Pemamanan adalah tradisi ritual adat yang dilakukan oleh masyarakat suku Alas dari Kutacane (Aceh Tenggara), Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam berupa prosesi khitanan yang di lakukan terhadap anak lelaki. Istilah pemamanan tidak lepas dari kata "paman" atau kakak ibu. Masyarakat Alas memepercayai bahwa paman merupakan seorang penanggung jawab atas perhelatan pesta sunat dan nikah keponakannya. Tradisi ini telah diwariskan secara turun-temurun selama puluhan tahun dilakukan oleh masyarakat suku Alas. Anak lelaki yang akan disunat di peusijuk atau dalam bahasa Melayu sering disebut tepung tawar lebih dulu. Prosesi acara pemamanan dilakukan selama tujuh hari tujuh malam ada juga yang melakukannya selama empat hari empat malam, tergantung kemampuan dari pihak keluarga dari lelaki yang melakukan prosesi ritual adat ini. Seperti layaknya sebuah pesta perkawinan yang dilakukan dari hari pertama, kedua, ketiga, hingga hari keenam, di rumah yang mengadakan hajatan ramai dikunjungi sanak saudara mereka dari pihak ayah dan ibu, serta masyarakat kampung.[1]

Apabila pemamanan dilakukan secara mewah, pihak keluarga memotong satu atau dua ekor lembu/kerbau yang di masak secara gotong royong dengan masakan lainnya. Pada hari ketujuh pemamanan, dilakukan acara selanjutnya berupa prosesi arak-arakan menaiki kuda yang membawa "pengantin" sunat digelar. Kemudian rombongan keluarga akan mendatangi rumah dari saudara ibu mereka yang menghadiahkan kuda. Jumlah kuda yang menjadi hadiah disesuaikan dengan kesepakatan yang diinginkan orang tua yang memiliki hajatan. Dan pada saat malamnya, "pengantin" sunat kemudian dikhitan mantri. Setelah itu, "pengantin" sunat ditidurkan diatas tilam yang kelambunya dibuat dari kain adat masyarakat Alas. Tilam berkelambu tersebut berada di ruang tamu dengan diikatkan seutas tali diatas pada bagian tengahnya, yang digunakan sebagai tempat menggantungkan pakaian adat yang telah dipakai.[1]

Referensi

sunting
  1. ^ a b Kriscahyani (02 Mei 2015). "Tradisi Pemamanan". www.budaya-indonesia.org. Perpustakaan Digital Budaya Indonesia. Diakses tanggal 15 Februari 2019.