Yuyu sawah

Sejenis yuyu kecil di sawah dan parit
(Dialihkan dari Parathelphusa convexa)
Yuyu Sawah
Yuyu sawah, Parathelphusa convexa
dari Cihideung Hilir, Ciampea, Bogor
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Subfilum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
P. convexa
Nama binomial
Parathelphusa convexa
De Man, 1879
Sinonim [3]
  • Telphusa convexus Herklots, 1861 (nomen nudum)
  • Parathelphusa dentipes Heller, 1862
  • ?Ozius frontalis Targioni-Tozzetti, 1872
  • Paratelphusa convexa De Man, 1879 [2]

Yuyu sawah (Parathelphusa convexa) adalah sejenis yuyu dari suku Gecarcinucidae. Menyebar terbatas di Jawa dan Bali,[4] yuyu ini biasa ditemukan di sawah-sawah, parit dan tanah bencah pada umumnya.

Pemerian

sunting
 
Sisi dorsal
 
Sisi ventral, betina
 
Sisi ventral, jantan
 
Tampak muka, betina 30 mm CW

Kepiting bertubuh kecil; spesimen jantan terbesar dengan panjang dan lebar karapas berturut-turut 30 dan 40 mm.[5] Sebagaimana namanya, tubuh spesies ini relatif tebal, lk. ½ lebar karapas, dan menggembung (convex) di bagian punggung. Tepi anterolateral bergigi tiga: satu di sisi luar ceruk mata, dan dua lagi merupakan duri epibranchial yang runcing, yang mengarah ke depan dan ke dalam. Di punggung bagian depan, melintang gigir memanjang dari sisi ke sisi yang disebut 'gigir tengkuk' (post-frontal crest, post-orbital cristae); gigir mana berujung kira-kira pada tengah-tengah dasar duri epibranchial yang pertama.[2]

Kaki-kakinya (pareopod) ramping; terdapat sebuah duri kecil yang runcing di ujung masing masing ruas merus, dekat persendian dengan ruas carpus.[2] Ruas dactylus (ujung) melengkung,[5] bergigi bergerigi.

Punggung berwarna kecokelatan hingga gelap; terdapat pola lekukan di punggung serupa huruf V atau U dengan sisi atas melebar, menyambung dengan lekukan huruf H di bagian bawahnya; agak-agak mirip pola jam pasir melebar. Sisi ventral keputihan atau kekuningan, dengan abdomen (hewan jantan) bentuk huruf T terbalik bersegmen 5.[5]

Ekologi dan agihan

sunting
 
Makan di antara sampah di saluran irigasi

Yuyu ini kerap ditemukan di sawah-sawah, parit dan saluran irigasi, sungai berarus lambat,[6] serta tanah bencah pada umumnya.

Yuyu sawah menyebar terbatas di Pulau Jawa dan Bali.[4] Spesimen tercatat di antaranya dari Garut, Bogor,[1] serta Besuki.[7]

Hama pertanian

sunting

Yuyu sawah, bersama beberapa kerabatnya seperti yuyu bogor (Parathelphusa bogoriensis) dan yuyu jawa (Malayopotamon javanense), merupakan hama padi yang cukup mengganggu, karena memakan semaian benih padi dan tanaman padi muda. Yuyu-yuyu ini dimangsa oleh burung bangau dan burung-burung air lainnya yang acap mengunjungi sawah. Menggiring dan menggembala bebek ke sawah yang belum ditanami padi, dapat membantu mengendalikan populasi yuyu yang menjadi hama ini.[8]

Pemanfaatan

sunting

Hanya kadang-kadang dikonsumsi secara lokal, karena bau dan rasanya tak enak; ketam ini ditangkap dengan tangan kosong, serok, atau semacam jaring angkat kecil. Yang lebih sering, ketam sawah dibunuh dan bangkainya digunakan untuk memikat walang sangit atau untuk meracun tikus sawah.[9][10][11]

Selain itu, secara tradisional yuyu sawah juga digunakan sebagai starter dalam pembuatan minyak kelapa.[12][13][14] Daging dan cangkang yuyu, setelah sebelumnya digiling lembut, dicampurkan ke kelapa parut dan difermentasi satu malam, sebelum kemudian dijemur dan akhirnya diperas minyaknya. Minyak ini populer di masa penjajahan Jepang sebagai "minyak yuyu" (Jw.: lengo yuyu); akan tetapi sekarang tak banyak yang membuatnya karena berbau kurang enak ("bau yuyu") dan mudah menjadi tengik.[15]

Catatan kaki

sunting
  1. ^ a b Esser, L. & N. Cumberlidge. 2008. Parathelphusa convexa. The IUCN Red List of Threatened Species 2008: e.T134682A3997689. http://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2008.RLTS.T134682A3997689.en. Accessed on 01 March 2016.
  2. ^ a b c Man, J.G. De. 1879. "On some new or imperfectly known Podophthalmous Crustacea of the Leyden Museum." Notes from the Royal Zoological Museum of The Netherlands at Leyden. vol I: 63. Leyden :E.J. Brill. (Feb 1879)
  3. ^ Peter K. L. Ng, Danièle Guinot & Peter J. F. Davie (2008). "Systema Brachyurorum: Part I. An annotated checklist of extant Brachyuran crabs of the world" (PDF). Raffles Bulletin of Zoology. 17: 1–286. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2013-03-19. Diakses tanggal 2016-03-01. 
  4. ^ a b Whitten, T., R.E. Soeriaatmadja, & S.A. Afiff. 1996. The Ecology of Java and Bali: 287 (Tab. 5.26) Hong Kong:Periplus Editions (HK) Limited.
  5. ^ a b c Bott, R. 1970. "Die Süßwasserkrabben von Europa, Asien, Australien und ihre Stammesgeschichte. Eine Revision der Potamoidea und der Parathelphusoidea. (Crustacea, Decapoda). Abhandlungen der Senckenbergischen Naturforschenden Gesellschaft, 526: 122 (1–338).
  6. ^ Wowor, D. 2010. Studi Biota Perairan dan Herpetofauna di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung dan Cisadane: Kajian Hilangnya Keanekaragaman Hayati. Laporan Akhir Program Insentif Peneliti dan Perekayasa LIPI Tahun 2010. Bogor:Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. (tidak diterbitkan)
  7. ^ Klaus, S., D. Brandis, P.K.L. Ng, D.C.J. Yeo, & C.D. Schubart. 2009. "Phylogeny and biogeography of Asian freshwater crabs of family Gecarcinucidae (Brachyura: Potamoidea)." in Joel W. Martin, Keith A. Crandall, Darryl L. Felder (Eds.) Decapod Crustacean Phylogenetics, Crustacean Issues 18: 513. Boca Raton:CRC Press.
  8. ^ Whitten, T., et al. Op.cit. p.288
  9. ^ Suwantoro, A.A. 2008. Analisis pengembangan pertanian organik di Kabupaten Magelang (studi kasus di Kecamatan Sawangan). Diarsipkan 2016-03-12 di Wayback Machine. Tesis program Magister Ilmu Lingkungan, Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang. (tidak diterbitkan)
  10. ^ Conceicao, L.M. Da 2009. Efektivitas penggunaan bangkai yuyu, katak dan tikus sebagai atraktan walang sangit. Skripsi Fakultas Teknobiologi Universitas Atma Jaya. Yogyakarta. (tidak diterbitkan)
  11. ^ Irsan, C., M.U. Harun, & E. Saleh. 2014. "Pengendalian tikus dan walang sangit di padi organik sawah lebak." Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014. Palembang, 26-27 September 2014. ISBN 979-587-529-9149-1
  12. ^ Margino, S., & E. Martani. 1984. Penelitian mikrobia penghasil minyak kelapa secara fermentasi dengan ragi yuyu. Bogor: Fakultas Pertanian IPB.
  13. ^ Sono, G.L. 1998. Membuat minyak kelapa dengan yuyu. Jakarta: PDII-LIPI.
  14. ^ Susanti, M.T., E. Supriyo, & S. Hatmodjo. 2001. "Optimasi produksi minyak kelapa dengan proses fermentasi oleh Candida utilis, Saccharomyces ellipsoides, Lactobacillus bulgaricus, L. casei, enzym protease serta bahan penggantinya". Laporan penelitian Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Oktober 2001.
  15. ^ Suarsana, M. 2012. "Pemanfaatan biji labu dalam pembuatan minyak kelapa secara fermentatif". Widyatech, Vol. 11(3): 134-44. (April 2012)

Pranala luar

sunting