Pendidikan di Brunei

Pendidikan di Brunei Darussalam mengutamakan pembentukan akhlak dalam beragama dan penguasaan teknologi. Brunei Darussalam telah memulai pengajaran pendidikan sejak awal abad ke-20 khususnya pengajaran agama Islam. Sekolah-sekolah didirikan secara khusus untuk beberapa bangsa utamanya bangsa Melayu, bangsa Tionghoa dan bangsa Inggris dengan bahasanya masing-masing. Pada paruh kedua abad abad ke-20, terjadi reformasi pendidikan di Brunei Darussalam yang mengintegrasikan pendidikan Islam dengan pendidikan modern.

Capaian utama

sunting

Pemerintah Brunei Darussalam lebih mengutamakan pendidikan yang menghasilkan sumber dayaa manusia yang berakhlak, beragama dan menguasai teknologi.[1]

Sejarah

sunting

Sebelum tahun 1906, pendidikan di Brunei Darussalam bersifat tradisional. Pendidikan yang diberikan hanya pendidikan agama Islam. Pengajarannya pun terbatas hanya di Kampong Ayer. Pada masanya, Kampong Ayer merupakan pusat pemerintahan dan pengelolaan negara. Pengajaran dilakukan di balai-balai dan masjid-masjid dengan menyesuaikan dengan corak pemikiran sosial, budaya dan ekonomi yang berlaku di masyarakat Brunei Darussalam pada masa itu.[2]

Posisi peserta didik di dalam balai adalah duduk sila dengan mengelilingi guru secara melingkar. Guru berada di posisi tepi dari muridnya. Pembelajaran agama dilakukan dua kali sehari pada waktu pagi dan petang. Lamanya masa belajar ditentukan sepenuhnya oleh guru. Setelah mengajar agama. pengajaran dilanjutkan dengan membaca Al-Qur'an. Murid diizinkan pula untuk meninggalkan majelis ilmu untuk beristirahat sejenak jika telah penat belajar.[3]

Brunei Darussalam pertama kali memulai program pendidikan formal di Brunei pada tahun 1912. Pada tahun ini, pembukaan Sekolah Melayu di Bandar Brunei. [1] Brunei Darussalam juga mengizinkan pembukaan sekolah khusus bagi bangsa asing di negaranya.[4] Lalu pada tahun 1916, di Bandar Seri Begawan didirikan pula sekolah khusus bagi etnis Tionghoa.[1]

Setelah itu, sekolah melayu yang lainnya dibuka di Daerah Brunei Muara, Kuala Belait dan Daerah Tutong pada tahun 1918. Sekolah Melayu ini dikhususkan bagi murid laki-laki yang berusia 7–14 tahun. Pembelajarannya hanya meliputi kegiata membaca dan menulis dalam bahasa Arab dan bahasa Latin. Sementara kegiatan lainnya adalah menulis huruf jawi.[5] Pada tahun 1931 di Seria, sekola dasar swasta pertama yang berbahasa Inggris telah didirikan. Jumlah sekolah di Brunei Darussalam baru sebanyak 32 sekolah sampai dengan tahun 1941. Sebanyak 24 sekolah merupakan sekolah Melayu. Sementara sisa sekolah lainnya meliputi 3 sekolah swasta Inggris dan 5 sekolah Tionghoa. Jumlah keseluruhan murid sebanyak 1.714 orang dengan 312 orang murid perempuan.[4]

Reformasi pendidikan terjadi di Brunei pada tahun 1950-an selama masa pemerintahan Sultan Omar Ali Saifuddien III. Ia mennetapkan tiga kebijakan utama bagi pendidikan di Brunei Darussalam. Pertama, pembentukan. Majelis Musyawarah Syari’ah pada tahun 1954. Kedua, pembentukan Jabatan Hal Ehwal Ugama, Adat Istiadat dan Kebajikan. Ketiga, pemberian pendidikan agama Islam secara total. Kelas-kelas pendidikan agama Islam kemudian didirikan pada tahun 1956 melalui pembukaan tujuh madrasah.[4]

Sekolah Melayu dengan tingkat pendidikan menengah mulai didirikan di Belait pada tahun 1966.[1] Brunei Darussalam kemudian memulai membuka taman kanak-kanak pada tahun 1979.[6] Pada tahun 1984, Brunei Darussalam menetapkan kurikulum pendidikan bahasa dengan sistem bilingualisme. Dua bahasa yang diajarkan adalah bahasa Melayu dan bahasa Inggris.[7] Bahasa Inggris digunakan sejak pendidikan dasar disertai dengan bahasa Melayu dalam pengajaran moral inti.[8] Bahasa Melayu digunakan pada mata pelajaran bahasa Melayu, pengetahuan Agama Islam, pendidikan jasmani, lukisan dan pertukangan tangan. Sedangkan bahasa Inggris digunakan untuk mengajar mata pelajaran sains, Matematika, Geografi, Sejarah dan Bahasa Inggris. Kemudian, Brunei Darussalam baru membuka lembaga pendidikan tinggi pada tahun 1985 dengan didirikannya Universitas Brunei Darussalam.[6]

Jenis pendidikan

sunting

Pendidikan bahasa

sunting

Di Brunei Darussalam telah didirikan berbagai sekolah dengan dua bahasa utama dalam pengajaran, yaitu bahasa Melayu dan bahasa Inggris. Kemudian sejak tahun 1970, di Brunei Darussalam sekolah berbahasa Arab juga mulai dibuka.[8]

Referensi

sunting

Catatan kaki

sunting
  1. ^ a b c d Abduh 2016, hlm. 4.
  2. ^ Yahya dan Sa'ari 2015, hlm. 65.
  3. ^ Yahya dan Sa'ari 2015, hlm. 66.
  4. ^ a b c Wasiah dan Fitri 2022, hlm. 101.
  5. ^ Wasiah dan Fitri 2022, hlm. 100-101.
  6. ^ a b Abduh 2016, hlm. 4-5.
  7. ^ Bani 2008, hlm. 278.
  8. ^ a b Bani 2008, hlm. 277.

Daftar pustaka

sunting