatan siswa sangat penting. Asumsinya peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar secara lebih baik jika mereka tahu bagaimana akan dinilai. Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi. Pada penilaian autentik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dari luar sekolah.

Penilaian autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar. Karena penilaian itu merupakan bagian dari proses pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman tentang kriteria kinerja. Dalam beberapa kasus, peserta didik bahkan berkontribusi untuk mendefinisikan harapan atas tugas-tugas yang harus mereka lakukan.

Penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek. Penilaian autentik harus menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa kegiatan remidial harus dilakukan.

Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid atau reliabel. Jadi penilaian autentik adalah proses pengumpulan informasi tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai.[2][3]

Penilaian Autentik dan Belajar Autentik

sunting

Menurut Ormiston, belajar autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang dilakukan oleh peserta didik dikaitkan dengan realitas di luar sekolah atau kehidupan pada umumnya. Penilaian semacam ini cenderung berfokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual bagi peserta didik, yang memungkinkan mereka secara nyata menunjukkan kompetensi atau keterampilan yang dimilikinya. Contoh penilaian autentik adalah keterampilan kerja, kemampuan mengaplikasikan atau menunjukkan perolehan pengetahuan tertentu, simulasi atau bermain peran, portofolio, memilih kegiatan yang strategis, serta memamerkan dan menampilkan sesuatu. Dalam penilaian autentik, siswa belajar tidak hanya untuk menghafal demi memperoleh dan memahami materi akademis yang diajarkan. Sebaliknya, siswa mempelajari materi melalui proses kolaborasi kemudian mengaplikasikannya pada permasalahan yang sebenarnya (nyata).[4]

Penilaian autentik tediri dari berbagai teknik penilaian. Pertama, pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja. Kedua, penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada.

Dengan demikian, penilaian autentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan cara-cara terbaik agar siswa dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang berbeda. Konstruksi sikap, keterampilan, dan pengetahuan dicapai melalui penyelesaian tugas saat peserta didik telah memainkan peran aktif dan kreatif. Keterlibatan peserta didik dalam melaksanakan tugas sangat bermanfaat bagi perkembangan pribadi mereka.

Karakteristik

sunting

Adapun Karakteristik Penilaian Autentik adalah: (a) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung, bisa digunakan untuk formatif, (b) yang diukur keterampilan dan performansi, (c) bukan mengingat fakta, (d) berkesinambungan, (e) terintegrasi, (f) dapat digunakan sebagai masukan (feedback).

Dalam rangka melaksanakan penilaian autentik yang baik, guru harus memahami secara jelas tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu, guru harus bertanya kepada dirinya sendiri, khususnya yang berkaitan dengan: (1) sikap, pengetahuan, dan keterampilan apa yang akan dinilai; (2) fokus penilaian apa yang akan dilakukan, misalnya berkaitan dengan sikap, pengetahuan, dan keterampilan; dan (3) tingkat pengetahuan apa yang akan dinilai, seperti penalaran, memori, atau proses.

Jenis–jenis penilaian autentik yang harus dilakukan guru adalah:

  1. Penilaian sikap
    Penilaian sikap dilakukan melalui observasi, penilaian diri, penilaian antar teman, dan jurnal.
  2. Penilaian pengetahuan
    Penilaian pengetahuan dilakukan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan.
  3. Penilaian keterampilan
    Penilaian keterampilan dilakukan melalui penilaian kinerja, penilaian proyek, penilaian produk, dan penilaian portofolio.

Prestasi siswa

sunting

Hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar penilaian adalah: (1) proyek kegiatan dan laporannya, (2) PR, (3) kuis, (4) karya siswa, (5) presentasi atau penilaian siswa, (6) demonstrasi, (7) laporan, (8) jurnal, (9) hasil tes, dan (10) karya tulis.[5]

Referensi

sunting
  1. ^ Hymes, Donald L. (1991). The Changing Face of Testing and Assessment: Problems and Solutions. AASA Critical Issues Report. American Association of School Administrators. ISBN 0-87652-164-2. 
  2. ^ "Salinan arsip" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-04-22. Diakses tanggal 2021-04-22. 
  3. ^ Sunarti, Sunarti (2014). Penilaian Dalam Kurikulum 2013. CV Andi Offset. 
  4. ^ Guru, Pustaka (2022-11-02). "Mengenal Apa Itu Asesmen Autentik dalam Pembelajaran". Pustaka Guru Indonesia. Diakses tanggal 2022-11-18. 
  5. ^ Hobri, Hobri (2009). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jember: Center For Society Studies (CSS). hlm. 30. ISBN 978-602-8035-41-5. 

Pranala luar

sunting