Peleton Pengintai Keamanan

(Dialihkan dari Peleton Intai Keamanan)

Peleton Pengintai Keamanan atau biasa disingkat (Tontaikam) merupakan satuan setingkat peleton di bawah Detasemen Markas Brigif Mekanis 1 PIK/Jaya Sakti, Kodam Jaya dan Dapat sangat membantu tugas Brigif khususnya menangani masalah keamanan di daerah – daerah tertentu yang sangat sulit dijangkau kendaraan besar dan harus dijangkau dengan motor serta perlu segera penanganan secara cepat dan tepat. Sama seperti Yonkav, tontaikam ini diharapkan juga mampu memberikan efek tekanan psikologis kepada para pengacau keamanan. Tontaikam baru dibentuk pada 1992, dengan nama SS 44 A/T (Satuan Khusus Anti Terror), personel berjumlah 44 orang dengan 25 unit sepeda motor (jenis Trail) special engine 125cc. para personelnya menggunakan senjata organik satuan, berupa FNC Carbine 5,56 mm, Sub Machine Gun Scorpion 3,62 mm, P1 9 mm pistol, p2 9 mm pistol, CZ 83 9 mm pistol

Sejarah

sunting

Pembentukan Satuan Khusus ini dibuat berdasarkan Surat perintah Pangdam Jaya No. Sprin/450-2/IV/1992 pada 11 April 1992 tentang perintah Pelaksanaan tugas latihan dalam rangka penyiapan Satuan Khusus Kodam Jaya. Kemudian pada 4 Juni 1992 terjadi perubahan dari SS44 A/T Kodam Jaya disesuaikan dengan Struktur Organisasi Brigif 1 Pam Ibu kota/Jaya Sakti, menjadi Tontaikam Brigif 1 Pam Ibu kota/Jaya Sakti Kodam Jaya.

Dengan demikian Peleton Pengintai Keamanan merupakan satuan setingkat peleton di bawah Detasemen Markas Brigade Infanteri (Denma Brigif) yang diharapkan memiliki kemampuan untuk menyajikan Intelijen dalam rangka mendukung tugas Brigif, baik dalam operasi intelijen, operasi tempur, baik dalam pembinaan teritorial maupun operasi bantuan.

Pada awalnya, penugasan tontaikam ini lebih dominan untuk menjaga kegiatan-kegiatan resmi kenegaraan. Peleton ini sudah memiliki pengalaman dalam pengamanan, seperti KTT Non Blok 1992, APEC 1994, KTT OKI 1997, termasuk menjaga Ibu kota pada saat-saat kritis keamanan ketika berlangsung Pemilu dan Sidang Umum MPR 1998 serta Sidang Istemewa 1999.

Selain itu terdapat satu tugas yang cukup memberikan pengalaman tersendiri bagi para personel Tontikam adalah pengamanan kedatangan Presiden AS George W. Bush ke Bogor tahun lalu. Pengamanan orang nomor satu AS ini memang cukup menyita perhatian masyarakat Indonesia pada saat itu.

Dalam tugas pengamanan VVIP/VIP, Tontaikam di BP kan ke Paspampres (Pasukan Pengaman Presiden) dan biasanya setelah melakukan koordinasi, lalu mereka dimasukkan ke check-point yang telah ditentukan. Konsekuensi lingkup tugas peleton ini sudah pasti masuk dalam katagori “Ring satu”.

Tugas pengaman VVIP/VIP tidak terbatas pada wilayah ibu kota Jakarta. Tontaikam belum lama ini ikut mengamankan kunjungan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan rombongan ketika melakukan kunjungan kerja ke Aceh, pasca tsunami. Kebutuhan ini diperlukan karena di wilayah tersebut memang tidak memiliki satuan pengamanan yang spesifik seperti yang dimiliki Tontaikam.

Personel peleton ini disaring dari para prajurit tiga Batalyon Infanteri yang berada dibawah Brigif 1 Pam Ibu kota, melalui ujian yang sangat ketat. Para personel harus mengikuti test psikologi, kesehatan, kesamaptaan dan harus memiliki kemampuan bela diri (minimal sabuk biru). Bagi yang lulus seleksi, kemudian di didik selama dua bulan hingga memiliki kemampuan perorangan, seperti mahir menembak, sniper, bela diri dan menjinakkan bahan peledak (Jihandak).

Pranala luar

sunting