Penicillium digitatum

Penicillium digitatum adalah fungi mesofolik dan termasuk dalam spesies Penicillium fitopatogenik, yang biasa ditemukan pada lahan tanah yang ditanami jeruk.[1] Fungi ini merupakan pelaku utama penyebab pembusukan pasca panen pada buah-buahan dan penyebab penyakit pada buah jeruk yang sering dikenal dengan green rots atau green mould.[1][2] Di alam, P. digitatum tumbuh dalam filament dan bereproduksi secara aseksual melalui produksi konidiofor dan konidia.[1][3] P. digitatum juga dapat dibudidayakan di laboratorium dan terlibat dalam interaksi manusia, hewan dan tumbuhan lainnya, serta saat ini digunakan dalam uji deteksi mikologi berbasis imunologi untuk industri makanan.[1]

Penicillium digitatum Edit nilai pada Wikidata

Edit nilai pada Wikidata
Taksonomi
SuperkerajaanEukaryota
KerajaanFungi
DivisiAscomycota
KelasEurotiomycetes
OrdoEurotiales
FamiliTrichocomaceae
GenusPenicillium
SpesiesPenicillium digitatum Edit nilai pada Wikidata
Sacc., 1881

Morfologi

sunting

Penicillium digitatum mempunyai ciri-ciri, yaitu warna koloni hijau, sifat koloni seperti beludru, dan memiliki warna bagian dasar coklat muda. Di alam, P. digitatum tumbuh vegetatif berserabut, menghasilkan hifa bersepta yang sempit dan tidak bersekat dengan diameter 2 μm. Sel hifanya adalah haploid dan mungkin saja memiliki banyak inti yang identik secara genetik. P. digitatum bereproduksi dengan cara aseksual melalui produksi spora aseksual atau konidia. Konidia terdapat pada tangkai yang disebut konidiofor yang dapat muncul baik dari sepotong hifa udara atau dari jaringan hifa yang tertanam di tanah. Konidiofor biasanya asimetris, struktur halus dengan dinding halus dan tipis. Panjang konidiofor 105 μm, bercabang tingkat 2, berdinding halus, dan berdiameter 2 μm. Memiliki metula dengan ukuran 12,5 x 2,5 μm. Fialida berukuran 10 μm x 2,5 μm berbentuk ampuliform. Konidia berbentuk silindris, berdinding halus, berwarna kehijauan, berdiameter 3,75 μm, dan memiliki tipe pertumbuhan kolumnar.[1][4]

Ekologi

sunting

Penicillium digitatum ditemukan di tanah daerah budidaya buah jeruk, mendominasi di daerah dengan suhu tinggi. Di alam, sering ditemukan di samping buah yang terinfeksi, menjadikan spesies dalam genus Citrus sebagai ekosistem utamanya. Hanya dalam spesies inilah P. digitatum dapat menyelesaikan siklus hidupnya sebagai nekrotrof. Namun, P. digitatum juga telah diisolasi dari sumber makanan lain, seperti hazelnut, kacang pistachio, kacang kola, zaitun hitam, nasi, jagung, dan daging, serta sedikit ditemukan pada kacang tanah, kedelai, dan sorgum di Asia Tenggara.[1][3]

Mekanisme infeksi pada makanan

sunting

Spora P. digitatum dapat aktif dengan cepat dan memulai kolonisasi setelah bersentuhan dengan luka jeruk. Setelah aktivasi spora, perkembangan jamur lebih lanjut seperti perkecambahan spora, pertumbuhan tabung kuman, pembentukan tumpukan konidiofor, dan phialides dan konidia baru selesai dalam waktu dua hari. Pada saat ini, luka jeruk juga akan membusuk.[5]

Proses pertumbuhan P. digitatum secara kasar dipecah menjadi perkecambahan spora, pertumbuhan tabung germinal, diferensiasi batang konidiofor, dan phialides serta pembentukan konidia baru. Pada tahap awal infeksi, sensitivitas stres oksidatif harus terjadi pada P. digitatum, ketika buah jeruk memiliki serangkaian semburan oksidatif sebagai respons terhadap infeksi. Untuk mencegah kerusakan yang disebabkan oleh stres oksidatif, terjadi peningkatan regulasi gen-gen brlA, abaA, wetA, vosA, VEA1, dan VelB (gen yang membantu pertumbuhan P. digitatum pada jeruk).[5]

Pertumbuhan P. digitatum juga dipengaruhi oleh faktor virulensi P. digitatum. Cell wall degrading enzyme (CWDEs) adalah faktor virulensi yang telah banyak dilaporkan pada jamur fitopatogenik. CWDEs dapat membantu patogen untuk mendegradasi dinding sel tanaman, menerobos penghalang pertahanan inang, dan mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mereka.[5]

Gejala

sunting

Pada awalnya, hanya terdapat area kecil berwarna abu-abu yang tidak memiliki batas jelas pada kulit buah. Setelah beberapa hari, bercak putih berbentuk lingkaran meluas dengan cepat dengan diameter beberapa sentimeter. Seiring waktu, jamur akan menyebar di permukaan kulit dengan bagian tengahnya berwarna lebih tua. Spora yang berkembang memeberikan warna hijau khas pada jamur P. digitatum. Penyakit karena jamur ini biasanya terjadi saat penyimpanann, dimana buah akan cepat rusak, hancur dan pada kelembaban yang rendah, buah akan mengkerut dan kering seperti mumi.[6]

Spora jamur ini biasanya menyebar dengan bantuan angin dan kontak langsung, dimana jamur ini menginfeksi melalui luka buah.[6]

Dampak infeksi

sunting

Jamur Penicillium adalah penyebab umum pembusukan makanan, terutama buah-buahan dan sayuran. P. digitatum dianggap sebagai penyebab utama pembusukan pascapanen dan menjadi penyebab pembusukan pada buah jeruk.[1][3][5][7]

Patogenesis

sunting

Spesies dalam genus Penicillium umumnya tidak menyebabkan penyakit pada manusia. Namun, sebagai spesies tertentu dapat menjadi patogen pada paparan jangka panjang serta untuk individu yang mengalami gangguan sistem kekebalan atau hipersensitif terhadap bagian tertentu dari jamur (alergi). Sehubungan dengan P. digitatum, spesies ini diketahui menyebabkan mikosis umum pada manusia, meskipun kejadian seperti itu sangat jarang. Bagi orang yang memiliki riwayat pneumonia paru dan asma juga dapat berakibat fatal, dimana orang biasanya terpapar spora patogen di udara setiap hari. Seseorang dengan penyakit paru-paru dipastikan memiliki titer antibodi spesifik antigen yang rendah terhadap P. digitatum terhadap antigen (diperoleh dari Greer Laboratories, Lenoir, NC), sehingga bisa saja orang tersebut terserang penyakit yang disebabkan spora P. digitatum.[8]

Pengendalian

sunting

Penanganan tanaman

sunting

Penyakit ini dapat dikurangi dengan cara penanganan buah yang hati-hati dan memisahkan anatara buah yang sehat dan buah yang terkena penyakit. Penanganan sebelum dan sesudah panen adalah sebagai berikut :[9]

  1. Jangan memetik buah saat basah karena buah akan mudah terluka.[9]
  2. Tangani buah dengan hati-hati saat panen, penyimpanan dan saat pengiriman.[9]
  3. Buang segera buah yang terinfeksi setelah terlihat baik di sekitar gudang pengepakan maupun di tanah kebun. Buang buah sebelum jamur menghasilkan spora dan disebarkan.[9]
  4. Jika buah akan disimpan untuk waktu yang lama, pastikan buah tersebut didinginkan dengan cepat untuk menghindari perkembangan pembusukan.[9]
  5. Bungkus buah satu per satu dalam kertas untuk mencegah penyebaran infeksi buah ke buah lainnya selama penyimpanan dan pengangkutan.[9]

Kimiawi

sunting

Fungisidial biasanya digunakan untuk mencegah pembusukan akibat Penicillium. Thiabendazole, imazalil dan bifenil bisa digunakan dalam penanganan pasca panen jeruk.[6] Caranya adalah dengan buah dicelupkan, tanpa dibilas, ke dalam produk dengan dosis yang direkomendasikan produsen selama 30 detik, dalam waktu 24 jam setelah panen. Pengolahan buah dengan air panas untuk mengendalikan lalat buah juga mengurangi infeksi jamur Penicillium.[9]

Identifikasi laboratorium

sunting

Penicillium digitatum dapat diidentifikasi di laboratorium menggunakan berbagai metode. Media yang digunakan adalah Czapek Yeast Extract Agar (pada 5, 25 dan 37 °C), Malt Extract Agar (pada 25 °C) dan 25% Glycerol Nitrate Agar (pada 25 °C).[1] Media lainnya yang bisa dipakai adalah Agar Sabraud dekstrosa (Bioxon).[10]

Penggunaan

sunting

Penicillium digitatum digunakan sebagai alat biologis selama produksi komersial kit aglutinasi lateks. Aglutinasi lateks mendeteksi spesies Aspergillus dan Penicillium dalam makanan dengan menempelkan antibodi spesifik untuk polisakarida ekstraseluler P. digitatum ke manik-manik lateks. Dibandingkan dengan tes deteksi lainnya, tes agglutionation lateks melebihi batas deteksi Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) dan sama efektifnya dalam mendeteksi spesies Aspergillus dan Pencillium sebagai uji produksi ergosterol.[1]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e f g h i Pitt, John I. (2009). Fungi and food spoilage. Ailsa D. Hocking (edisi ke-[3rd ed.]). New York: Springer-Verlag. ISBN 978-0-387-92207-2. OCLC 437346680. 
  2. ^ Wilson, Charles L.; Wisniewski, Michael E.; Biles, Charles L.; McLaughlin, Randy; Chalutz, Edo; Droby, Samir (1991-06). "Biological control of post-harvest diseases of fruits and vegetables: alternatives to synthetic fungicides". Crop Protection (dalam bahasa Inggris). 10 (3): 172–177. doi:10.1016/0261-2194(91)90039-T. 
  3. ^ a b c Marcet-Houben, Marina; Ballester, Ana-Rosa; de la Fuente, Beatriz; Harries, Eleonora; Marcos, Jose F; González-Candelas, Luis; Gabaldón, Toni (2012). "Genome sequence of the necrotrophic fungus Penicillium digitatum, the main postharvest pathogen of citrus". BMC Genomics (dalam bahasa Inggris). 13 (1): 646. doi:10.1186/1471-2164-13-646. ISSN 1471-2164. PMC 3532085 . PMID 23171342. 
  4. ^ Rahmawati, Indriana. dkk. (2016). "Isolasi dan Identifikasi Kapang Kontaminan pada Jenang yang Dijual di Trenggalek" (PDF). Seminar Nasional Pendidikan dan Saintek: 131–135. 
  5. ^ a b c d Yang, Qiya; Qian, Xin; Dhanasekaran, Solairaj; Boateng, Nana Adwoa Serwah; Yan, Xueli; Zhu, Huimin; He, Fangtao; Zhang, Hongyin (2019-12-10). "Study on the Infection Mechanism of Penicillium Digitatum on Postharvest Citrus (Citrus Reticulata Blanco) Based on Transcriptomics". Microorganisms (dalam bahasa Inggris). 7 (12): 672. doi:10.3390/microorganisms7120672. ISSN 2076-2607. PMC 6956011 . PMID 31835573. 
  6. ^ a b c Plantix. "Jamur Hijau dan Biru". Plantix.net. Diakses tanggal 22 Juni 2021. 
  7. ^ Sardjono (1998). "Pencemaran Pangan Oleh Jamur, Potensi Bahaya dan Pencegahannya" (PDF). Agritech. 18 (2): 23–27. 
  8. ^ Oshikata, Chiyako; Tsurikisawa, Naomi; Saito, Akemi; Watanabe, Maiko; Kamata, Yoichi; Tanaka, Maki; Tsuburai, Takahiro; Mitomi, Hiroyuki; Takatori, Kosuke (2013-12). "Fatal pneumonia caused by Penicillium digitatum: a case report". BMC Pulmonary Medicine (dalam bahasa Inggris). 13 (1): 16. doi:10.1186/1471-2466-13-16. ISSN 1471-2466. PMC 3614886 . PMID 23522080. 
  9. ^ a b c d e f g Brown, G. Eldon. "Citrus Diseases-PostHarvest" (PDF). niversity of Florida: IFAS Indian River Research and Education Center. University of Florida. Diakses tanggal 22 Juni 2021. 
  10. ^ Carrillo-Inungaray, María Luisa; Hidalgo-Morales, Madeleine; Rodríguez-Jimenes, Guadalupe del Carmen; García-Alvarado, Miguel Ángel; Ramírez-Lepe, Mario; Munguía, Abigail Reyes; Robles-Olvera, Victor (2014). "Effect of Temperature, pH and Water Activity on <i>Penicillium digitatum</i> Growth". Journal of Applied Mathematics and Physics. 02 (10): 930–937. doi:10.4236/jamp.2014.210105. ISSN 2327-4352.