Pendidikan di Jawa Tengah
Pendidikan di Jawa Tengah awalnya hanya diperoleh oleh para raja dan bangsawan kraton serta kasta Ksatria selama masa Hindu di Jawa Tengah. Ketika masa islamisasi dimulai di Jawa Tengah, sistem pendidikan berubah menjadi pesantren yang dipimpin oleh kiai dengan murid dari rakyat biasa.
Sejarah
suntingMasa Hindu
suntingWilayah Jawa Tengah masih dipengaruhi oleh ajaran agama Hindu ketika islamisasi mulai terjadi di wilayah Indonesia. Guru masih dibedakan menjadi dua jenis, yakni guru kraton dan guru pertapa. Guru kraton hanya mengajar para putra raja dan bangsawan di lingkungan kraton. Tempat tinggal para guru kraton ada yang di luar kraton dan ada pula yang di dalam kraton. Guru jenis kedua disebut sebagai Bagawan atau guru pertapa. Para murid dari guru pertapa memperoleh pendidikan dengan mendatangai lokasi pertapaan atau padepokan yang dimiliki oleh guru pertapa. Kedudukan sebagai guru pertama hanya berlaku bagi kasta Brahmana. Para murid dari guru pertama hanya terdiri dari keturunan raja, bangsawan dan kasta Ksatria.[1]
Masa islamisasi
suntingKetika agama Islam mulai disebarkan di Jawa Tengah, sistem pendidikan yang diajarkan oleh guru pertapa berubah dan berkembang menjadi sistem pendidikan pesantren. Guru yang mengajar disebut sebagai kiai. Sistem kasta yang digunakan dalam ajaran agama Hindu kemudian dihilangkan dalam sistem pendidikan pesantren, sehingga para murid berasal dari rakyat biasa.[2]
Referensi
suntingCatatan kaki
sunting- ^ Moehadi, dkk. 1997, hlm. 23-24.
- ^ Moehadi, dkk. 1997, hlm. 24.
Daftar pustaka
sunting- Moehadi, dkk. (1997). Sejarah Pendidikan Daerah Jawa Tengah (PDF). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.