Pendidikan jasmani

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan yang diperuntukkan untuk seseorang atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik. Pendidikan jasmani dilakukan melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan jasmani, kemampuan dan ketrampilan, kecerdasan serta perkembangan watak dan kepribadian yang harmonis dalam rangka pembentukan manusia.[1] Pendidikan jasmani (disingkat Penjas) adalah mata pelajaran untuk melatih kemampuan psikomotorik yang mulai diajarkan secara formal di sekolah dasar hingga sekolah menengah atas.[2] Pendidikan jasmani merupakan bagian integral atau tidak terpisahkan dan memiliki kesamaan makna dengan olahraga pendidikan, sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia.[3] Pendidikan jasmani di Indonesia, telah menjadi kajian akademik sejak tahun 1941 dengan didirikannya Lembaga Akademi Pendidikan Djasmani (LAPD) di Surabaya dan telah mengalami beberapa kali perubahan nama karena dipengaruhi oleh dinamika sosio-politik dan kebutuhan mendesak pada masa penjajahan[4]

Perlengkapan pengajaran pendidikan jasmani di sebuah SMA di Calhan, Colorado.
Suasana Pendidikan Jasmani di SMA Trinitas,Bandung

Pendidikan jasmani merupakan bagian dari kehidupan manusia, karena melalui pendidikan jasmani manusia dapat lebih banyak belajar hal yang berhubungan dengan afektif, kognitif, dan psikomotorik. Pendidikan jasmani juga harus sudah ditanamkan sejak usia dini, karena pendidikan jasmani mempunyai pengaruh terhadap perkembangan anak dan dapat menjadi bentuk pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang untuk anak.[5] Pelajaran pendidikan jasmani harus memanfaatkan hari-hari aktif sekolah, sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan motorik dan aktifitas fisik siswa untuk membuat pondasi hidup yang aktif dan sehat dengan salah satu solusi yaitu dengan menerapkan olahraga berbasis permainan.[6]

Terdapat 10 model pembelajaran yang biasa digunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani yaitu direct instruction, personalized system for instruction, cooperative learning, sport education, peer teaching, inquiry teaching, tactical games, teaching personal and social, and responsibility. Akan tetapi, pemerintah Indonesia memberikan rekomendasi enam model pembelajaran yang cocok untuk menerapkan kurikulum tahun 2013 yaitu model saintifik, cooperative learning, inquiry/discovery, problem learning, project based learning, dan model eklektik.[7]

Pendidikan jasmani dapat berperan dalam meningkatkan empati siswa salah satunya melalui kegiatan di alam bebas atau outdoor education. Outdoor education memiliki potensi untuk menolong dalam peningkatan environmentally sympathetic attitudes and behavior pada siswa pada saat bersosialisasi dengan lingkungannya. Pendidikan jasmani dengan konsep alam bebas bersifat menyeluruh akan memberikan kontribusi positif terhadap kemampuan sosial siswa terutama dalam meningkatkan empati. Hal tersebut sesuai dengan salah satu tujuan outdoor education yaitu meningkatkan kemampuan masing-masing dan mengembangkan nilai sosial para pesertanya.[8]

Adapun beberapa permasalahan dalam pendidikan jasmani yang berasal dari faktor-faktor eksternal seperti kurangnya infrastruktur di sekolah, keterbatasan waktu belajar yang bisa dimanfaatkan guru, kurangnya sarana dan prasarana, dan rendahnya kepedulian pihak sekolah pada mata pelajaran pendidikan jasmani menjadi penyebab kelemahan sistem pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar. Hal ini juga memberikan dampak kepada peserta didik seperti, kecenderungan peserta didik menjadi apatis, kurangnya motivasi belajar, mudah bosan, dan kurang kreatif dan inovatif.[9]

Masalah

sunting

Aspek Pembelajaran

sunting

Pada aspek pembelajaran ini, proses pendidikan ditujukan bukan hanya bisa dipengaruhi oleh aspek fisik, biologis dan psikologis, tetapi aspek lingkungan geografis juga termasuk. Aspek tersebut berakibat pada pengembangan pengalaman belajar yang mana mengandung nilai-nilai kependidikan, penerapan pendekatan pembelajaran, dan penerapan model pembelajaran yang sesuai.[10]

Fasilitas

sunting

Fasilitas merupakan hal yang sangan penting untuk menunjang kegiatan olahraga, tetapi permasalahan pada fasilitas pendidikan jasmani ini sangat kurang yang mengakibatkan ketertarikan anak untuk melakukan aktivitas gerak menjadi kurang serta sangat sulit mencapai kebugaran fisik.[11]

Tujuan

sunting

Pendidikan jasmani bertujuan untuk menumbuh kembangkan pada sikap yang terbentuk dengan pengetahuan, keterampilan intelektual, dan kemampuan intelektual. Pada akhirnya mewujudkan perilaku sosial kemasyarakatan dengan keterampilan bersikap, kemampuan bertanggung jawab, dan keterampilan personalitas. Sebab, tubuh dikatakan sebagai tumpuan dan sarana dalam segala bentuk aktivitasnya.[12] Pendidikan jasmani juga bertujuan sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan peserta didik melalui aktivitas jasmani. Semua jenjang pendidikan harus mengajarkan pendidikan jasmani kepada setiap peserta didik pada .[13] Pendidkan jasmani juga berperan penting dalam proses pembelajaran di sekolah karena dapat menstimulus atau merangsang siswa untuk mempelajari mata pelajaran lain yang ada di sekolah.[14]

1. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan bertujuan untuk mengarahkan anak didik pada pertumbuhan dan perkembangan anak yang harmonis. Dengan aktivitas gerak yang diberikan oleh guru secara didaktik dan metodik, makan akan mampu mengarahkan murid untuk mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan yang selaras, seimbang dan harmonis. Oleh karena itu, guru harusmemberikan program pembelajaran yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak didik.[15]

2. Pada pendidikan jasmani salah satu materi yang diberikan yaitu pertumbuhan dan perkembangan anak didik. Untuk dapat mengantar anak didik pada pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis, maka guru memberikan materi yang sesuai dengan karakteristik pertumbuhan dan perkembangan gerak.[15]

3. Pendidikan jasmani dapat mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta melakukan pola hidup sehat dengan melakukan aktivitas jasmani dan olahraga.[16]

4. Pendidikan jasmani juga dapat meningkatkan pertumbuhan fisik serta pengembangan psikis yang lebih baik.[16]

5. Pendidikan jasmani dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan untuk gerak dasar.[16]

Lihat pula

sunting

Maksud artikel ini

sunting
  1. ^ Surahni (2017). "Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK) sebagai Sarana Pendidikan Moral". University Research Colloquium: 42. 
  2. ^ Anderson, D. (1989). The Discipline and the Profession. Foundations of Canadian Physical Education, Recreation, and Sports Studies. Dubuque, IA: Wm. C. Brown Publishers.
  3. ^ Irmansyah et al 2020, hlm. 116.
  4. ^ Maksum 2009, hlm. 7.
  5. ^ Agustini, Tomi dan Sudjana 2016, hlm. 229.
  6. ^ Bremer dan Lloyd 2014, hlm. 3.
  7. ^ Arisetiyana et al 2020, hlm. 2.
  8. ^ Budiman, Rusmana dan Wargadinata 2020, hlm. 120.
  9. ^ Suherman 2009, hlm. 4.
  10. ^ Paramitha dan Anggara 2018, hlm. 45-46.
  11. ^ Paramitha dan Anggara 2018, hlm. 46.
  12. ^ Rahman 2020, hlm. 1.
  13. ^ Paramitha dan Anggara 2018, hlm. 42.
  14. ^ Nugroho 2020, hlm. 82.
  15. ^ a b Sartinah (2008). "Peran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan dalam Perkembangan Gerak dan Keterampilan Sosial Siswa Sekolah Dasar". Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia. 5 (2): 63. 
  16. ^ a b c Faridah, Eva (2016). "Mengajar Pendidikan Jasmani Melalui Permainan "Ide Kreatif Mengoptimalkan Aspek Pedagogis"". Ilmu Keolahragaan. 15 (2): 40. 

Daftar Pustaka

sunting
  1. Agustini, I. P., Tomi, A., &, Sudjana, I. N. (2016). "Peningkatan Keterampilan Gerak Dasar Lokomotor Menggunakan Metode Bermain Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Siswa Kelas III C SDN Krian 3 Kabupaten Sidoarjo". Jurnal Pendidikan Jasmani. 26 (2): 229 – 237. ISSN 0853-5043. 
  2. Arisetiyana, F. F., Kartiko, D. C., Indahwati, N., &, Prakoso, B. B. (2020). "Motivation And Student Learning Outcomes In Problem Based Learning". Jurnal Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. 4 (1): 1–10. doi:10.33503/jp.jok.v4i1.829. 
  3. Bremer, E., &, Lloyd, M. (2014). "The Importance of Fundamental Motor Skill Proficiency for Physical Activity in Elementary School Age Females". PHEnex Journal. 6 (2): 1–12. 
  4. Budiman, B., Rusmana, R., &, Wargadinata, L. (2020). "Outdoor Education Of Emphathy Student". Jurnal Pendidikan Jasmani, Olahraga Dan Kesehatan. 4 (1): 117–127. doi:10.33503/jp.jok.v4i1.873. 
  5. Irmansyah, J., Sakti, N. W. P., Syarifoeddin, E. W., Lubis, M. R., &, Mujriah, M. (2020). "Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan di sekolah dasar: deskripsi permasalahan, urgensi, dan pemahaman dari perspektif guru". Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia. 16 (2): 115–131. doi:10.21831/jpji.v16i2.31083. ISSN 2581-2300. 
  6. Maksum, A. (2009). "Paradoks guru pendidikan jasmani" (PDF). Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga. 1 (1): 1–13. ISSN 2580-071X. 
  7. Suherman, A. (2009). "Pengembangan model pembelajaran outdoor education pendidikan jasmani berbasis kompetensi di sekolah dasar" (PDF). Penelitian Pendidikan. 9 (1): 1–16. ISSN 2580-071X. 
  8. Paramitha, S.T. dan Anggara, L.E. (2018). "Revitalisasi Pendidikan Jasmani untuk Anak Usia Dini melalui Penerapan Model Bermain Edukatif Berbasis Alam". Pendidikan Jasmani dan Olahraga. 3 (1): 41–51. ISSN 2580-071X. 
  9. Rahman, A. Y. (2020). "Implementasi Spirit Keilmuwan Wahyu Memandu Ilmu Dalam Bidang Pendidikan Jasmani". Jurnal Ilmiah Penjas. 6 (1): 1–12. ISSN 2442-3874. 
  10. Nugroho, B. A. (2020). "Minat Belajar Siswa Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani di SDI Teladan Suci Jakarta Timur". Jurnal Pendidikan Jasmani dan Adaptif. 2 (3): 77–88. doi:10.21009/jpja.v3i02.16368.