Pandansari, Wanayasa, Banjarnegara

desa di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah


Pandansari adalah desa di kecamatan Wanayasa, Banjarnegara, Jawa Tengah, Indonesia.

Pandansari
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenBanjarnegara
KecamatanWanayasa
Kode pos
53457
Kode Kemendagri33.04.17.2004 Edit nilai pada Wikidata
Luas... km²
Jumlah penduduk... jiwa
Kepadatan... jiwa/km²
Peta
PetaKoordinat: 7°17′51″S 109°45′59″E / 7.29750°S 109.76639°E / -7.29750; 109.76639

Wilayah Administratif

sunting

Jika dilihat jarak wilayah dengan kecamatan wanayasa berkisar 5km, sedangkan jarak wilayah dengan kabupaten berkisar 30km. Desa Pandansari di sebelah barat berbatasan dengan Desa Kubang, sebelah timur berbatasan dengan kali Mrawu, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Karangtengah dan sebelah utara berbatasan dengan Desa Pagergunung. Letak Desa berdasarkan "Kawasan" merupakan bagian dataran tinggi kering yang menghubungkan pegunungan Kandangwangi dengan kali Merawu. Kawasan ini terdiri dari 3 desa yaitu Desa Pagergunung, Desa Pandansari, dan desa Karangtengah. Desa pandansari terletak di Wilayah Kecamatan Wanaysa bagain selatan. Daerah ini terlewati sungai Mrawu yang arusnya berpotensi terjadi erosi di musim Penghujan. Terutama Blok Sijambe, Serot, dan Sigronggang. Struktur tanah yang terdiri dari campuran tanah liat dan pasir pula menyebabkan longsor sering terjadi.

Komoditas Utama

sunting

Komoditas utama di Desa Pandansari jika dilihat dari sektor pertanian adalah padi, jagung, Salak Pondoh, bawang, cokelat, duku, durian, manggis dan sayur mayur.

Sejarah Pertanian

sunting

Desa Pandansari dahulu sangat terkenal dengan varietas utama berupa padi GAGANG. padi ini di kembangkan oleh para petani sebagai komoditas utama. Pada gagang selain sebagai warisan nenek moyang yang perlu dilestarikan, juga memiliki dampak ekonomi yang baik. Hal ini di karenakan beberapa hal berikut:

  • harga beras yang berasal dari padi Gagang sangat mahal,
  • mudah dalam pemeliharaan, karena tahan terhadap hama
  • kebutuhan air cukup dan tahan terhadap air
  • tidak terjadi perubahan genetik dari keturunan yang dulu
  • memiliki produktivitas yang tinggi, sekitar 6-8 ton/ha
  • umur produksi memang cukup lama 7 bulan

Seiring dengan perkembangan zaman, masuknya bibit jenis IR, digalakan oleh pemerintah untuk penanaman padi IR. Sehingga bibit lokal ini lama-lama ditinggalkan oleh petani. Dengan alasan " Umur Produksi Lama ".... Saat itu tidak terpikirkan keadaan akan seperti sekarang ini. Bibit langka, ketergantungan pupuk kimia, obat hama mahal...yang semuanya jika ditaksir secara ekonomi cukup besar biaya produksinya. Jika saja masyarakat masih mengembangkan bibit Padi gagang ini, tentu sampai sekarang petani di Desa Pandansari tidak bakal bingung dengan seabreg masalah pertanian di negeri ini. Karena Padi lokal ini sudah teruji secara bertahun-tahun dan turun temurun memberikan manfaat yang luar biasa bagi petani pendahulunya. sayang seribu sayang, sampai saat ini bibit tersebut sulit didapatkan.