Titik Biru Pucat

(Dialihkan dari Pale Blue Dot)

Titik Biru Pucat (bahasa Inggris: Pale Blue Dot) adalah foto planet Bumi yang diambil pada tanggal 14 Februari 1990 oleh wahana antariksa Voyager I 6 miliar kilometer) (3.7 miliar mil, 40 AU) dari Bumi dan sebagai bagian dari rangkaian foto Potret Keluarga anggota Tata Surya.

Dark grey and black static with coloured vertical rainbow beams over part of the image. A small pale blue point of light is barely visible.
Dari jarak 6 miliar kilometer (3,7 miliar mil, 40 satuan astronomi), Bumi tampak seperti titik kecil (bintik putih kebiru-biruan di tengah rentang cahaya cokelat sebelah kanan) di antara gelapnya luar angkasa.[1]

Dalam foto ini, Bumi berukuran hampir separuh piksel (0,12 piksel); Bumi terlihat sebagai titik kecil di luasnya ruang angkasa, di antara pita cahaya sinar matahari yang dibiaskan oleh optika kamera.[2]

Wahana Voyager I, yang baru saja menyelesaikan misi utamanya dan hendak meninggalkan Tata Surya, diperintahkan oleh NASA untuk memutar kameranya dan mengambil foto Bumi di tengah jagat raya atas permintaan astronom dan pengarang Carl Sagan.[3]

Latar Belakang

sunting

Pada bulan September 1977, NASA meluncurkan Voyager 1, sebuah pesawat ruang angkasa robotik seberat 722-kilogram (1.592 pon) pada sebuah misi untuk mempelajari Tata Surya luar dan akhirnya menuju ke ruang antarbintang.[4][5] Setelah bertemu dengan sistem Jovian pada tahun 1979 dan Sistem Saturnus pada tahun 1980, misi utama diumumkan telah selesai pada bulan November tahun yang sama. Voyager adalah pesawat ruang angkasa pertama yang menyediakan gambar rinci dari dua planet terbesar dan bulan (satelit) utama mereka.

 
Wahana luar angkasa Voyager 1

Wahana luar angkasa ini, tetap dalam perjalanan dengan kecepatan 64.000 km/h (40.000 mph), merupakan benda buatan manusia terjauh dari Bumi dan yang pertama meninggalkan Tata Surya.[6] Misinya telah diperpanjang dan berlanjut sampai hari ini, dengan tujuan untuk menyelidiki Tepi Tata Surya, termasuk sabuk Kuiper, heliosfer dan ruang antarbintang. Beroperasi sejak 47 tahun, 2 bulan dan 25 hari hingga hari ini (2 Desember 2024), ia menerima perintah rutin dan mentransmisikan data kembali ke Deep Space Network.[4][7][8]

Voyager 1 awalnya diharapkan untuk bekerja hanya melalui pertemuan dengan Saturnus. Ketika pesawat ruang angkasa melewati planet ini pada tahun 1980, Sagan mengusulkan gagasan agar probe ruang angkasa ini mengambil satu gambar terakhir Bumi.[9] Dia menunjukkan bahwa foto itu tidak akan memiliki banyak nilai ilmiah, karena Bumi akan tampak terlalu kecil bagi kamera Voyager untuk mengambarkan detail apapun, namun bisa menggambarkan perspektif berarti tentang tempat kita di alam semesta.

Meskipun banyak orang di dalam program Voyager mendukung gagasan tersebut, ada kekhawatiran bahwa mengambil gambar Bumi yang begitu dekat dengan Matahari berisiko merusak sistem pencitraan pesawat ruang angkasa yang tidak dapat diperbaiki lagi. Baru pada tahun 1989 gagasan Sagan dipraktikkan, namun kalibrasi instrumen menunda operasi lebih lanjut, dan personil yang merancang dan mengirimkan perintah radio ke Voyager 1 juga diberhentikan atau dipindahkan ke proyek lain. Akhirnya, Administrator NASA Richard Truly menjadi perantara untuk memastikan bahwa foto itu diambil.[6][10][11]

 
Perkiraan lokasi Voyager I (lingkaran hijau) saat foto ini diambil

Sistem antarmuka web HORIZONS milik NASA Jet Propulsion Laboratory menyediakan antarmuka web terbatas ke sistem HORIZONS-nya yang dapat digunakan untuk mencari efemeris benda-benda di Tata Surya.[12] Menurut alat ini, jarak antara Voyager dan Bumi pada 14 Februari 1990 dan 9 Juni 1990 adalah: a

Jarak Voyager 1 dari Bumi
Satuan ukuran 14 Februari 1990 9 Juni 1990
Satuan astronomi (AU) 40,4722269111071 40,6835761263791
Kilometer 6.054.558.968 6.086.176.360
Mil 3.762.136.324[13] 3.781.782.502[13]

Renungan Sagan

sunting
 
Sagan menunjukkan bahwa pada titik itu, "setiap manusia yang pernah hidup, menjalani hidup mereka".

Selama kuliah umum di Universitas Cornell pada tahun 1994, Carl Sagan mempersembahkan gambar itu kepada penonton dan membagikan renungannya tentang makna yang lebih dalam di balik gagasan Pale Blue Dot :[14]

Dari jarak sejauh ini, Bumi tidak lagi terlihat penting. Namun bagi kita, lain lagi ceritanya. Tataplah lagi titik itu. Titik itulah yang dinamai 'di sini.' Itulah rumah. Itulah kita. Di satu titik itu semua orang yang kamu cintai, semua orang yang kamu kenal, semua orang yang pernah kamu dengar namanya, semua manusia yang pernah ada, menghabiskan hidup mereka. Segenap kebahagiaan dan penderitaan kita, ribuan agama, pemikiran, dan doktrin ekonomi yang merasa benar, setiap pemburu dan perambah, setiap pahlawan dan pengecut, setiap pembangun dan pemusnah peradaban, setiap raja dan petani, setiap pasangan muda yang jatuh cinta, setiap ibu dan ayah, anak yang bercita-cita tinggi, penemu dan penjelajah, setiap pengajar kebaikan, setiap politisi busuk, setiap "bintang pujaan", setiap "pemimpin besar", setiap orang suci dan pendosa sepanjang sejarah spesies manusia hidup di sana, di atas setitik debu yang melayang dalam seberkas sinar.

Bumi adalah panggung yang amat kecil di tengah luasnya arena kosmik. Renungkanlah sungai darah yang ditumpahkan para jenderal dan maharaja sehingga dalam keagungan dan kejayaan itu mereka dapat menjadi penguasa sementara di sebagian kecil dari titik itu. Renungkanlah kekejaman tanpa akhir yang dilakukan orang-orang di satu sudut titik ini terhadap orang-orang tak dikenal di sudut titik yang lain, betapa sering mereka salah paham, betapa siap mereka untuk membunuh satu sama lain, betapa bergejolak kebencian mereka. Sikap kita, keistimewaan kita yang semu, khayalan bahwa kita memiliki tempat penting di alam semesta ini, tidak berarti apapun di hadapan setitik cahaya redup ini. Planet kita hanyalah sebutir debu yang kesepian di alam yang besar dan gelap. Dalam kebingungan kita, di tengah luasnya jagat raya ini, tiada tanda bahwa pertolongan akan datang dari tempat lain untuk menyelamatkan kita dari diri kita sendiri.

Bumi adalah satu-satunya dunia, sejauh ini, yang diketahui memiliki kehidupan. Tidak ada tempat lain, setidaknya sampai beberapa waktu ke depan, yang bisa dijadikan tempat tinggal. Ada yang bisa kita kunjungi, tetapi belum ada yang bisa kita tinggali. Suka atau tidak, untuk saat ini, Bumi adalah satu-satunya tempat kita hidup. Sering dikatakan bahwa astronomi adalah sebuah pengalaman yang menumbuhkan kerendahan hati dan membangun kepribadian. Mungkin tak ada yang dapat menunjukkan laknatnya kesombongan manusia secara lebih baik selain citra dunia kita yang mungil ini. Bagiku, gambar ini mempertegas tanggung jawab kita untuk bertindak lebih baik terhadap satu sama lain, dan menjaga serta merawat sang titik biru pucat, satu-satunya rumah yang kita kenal selama ini.

— Carl Sagan, pidato di Universitas Cornell, 13 Oktober 1994

Sagan juga memberikan judul pada bukunya yang terbit tahun 1994 sesuai foto ini, Pale Blue Dot: A Vision of the Human Future in Space.[15][16]

Pada tahun 2015, NASA memperingati pengambilan foto Pale Blue Dot yang ke 25.[17]

Dua puluh lima tahun yang lalu, Voyager berbalik ke Bumi dan melihat 'titik biru pucat', "sebuah gambar yang terus mengilhami keajaiban tentang tempat yang kita sebut rumah,

— ilmuwan proyek Voyager[17]

Lihat pula

sunting

Catatan

sunting

Catatan kaki

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ "From Earth to the Solar System-Pale Blue Dot". fettss.arc.nasa.gov. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-12-18. Diakses tanggal 2011-07-27. 
  2. ^ "A Pale Blue Dot". The Planetary Society. Diakses tanggal 2014-12-21. 
  3. ^ "From Earth to the Solar System, The Pale Blue Dot". NASA. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-12-18. Diakses tanggal 2014-12-24. 
  4. ^ a b "Mission Overview". starbrite.jpl.nasa.gov. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-21. Diakses tanggal 2011-07-27. 
  5. ^ "Voyager 1". nssdc.gsfc.nasa.gov. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-08-06. Diakses tanggal 2011-07-27. 
  6. ^ a b Sagan, Carl (September 9, 1990). "The Earth from the frontiers of the Solar system–The Pale, Blue Dot". PARADE Magazine. Diakses tanggal 2011-07-28. 
  7. ^ Butrica, Andrew.J (1994). "Chapter 11". From Engineering Science To Big Science (edisi ke-1st). New York: Random House. hlm. 251. ISBN 0-679-43841-6. 
  8. ^ "An Earthly View of Mars". space.com. Diakses tanggal 2011-07-28. 
  9. ^ "It's our dot: For Carl Sagan, planet Earth is just a launch pad for human explorations of the outer universe". pqasb.pqarchiver.com. Diakses tanggal 2011-07-28. [pranala nonaktif permanen]
  10. ^ Sagan, 1994, pp. 4–5
  11. ^ "An Alien View Of Earth". npr.org. Diakses tanggal 2011-07-12. 
  12. ^ "NASA's JPL Horizon System for calculating ephemerides for solar system bodies". ssd.jpl.nasa.gov. Diakses tanggal 2011-07-13. 
  13. ^ a b "Nasa image shows it's a wonderful world". independent.co.uk. Diakses tanggal 2011-07-28. 
  14. ^ "A Pale Blue Dot". The Big Sky Astronomy Club. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 Juni 2017. Diakses tanggal 29 Augustus 2017. 
  15. ^ Sagan, Carl (1994). Pale Blue Dot: A Vision of the Human Future in Space (edisi ke-1st). New York: Random House. ISBN 0-679-43841-6. 
  16. ^ Garfinkel, Simson.L (February 5, 1995). "Sagan looks to space for future salvation". The Daily Gazette. Diakses tanggal July 28, 2011. 
  17. ^ a b [1]

Bacaan lanjutan

sunting

Pranala luar

sunting