Pemboikotan Israel dalam olahraga

Pemboikotan Israel dalam olahraga merujuk pada berbagai diskualifikasi dan penolakan terhadap atlet-atlet Israel. Sebagai bagian dari pemboikotan Israel, atlet dan tim Israel dilarang mengikuti beberapa kompetisi. Dalam banyak kompetisi internasional, di mana Israel ikut serta, seperti Olimpiade, beberapa pesaing Arab dan Muslim menghindari bertanding melawan Israel. Beberapa negara, terutama Iran, bahkan memaksa atlet-atlet mereka untuk tidak bertanding melawan orang Israel atau di Israel.

Contoh kontemporer

sunting

Asosiasi Sepak Bola Israel adalah anggota kelompok Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) dari FIFA antara tahun 1954 dan 1974. Karena pemboikotan Liga Arab terhadap Israel, beberapa negara Arab dan Muslim menolak untuk bertanding melawan Israel. Situasi politik memuncak ketika Israel memenangkan tahap kualifikasi Piala Dunia 1958 untuk Asia dan Afrika tanpa memainkan satu pertandingan pun, memaksa FIFA untuk menjadwalkan playoff antara Israel dan Wales untuk memastikan tim Israel tidak lolos tanpa memainkan setidaknya satu pertandingan (yang dimenangkan oleh Wales). Pada tahun 1974, Israel dikeluarkan dari grup AFC oleh resolusi yang diprakarsai oleh Kuwait, yang diadopsi oleh AFC dengan suara 17 banding 13 dengan 6 abstain. Untuk menyiasati pelarangan tersebut, Israel diterima sebagai anggota asosiasi Union of European Football Associations (UEFA) pada tahun 1992, dan diterima sebagai anggota penuh grup UEFA pada tahun 1994. Pendukung gerakan Boikot, Divestasi dan Sanksi (BDS) telah mengadvokasi agar Israel dikeluarkan atau ditangguhkan dari FIFA, namun tidak berhasil. Pada tanggal 24 Agustus 2018, Presiden Asosiasi Sepak Bola Palestina (PFA) Jibril Rajoub didenda CHF 20.000 (USD20.333) dan dilarang mengikuti pertandingan FIFA selama satu tahun karena menghasut kebencian dan kekerasan terhadap tim Argentina yang mengajukan diri untuk memainkan pertandingan persahabatan di Israel.

Olimpiade Catur 1976 diadakan di kota Haifa, Israel, menimbulkan kontroversi, karena beberapa negara, seperti Uni Soviet dan negara-negara Arab, tidak mengakui negara Israel. Karena FIDE menolak untuk mengubah tempat, tim Soviet memboikot turnamen tersebut sebagai bentuk protes, begitu pula dengan semua negara satelit Soviet di Eropa Timur dan negara-negara Arab anggota FIDE, yang mengadakan Olimpiade Catur alternatif di kota Tripoli, Libya.

Pada tahun 2007, Mushir Salem Jawher, pelari maraton kelahiran Kenya, kehilangan kewarganegaraan Bahrain setelah berkompetisi di Tiberias Marathon di Israel. Tetapi kemudian pada tahun itu ia memperoleh kembali kewarganegaraan Bahrain dan berkompetisi lagi di Tiberias Marathon pada tahun 2008, 2009, dan 2010.

Pada tahun 2009, terjadi peningkatan jumlah pemboikotan dan kampanye pemboikotan terhadap atlet Israel karena Operasi Cast Lead. Bintang tenis Israel Shahar Peer ditolak visanya untuk berpartisipasi dalam sebuah turnamen di Dubai, sehingga menimbulkan komentar dari para bintang seperti Serena Williams dan Andy Roddick yang mengkritik keputusan pihak berwenang Dubai, dan Roddick kemudian mengundurkan diri.[1]

Referensi

sunting