Bae Pandat (parang pandat) berasal dari kata Bae dan Pandat. Bae artinya Parang dan kata Pandat dibentuk dari singkatan kata "uPAN " artinya "dari" dan kata "aDAT" bearti "adat". Jadi Bae atau Parang Pandat adalah parang yang berasal dari adat, khusunya adat budaya lokal Dayak rumpun Bidayuhik (Banyadu, Bakati, jagoi, Sungkung, Bukar, Sadong dan lain-lain). Nama lain untuk parang ini adalah Tangkitn. Sebutan Tangkitn berasal dari bahasa Dayak rumpun Bidayuhik, yaitu asal kata "Tangkadas" yang bearti "pemenggal" dan kata "dikitn" yang bearti "milikku". Jadi Tangkitn bearti "pemenggal milikku". Bae Pandat adalah pedang yang digunakan suku dayak di Kalimantan Indonesia. Parang ini digunakan oleh hampir seluruh orang Dayak, baik rumpun Dayak Bidayuhik, rumpun Dayak kanayatnik maupun rumpun Dayak Ibanik di Kalimantan Barat dan Sarawak. Pedang ini adalah pedang perang yang tidak digunakan pada masa damai dan tidak digunakan sebagai alat.

Deskripsi

sunting

Parang Pandat ini digunakan dengan dua tangan ketika melakukan pertempuran. Bentuk pedang ini unik dengan mempunyai sudut sekitar 25 derajat pada bagian pangkalnya. Parang pandat mempunyai panjang bilah sekitar 70 cm dengan panjang gagang sekitar 40 cm. Sarung Parang Pandat biasanya terbuat dari kayu atau tanduk hewan dan dihiasi dengan pola tradisional. Sarung parang ini dihiasi dengan bulu atau jumbai rambut serta berwarna merah.

Referensi

sunting
  • George Cameron Stone, Donald J. LaRocca, A Glossary of the Construction, Decoration and Use of Arms and Armor: in All Countries and in All Times, Verlag Courier Dover Publications, 1999, ISBN 978-0-486-40726-5
  • Nick Evangelista, William M. Gaugler, The encyclopedia of the sword, Ausgabe illustriert, Verlag Greenwood Publishing Group, 1995, ISBN 978-0-313-27896-9
  • Albert G. van Zonneveld, Traditional weapons of the Indonesian archipelago, Verlag C. Zwartenkot Art Books, 2001, Seite 96, 97, ISBN 978-90-5450-004-9.