Pacific Caesar Surabaya
Pacific Caesar Surabaya adalah tim basket profesional yang berbasis di Surabaya, Indonesia. Mereka bergabung dengan IBL Indonesia pada musim 2011–12.[1][2]
Pacific Caesar Surabaya ꦥꦱꦶꦥ꦳ꦶꦏ꧀ꦕꦺꦱꦂꦱꦸꦫꦧꦪ | |||
---|---|---|---|
| |||
Liga | Indonesian Basketball League | ||
Dibentuk | 1968 | ||
Sejarah | Pacific Caesar 2011–sekarang | ||
Arena | GOR Pacific Caesar | ||
Kapasitas | 2,500 | ||
Letak | Surabaya, Indonesia | ||
Warna tim | Biru, Kuning, Merah, Putih
| ||
Presiden | Bambang Susanto | ||
Pelatih kepala | Sung Jae-sik | ||
Juara | 0 | ||
|
Sejarah
suntingPacific Caesar Surabaya merupakan salah satu klub bola basket tertua di Indonesia. Setelah tersandung di liga bola basket profesional Indonesia, mereka kini menjadi salah satu klub paling menjanjikan.
Eksistensi Pacific Caesar sebagai klub basket juga tidak perlu diragukan lagi, karena sudah berusia lebih dari setengah abad. Club Pacific didirikan pada tahun 1968. Tepatnya pada tanggal 8 Mei 1968 sebagai klub amatir. Pacific didirikan oleh Bambang Susanto sejak ia berusia 17 tahun, dan terus mengelola klub ini hingga sekarang. Impian Pak Bambang mendirikan Pacific sebenarnya sederhana.
Dia ingin mendirikan sekolah bola basket untuk generasi muda, dan kini Pacific sudah lengkap sebagai sebuah klub. Memiliki tim profesional, pembinaan yang berjalan beriringan, dan gedung olah raga sebagai fasilitas penunjang utama. Perjalanan Pacific dalam kompetisi bola basket profesional dimulai pada tahun 1992 di Kompetisi Utama Bola Basket (Kobatama). Selain Pasifik, ada tim asal Jawa Timur yakni Tangan Emas dan Halim Kediri. Setelah berjalan cukup lama, Pacific menyatakan pensiun dari liga selama satu dekade (2000-2010).
Mereka sempat mengadu nasib di Premier Basketball League (PBL). Pada PBL musim 2010-2011, Pacific menjadi runner-up. Pacific akhirnya kembali menjadi kasta tertinggi bola basket Indonesia. Pacific mulai kembali tampil di kancah basket nasional tepatnya di NBL Indonesia 2011-2012. Namun selama empat tahun keikutsertaannya, Pacific selalu gagal meraih hasil positif. Pasifik selalu menghuni dasar klasemen di regular season. Berbagai cara dilakukan Pasifik untuk meningkatkan performa, seperti pergantian pelatih.
Pasifik pernah dipoles oleh pelatih asal Filipina, Arturo Lozada Cristobal. Kemudian pada musim berikutnya (2012-2013) dipimpin oleh Eddy Santoso. Kedua pelatih tersebut bergantian menangani Pasifik pada dua musim berikutnya. Namun terakhir yang melatih Pacific di NBL Indonesia 2014-2015 adalah Arturo Lozada Cristobal. Di IBL 2016, Pacific Caesar tampil dengan wajah baru.
Pelatih Bai (Arturo Lozada Cristobal) bukan lagi pelatih kepala. Pacific ditangani sendiri oleh Bambang Susanto yang juga merupakan pemilik klub. Suk Fuk - sapaan akrabnya - didampingi asisten pelatih mendiang Hari Suharsono. Hasilnya pun sama, Pasifik belum mendapatkan hasil maksimal. Pasalnya mereka tampil dengan wajah-wajah baru pemain muda. Performa Pacific meningkat tajam pada era IBL 2017.
Mereka mendapat keuntungan dari kebijakan liga yang menyertakan dua pemain asing. Manajemen Pasifik sangat berhati-hati dalam memilih pemain. Mereka mendapat pengawal asal Amerika Serikat, David Seagers, dan penyerang asal Kanada, Kevin Loiselle. Kehadiran mereka berhasil membawa Pasifik menjadi juara, sekaligus untuk pertama kalinya Pasifik mampu tampil di babak playoff.
Basih sebagai pelatih juga masuk dalam nominasi IBL 2016 Coach of The Year. Sayangnya mereka gagal melanjutkan langkahnya setelah kalah dua game di babak playoff dari Aspac Jakarta. Pasifik menunjukkan prestasi gemilang dalam dua musim berturut-turut setelahnya.
Mereka memasuki babak playoff di IBL 2017-2018, bahkan mencapai babak semifinal di IBL 2018-2019. Pasifik bukan lagi tim yang menjadi bulan-bulanan di liga. Mereka kini menjelma menjadi salah satu kekuatan besar bola basket Indonesia. Kita bisa melihat pencapaian Pasifik dalam beberapa tahun terakhir. Namun kenyataannya Pacific adalah tim yang hebat, memiliki sejarah panjang dan prestasi yang membanggakan.