Padepokan Jambe Pitu

Padepokan atau Petilasan Jambe Pitu, atau juga dikenal dengan nama Pertapaan Ampel Gading merupakan salah satu situs ziarah spiritual yang terdapat di Gunung Selok, yaitu sebuah bukit yang terdapat di wilayah Desa Karangbenda, Adipala, Cilacap. Keberadaan padepokan ini erat kaitannya dengan Padepokan Jambe Lima dan situs ini dianggap sangat keramat karena terdapat tiga petilasan, yaitu petilasan Sang Hyang Wisnu Murti dan dua pusakanya, kembang wijayakusuma yang disebut Eyang Lengkung Kusuma dan cakra baskara yang disebut Eyang Lengkung Cuwiri. Tempat ini juga terkenal sebagai tempat berziarah presiden kedua Indonesia, yaitu Presiden Soeharto.[2] Dari ketiga petilasan makam tersebut, petilasan Eyang Lengkung Kusuma dipercaya paling banyak memberikan berkah. Umumnya para peziarah yang datang mengharapkan kenaikan pangkat atau usaha yang laris.[3] Namun, dari segi spiritual, petilasan Eyang Lengkung Kusuma merupakan tempat ziarah untuk membentuk wadah spiritual seseorang sebelum menempuh perjalanan spiritualnya.[4]

Padepokan Jambe Pitu
Informasi umum
LokasiIndonesia
AlamatKarangbenda, Adipala, Cilacap, Jawa Barat
Ketinggian150 dpl
Diresmikan18 Juni 1958
PemilikRaden Panji Soedijat Prawirokoesoema (Romo Dijat)[1]
Desain dan konstruksi
Kontraktor utamaSoedjono Hoemardani[1]

Lokasi situs Jambe Pitu terletak sekitar 20 km di tenggara Kota Cilacap mendekati pantai selatan. Padepokan ini menempati puncak tertinggi Gunung Selok dan berada di atas situs Padepokan Jambe Lima.[5] Luas kompleks Padepokan Jambe Pitu adalah sekitar 30 meter x 50 meter dan dikelilingi tembok setinggi dua meter. Jalan berlantai batu hitam sepanjang 300 meter merupakan penghubung bangunan petilasan dengan area parkir kendaraan.[1] Bangunan padepokan terbagi menjadi beberapa sanggar, yaitu Sanggar Pamujan, Sanggar Palereman Kakung, Sanggar Palereman Putri, dan Sanggar Supersemar.[3]

Sejarah

sunting

Pembangunan

sunting

Lokasi Padepokan Jambe Pitu ditemukan oleh Romo Dijat sementara pembangunannya dilakukan oleh Soedjono Hoemardani.[1] Menurut Romo Diyat, letak geografis Jambe Pitu memiliki energi paling kuat dan sangat cocok sebagai tempat menerima dhawuh atau pesan dari leluhur.[6]

Ziarah Presiden Soeharto

sunting

Sebelum menjabat sebagai presiden, Soeharto mendalami ilmu kebatinan Jawa bersama Soedjono Hoemardani dan bergabung dalam kelompok spiritual Sendang Titis, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul. Soeharto kerap berziarah ke Padepokan Jambe Pitu pada malam hari sekitar dua jam saja.[1] Oleh sebab itu, di dekat padepokan terdapat helipad yang kini sudah tidak terurus lagi semenjak ia wafat.[7]

Soeharto merupakan salah satu murid atau putrawayah Padepokan Jambe Pitu, tetapi mulai jarang berziarah semenjak Romo Diyat meninggal pada tahun 1985. Kedekatan dengan Soeharto menyebabkan situs ini sempat menjadi bulan-bulanan beberapa pihak pada masa awal Orde Reformasi karena dianggap sebagai sumber kekuatan spiritual Soeharto selama menjadi sebagai presiden.[7][8]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e "Soeharto Berziarah ke Cilacap di Malam Hari". Tempo. 31-3-2013. Diakses tanggal 1-8-2016. 
  2. ^ "Gunung Selok (Spiritual)". Cilacap: Cilacapku. Diakses tanggal 1-8-2016. 
  3. ^ a b Femi Adi Soempeno (2009). Prabowo dari Cijantung bergerak ke istana. Galangpress Group. hlm. 96-97. ISBN 6028174181. 
  4. ^ Utomo, Herman; Prayitno, Silvie Yuliati (2008). Dialog dengan Alam Dewa. Jakarta: Kelompok Spiritual Universal. hlm. 60-63. 
  5. ^ "Gunung Selok Jadi Objek Wisata Spiritual". Pikiran Rakyat. 19-1-2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-07-15. Diakses tanggal 1-8-2016. 
  6. ^ "Petilasan Gunung Serandil Cilacap, Tempat Ziarah Favorit Soeharto". 10-4-2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-08-18. Diakses tanggal 1-8-2016. 
  7. ^ a b Arwan Tuti Artha (2007). Dunia spiritual Soeharto: menelusuri laku ritual, tempat-tempat, dan guru spiritualnya. Galangpress Group. hlm. 114. ISBN 9792499822. 
  8. ^ "Bendera Putih untuk Putrawayah Terbaik Jambe Pitu". Kompas. 28-1-2008. Diakses tanggal 1-8-2016. 

Pranala luar

sunting