PSIM Yogyakarta
PSIM Yogyakarta (Perserikatan Sepak Bola Indonesia Mataram) (bahasa Jawa: ꦥ꧈ꦱ꧈ꦆ꧈ꦩ꧈ꦪꦺꦴꦒꦾꦏꦂꦠ, translit. PSIM Yogyakarta) atau PSIM Jogja adalah klub sepak bola Indonesia yang berbasis di Kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Yogyakarta dan bermarkas di Stadion Mandala Krida. Pada 2025–2026, klub tersebut berlaga di Liga 1 Indonesia. Klub ini didirikan pada 5 September 1929 dengan nama awal Perserikatan Sepakraga Mataram (P.S.M.) dan menjadi salah satu dari tujuh bond (perserikatan) yang mencetuskan pendirian Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia (P.S.S.I.) di Societeit Hande Projo (sekarang Ndalem Yudonegaran) pada 19 April 1930. Klub tersebut pernah menjuarai Kompetisi Perserikatan di Batavia pada 16 Mei 1932 dan Divisi Satu Liga Indonesia (sekarang Liga 2 Indonesia) di Stadion Si Jalak Harupat pada 4 September 2005. PSIM memiliki kelompok suporter bernama Brajamusti (Brayat Jogja Mataram Utama Sejati) – (sebelumnya bernama Paguyuban Tresna Laskar Mataram) dan The Maident (Mataram Independent), serta memiliki sebutan Laskar Mataram dan Naga Jawa.
![]() | ||||
Nama lengkap | Perserikatan Sepak Bola Indonesia Mataram | |||
---|---|---|---|---|
Julukan |
| |||
Nama singkat | PSIM | |||
Kota/Kabupaten | Kota Yogyakarta | |||
Negara | Indonesia | |||
Federasi | Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia | |||
Berdiri |
| |||
Stadion | Stadion Mandala Krida (Kapasitas: + 35.000) | |||
Pemilik | PT PSIM Jaya Yogyakarta | |||
Direktur Utama | ![]() | |||
Manajer | ![]() | |||
Pelatih | ![]() | |||
Liga | Liga 1 Indonesia | |||
Situs web | Situs web resmi klub | |||
Kelompok suporter |
| |||
|
![]() Tim utama |
Sejarah
suntingPSIM didirikan pada 5 September 1929 dengan nama Persatuan Sepakraga Mataram (P.S.M.). Nama "Mataram" digunakan karena Yogyakarta merupakan pusat pemerintahan Kesultanan Mataram.[1][2] Pada 19 April 1930, P.S.M. bersama dengan B.I.V.B.–Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (sekarang Persib Bandung), I.V.B.M.–Indonesische Voetbal Bond Magelang (sekarang PPSM Magelang), V.V.B.–Vortenlandsche Voetbal Bond Solo (sekarang Persis Surakarta), S.I.V.B.–Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond Surabaya (sekarang Persebaya Surabaya), V.I.J.–Voetbalbond Indonesia Jacatra (sekarang Persija Jakarta), dan M.V.B.–Madioensche Voetbal Bond Madiun (sekarang PSM Madiun) turut mencetuskan pendirian PSSI dalam pertemuan yang diadakan di Societeit Hande Projo.[a][3][4] P.S.M. dalam pertemuan tersebut diwakili oleh Abdul Hamid, Daslam Hadiwasito, dan Muhammad Amir Notopratomo.[1] Sementara itu, B.I.V.B. diwakili oleh Gatot, I.V.B.M. diwakili oleh Erents Alberth Mangindaan (siswa Hoogere Kweekschool), V.V.B. diwakili oleh Soekarno (bukan Presiden Soekarno), S.I.V.B. diwakili oleh Pamoedji, V.I.J. diwakili oleh Sjamsoedin (mahasiswa Rechtshoogeschool te Batavia), dan M.V.B. diwakili oleh Kartodarmoedjo.[5][6] Selain itu, ada juga tamu khusus yang datang dalam pertemuan tersebut, yaitu Soeratin Sosrosoegondo, Soebroto, dan Soetjipto.[7]
-
Tujuh bond (termasuk P.S.M.) mencetuskan pendirian P.S.S.I. di Societeit Hande Projo (sekarang Ndalem Yudonegaran) pada 19 April 1930.
-
Para pengurus P.S.S.I. periode pertama (Soeratin duduk di tengah).
-
Soeratin Sosrosoegondo, ketua umum pertama P.S.S.I.
Aqwam Fiazmi Hanifan (pundit sepak bola) di Detik Sport menyebut jika sempat terjadi perdebatan dalam pertemuan tersebut, lantaran Soekarno mempertanyakan status keberadaan Indonesische Voetbal Bond (I.V.B.). Notopratomo enggan jika organisasi baru ini berafiliasi dengan I.V.B, tetapi Hamid selaku ketua konferensi menyetujui agar I.V.B. dihidupkan kembali dan direformasi total. Hamid beralasan kehadiran Soebroto sebagai perwakilan I.V.B. dalam konferensi itu menjadi jawaban jika I.V.B. mendukung penuh keputusan yang akan diambil konferensi.[8] Soebroto pun turut membenarkan pernyataan tersebut dan bersedia mendukung organisasi tandingan itu.[9]
Nikko Auglandy dalam bukunya berjudul Bangkitlah Sang Legenda: Kiprah Persis Solo di Dunia Sepak Bola mencatat bahwa pertemuan ini akhirnya menghasilkan keputusan untuk membubarkan I.V.B. secara resmi dan membangun organisasi sepak bola khusus pribumi.[5] Menurut Hanifan, penamaan organisasi sepak bola itu juga berlangsung alot karena terdapat tiga nama yang diajukan sebelumnya, yaitu Indonesische National Voetbal Bond (I.N.V.B.), Persatoean Voetbal Bond Indonesia (P.V.B.I.), dan Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia (P.S.S.I.).[8] Namun, dipilihlah nama P.S.S.I. (diubah menjadi "Sepak Bola" dalam Kongres P.S.S.I. ke-1 di Surakarta pada 21 Mei 1931)[10] setelah diadakan voting, dengan ketua umum dan wakilnya yang pertama Soeratin dan Daslam.[5][7][11]
Berikut jajaran keanggotaan awal P.S.S.I. periode pertama.[7][12]
Jabatan | Nama |
---|---|
Ketua | Soeratin Sosrosoegondo |
Ketua Muda/Wakil Ketua | Daslam Hadiwasito |
Penulis/Sekretaris | Muhammad Amir Notopratomo |
Bendahara | Anwar bin Noto |
Pemimpin Pertandingan | Muhamamad Moerdan bin Noto |
Pengamat/Juru Periksa | Abdul Hamid |
Karel Stokkermans dalam catatannya berjudul Dutch East Indies Football History menambahkan jika sejak tahun itu pula kompetisi tahunan antarkota atau perserikatan diselenggarakan di bawah naungan P.S.S.I.[13] Nama P.S.M. lantas diubah menjadi Perserikatan Sepak Bola Indonesia Mataram (P.S.I.M.) pada 27 Juli 1930 akibat tuntutan pergerakan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia,[14] dengan ketua umum pertama Abdul Hamid.[15][16][17][18][19][20] Saat itu, klub ini merupakan bond perjuangan bangsa untuk melawan kesewenang-wenangan[b] federasi sepak bola bentukan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda dan etnis Tionghoa, yaitu Nederlandsch Indische Voetbal Bond (N.I.V.B.) (berganti nama menjadi Nederlandsche Indische Voetbal Unie atau N.I.V.U. pada 1935) dan Hwa Nan Voetbal Bond (H.N.V.B.).[21][22]
Era Perserikatan
suntingKetika Kompetisi Perserikatan pertama kali diadakan di Surakarta pada 1931,[c] P.S.I.M. menjadi juara kedua setelah kalah bersaing dengan V.I.J.[23] Pada 16 Mei 1932, klub ini menjuarai kompetisi setelah mengalahkan V.I.J. dalam pertandingan final di Batavia. Pada tahun berikutnya, klub tersebut hanya menduduki peringkat keempat dalam kompetisi yang berlangsung di Surabaya.[24] Selanjutnya, terjadi perselisihan antara P.S.S.I. dan P.S.I.M. dalam kurun waktu 1934–1937.[25] Otentisitas data keluarnya P.S.I.M. dari keanggotaan P.S.S.I. dapat diketahui dari absennya klub ini dalam kompetisi yang tiap tahun dilaksanakan oleh P.S.S.I. hingga 1937.[13]
Novan Herfiyana (sejarawan sepak bola Indonesia) yang diwawancarai oleh Hanifan mengatakan jika P.S.S.I. saat itu masih berupaya menghidupi organisasinya sendiri melalui iuran anggotanya. Bukan kekuasaan yang diperebutkan, lantaran kalangan pribumi masih banyak yang belum mengenalnya, apalagi pihak Belanda. Secara umum, dia menyatakan motif utama di balik keluarnya P.S.I.M. dari P.S.S.I. karena ketidakpuasan terhadap kebijakan dan keputusan yang diambil pada masa itu.[25]
Artikel di Majalah Panji Poestaka tahun 1934 memberitakan bahwa P.S.I.M. saat itu juga membentuk organisasi tandingan bernama Persatoean Olah Raga Seloeroeh Indonesia (P.O.R.S.I.) di Yogyakarta.[25] Organisasi ini tidak hanya menaungi sepak bola saja, tetapi berbagai cabang seperti voli, tenis, bulu tangkis, kriket, dan sebagainya.[26][27] Tindakan itu lantas mendapat kecaman dari bond-bond anggota P.S.S.I., bahkan hasil Kongres P.S.S.I. ke-6 pada Mei 1936 di Bandung memutuskan untuk menghukum P.S.I.M.[25]
Sebulan kemudian, tepatnya pada 27 Juni 1936, P.S.S.I. di bawah kepemimpinan Soeratin mendirikan bond baru tandingan, yaitu Persim Mataram (ada juga yang menyebut Persima Mataram) di Yogyakarta.[27] Selain itu, P.S.S.I. turut membujuk para pemain P.S.I.M. untuk hengkang ke Persis Surakarta, salah satunya adalah R. Maladi.[28] Namun demikian, kehadiran Persim tidak mendapatkan respons positif dari masyarakat Yogyakarta, meskipun Majalah Olahraga Edisi Maret 1937 menyebut jika P.S.S.I. akan menggelar turnamen di Yogyakarta pada awal tahun 1937 untuk mempopulerkan Persim. Rencana tersebut akhirnya urung dilakukan P.S.S.I. dikarenakan khawatir akan sepi penonton.[25][27]
Maladi dalam artikel yang ditulisnya berjudul Perjalanan Sepak Bola Indonesia mengungkap bahwa faktor utama terjadinya konflik tersebut adalah tidak diikutsertakannya P.S.I.M. dalam jajak pendapat antara P.S.S.I. yang diwakili Soeratin dengan N.I.V.U. Kerja sama ini terkait timnas Hindia Belanda yang akan dikirim ke Piala Dunia 1938 di Prancis.[26][29] Ario Yosia di Bola memperjelas jika P.S.S.I. dan N.I.V.U. melakukan penandatanganan Gentlement Agreement pada 15 Januari 1937, yang berakibat perpecahan di kubu P.S.S.I.[25] Salah satu butir dalam perjanjian tersebut adalah dilaksanakannya pertandingan antara tim bentukan N.I.V.U. melawan tim bentukan P.S.S.I. sebelum diberangkatkan ke Piala Dunia atau semacam seleksi tim. Namun, N.I.V.U. melanggar perjanjian dan memberangkatkan tim bentukannya, lantaran P.S.S.I. saat itu mempunyai tim yang kuat.[30][31] Koran Pemandangan Edisi April 1937 menyebut jika Soeratin akhirnya mengasingkan diri ke Bandung dan urusan P.S.S.I. diserahkan kepada R.M. Soeratman Erwin yang ditunjuk sebagai Ketua Harian P.S.S.I.[26]
Beberapa pihak beranggapan bahwa Soeratin hanya dapat menandatangani perjanjian itu jika memperoleh persetujuan dari Kongres P.S.S.I. ke-7, yang akan digelar di Surakarta pada Mei 1937. Namun, Soeratin beralasan bahwa prinsip-prinsip dalam perjanjian tersebut tidak berbeda dengan usulan yang telah disetujui dalam Kongres P.S.S.I. ke-4 di Surakarta. Lebih lanjut, dia beranggapan jika kerja sama dengan N.I.V.U. tidak dipermasalahkan, lantaran tidak dibahas kembali dalam Kongres P.S.S.I. ke-5 di Semarang dan Kongres P.S.S.I. ke-6 di Bandung.[25][27]
Pihak yang tidak terima dengan usulan Soeratin lantas mengadakan rapat tahunan di Yogyakarta pada 28–29 Juni 1937. Namun, dia tidak dapat hadir, sehingga pimpinan rapat diserahkan kepada R.A. Kasmat. Hasil rapat tersebut akhirnya mengakui perjanjian tersebut, tetapi terjadi perubahan mendasar dalam struktur kepengurusan P.S.S.I. Tekanan yang terus dilakukan anggota P.S.S.I. di bawah Soeratin menyebabkan para pengurus P.S.S.I. yang didominasi pengurus P.S.I.M., seperti Kasmat, Daslam, dan Notopratomo akhirnya mengundurkan diri. Kendati demikian, Soeratin tidak tergeser dari jabatan Ketua Umum P.S.S.I., bahkan Soeratman Erwin dan beberapa pengurus baru dari Surakarta ditunjuk untuk menggantikan para pengurus lama. Kantor P.S.S.I. yang semula berkedudukan di Yogyakarta pun turut dipindahkan ke Surakarta.[25][27]
Setelah pergantian pengurus dan perpindahan kantor, P.S.I.M. memilih untuk bergabung kembali dengan P.S.S.I. Selain itu, P.S.I.M. juga bersatu dengan Persim pada 21 Oktober 1937, yang menandai berakhirnya perselisihan antara kedua pihak. Berikut dokumentasi mengenai penyatuan P.S.I.M. dan Persim.[25]
❝Tiada hujan, sunyi angin, sekonyong-konyong kabut bergulung meliputi suasana, sehingga gelap-gulita keadaan di situ, bertepuk tangan riuh rendah, tampik sorak gelak-gelak, pihak yang menjadi penonton. Bahagia orang yang mendapat karena perpecahan awak. Tetapi ratap tangis ibu pertiwi terdengar rindu merdu seperti serunai, memanggil doa pihak yang sesungguhnya sedarah sedaging belaka. Ratap tangis ibu pertiwi menyadarkan mereka yang tengah berada dalam kelupaan, kembali di pangkuan ibu…. Dua Voetbal Bond, P.S.I.M. dan Persim bersatu kembali dan bernaung di bawah panji P.S.S.I.❞[d][27]
Era Liga Indonesia
suntingPada 4 September 2005, PSIM menjuarai Divisi Satu Liga Indonesia dan naik ke Divisi Utama Liga Indonesia 2006, setelah mengalahkan Persiwa Wamena dalam pertandingan final di Stadion Si Jalak Harupat dengan skor 2– 1.[32]
Stadion dan suporter
suntingPSIM bermarkas di Stadion Mandala Krida, sedangkan tempat lain yang digunakan untuk latihan para pemain adalah Lapangan Karang Kotagede,[33] Lapangan Kenari,[34] dan Lapangan Bokoharjo.[35] Klub tersebut memiliki kelompok suporter bernama Brajamusti – (sebelumnya bernama Paguyuban Tresna Laskar Mataram) dan The Maident,[36] serta memiliki sebutan Laskar Mataram dan Naga Jawa.[37] Sementara itu, anthem (lagu kebanggaan yang teridentifikasi milik sebuah kelompok atau golongan)[38] yang diciptakan sebagai bentuk dukungan untuk klub ini adalah Aku Yakin Dengan Kamu.[39]
-
Stadion Mandala Krida.
-
Brajamusti, Pasoepati, dan Brigata Curva Sud di Stadion Maguwoharjo.
-
The Maident (Mataram Independent) di Stadion Sultan Agung.
Lini masa
sunting
Juara 1 Liga Perserikatan
Juara 2 Liga Perserikatan
Juara 2 Liga Perserikatan
Juara 2 Liga Perserikatan
Juara 2 Liga Perserikatan
Peringkat 4 Liga Perserikatan
Peringkat 1 Region Barat Divisi I Peringkat 3 Play Off
Juara 2 Divisi I
Juara 2 Divisi I
Peringkat 4 Divisi I
Juara 2 Divisi I (Promosi)
Peringkat 7 wilayah Timur Divisi Utama |
Peringkat 17 Wilayah Timur (Degradasi)
Juara Dua Divisi I Liga Indonesia 1996/1997 (Promosi)
Peringkat 10 Wilayah Tengah (Liga dihentikan)
Peringkat 5 Wilayah Tengah
Peringkat 14 Wilayah Timur (Degradasi)
Peringkat 3 Grup Tengah I Divisi I
Peringkat 5 Grup 2 Divisi I
Peringkat 3 Playoff Divisi I
Peringkat 6 Wilayah Barat Divisi I
Juara Divisi I (Promosi)
Mengundurkan diri dari kompetisi Divisi Utama karena terjadi Gempa bumi Yogyakarta 2006
Peringkat 15 Wilayah Timur
Peringkat 12 Wilayah Timur
Peringkat 7 Grup 3 Divisi Utama
Peringkat 5 Grup 2 Divisi utama
Peringkat 4 Divisi Utama/Play Off PPD ISL |
Prestasi
suntingPerserikatan
Divisi Satu Liga Indonesia
Perangkat tim
sunting- Per 17 Februari 2025.[42]
Skuat pemain
sunting- Per 17 Februari 2025.[43]
Musim 2024/2025
suntingPosisi | Nama | Nomor punggung | Negara |
---|---|---|---|
Penjaga gawang | Riki Pambudi | 25 | Indonesia |
Penjaga gawang | Harlan Suardi(i) | 26 | Indonesia |
Penjaga gawang | Khairul Fikri Ma'arif | 47 | Indonesia |
Pemain belakang | Yusaku Yamadera | 3 | Jepang |
Pemain belakang | Asyraq Gufron Rachmadhan | 5 | Indonesia |
Pemain belakang | Sunni Hizbullah | 6 | Indonesia |
Pemain belakang | Muhammad Fariz(ii) | 13 | Indonesia |
Pemain belakang | Lucky Oktavianto | 22 | Indonesia |
Pemain belakang | Samuel Christianson Simanjuntak | 23 | Indonesia |
Pemain belakang | Rio Hardiawan | 29 | Indonesia |
Pemain belakang | Edgard Amping(iii) | 74 | Indonesia |
Gelandang | Ghulam Fatkur Rahman | 7 | Indonesia |
Gelandang | Domenico Savio Sheva Maresca Amavisca | 8 | Indonesia |
Gelandang | Omid Popalzay | 10 | Afganistan |
Gelandang | Arif Satyayudha Alkanza | 11 | Indonesia |
Gelandang | Muhammad Rendra Teddy Wijanarko | 14 | Indonesia |
Gelandang | Muammar Khadafi | 16 | Indonesia |
Gelandang | Saldi Amiruddin | 18 | Indonesia |
Gelandang | Figo Dennis Saputrananto(iv) | 19 | Indonesia |
Gelandang | Arlyansyah Abdulmanan(v) | 20 | Indonesia |
Gelandang | Adittia Gigis Hermawan | 21 | Indonesia |
Gelandang | Arya Putra Gerryan Senyiur Lawolo | 24 | Indonesia |
Gelandang | Sugiyanto Baitul Rohman | 27 | Indonesia |
Gelandang | Pramoedya Putra Suhardi | 31 | Indonesia |
Gelandang | Daniel Roken Saputra Tampubolon | 54 | Indonesia |
Gelandang | Muhammad Narendra Tegar Islami(vi) | 57 | Indonesia |
Penyerang | Camara Ousmane Maiket(vii) | 9 | Indonesia |
Penyerang | Fajar Akhmad Khusen(viii) | 15 | Indonesia |
Penyerang | Irvan Yunus Mofu | 88 | Indonesia |
Penyerang | Rafael de Sá Rodrigues | 91 | Brasil |
Keterangan: (i) Pinjaman dari PSM Makassar. |
Lihat pula
suntingCatatan
sunting- ^ Ada polemik yang sampai saat ini belum selesai. Banyak masyarakat yang menganggap jika Societeit Hande Projo adalah Monumen Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia atau Gedung Bola PSIM Yogyakarta, yang digunakan sebagai pertemuan bond-bond (perserikatan) untuk mendirikan federasi sepak bola tanah air. Namun, berdasarkan riset yang dilakukan oleh Ferry Tri Adi, kata "Societeit Hande Projo" sudah muncul di koran-koran tahun 1927 akhir, misalnya De Indische Courant edisi Oktober hingga November yang memuat berita soal pertemuan Jong Indonesia di gedung tersebut yang dihadiri sekitar 150 orang. Ada lagi perihal agenda rapat umum Jong Indonesia pada 30 Oktober 1927, yang meliputi presentasi maksud dan tujuan Jong Indonesia (oleh S. Mangoensarkoro). Selanjutnya, kata "Societeit Hande Projo" juga digunakan oleh Boedi Oetomo untuk membahas konferensi kerja sama dengan penduduk pribumi dan otonomi desa. Koran Bintang Mataram tanggal 22–24 April 1930, yang memuat acara pertemuan perserikatan untuk pembentukan PSSI, menuliskan bahwa bond-bond yang melakukan pertemuan tersebut melakukan pertandingan di Alun-Alun Utara Keraton Yogyakarta pada sore hari (Adi, Tabloid Bola No. 2.668 Tahun 2016). Data tersebut diperkuat tulisan Eddi Ellison dalam bukunya berjudul Soeratin Sosrosoegondo: Menentang Penjajahan Belanda dengan Sepak Bola Kebangsaan (Elison 2014, hlm. 17–18).
Berdasarkan data sederhana yang sudah dikumpulkan Ferry itu, dapat diketahui bahwa banyak orang salah kaprah menganggap Monumen PSSI sebagai Societeit Hande Projo hingga saat ini. Tanggal yang tertera juga tidak menemui kecocokan. Belum lagi soal jarak. Jika Societeit Hande Projo adalah Monumen PSSI yang berdiri di utara Stadion Mandala Krida, jaraknya dari Alun-Alun Utara (tempat bond-bond melakukan pertandingan) lumayan jauh. Masuk akal jika Societeit Hande Projo itu berada di Jalan Yudonegaran, karena jarak dengan Alun-Alun Utara sekitar satu kilometer dan dapat ditempuh dengan berjalan kaki (Adi. "Monumen PSSI: Sering Dikira Societeit Hande Projo". Juara.net. Diakses tanggal 14 Februari 2025).❝Dengan wajah serius penuh optimisme, suara M. Daslam Adiwasito tercetus tegar. Antara lain dia berkata: 'Kita orang kumpulan sport bagi kemuliaan bangsa'. Tepuk tangan meriah bergema menyambut kata pembukaan ketua sidang itu dalam suatu pertemuan di ruangan Gedung Hande Projo (sekarang Gedung Batik) di Jalan Yudonegaran, Yogyakarta, hari Sabtu, 19 April 1930❞ (Elison 2014, hlm. 17–18).
- ^ Menurut Maladi, ada tiga masalah yang dihadapi oleh PSSI saat itu. Pertama, tidak adanya lapangan sepak bola yang representatif untuk sebuah kejuaraan PSSI yang dapat menampung banyak penonton. Kedua, banyak pemain Indonesia yang sudah masuk ke NIVB. Sebagian besar dari mereka bekerja di perusahaan, institusi/tentara, dan sekolah Belanda. Apabila mereka mengikuti pertandingan-pertandingan yang diselenggarakan oleh PSSI, ada risiko mereka akan dikeluarkan dari perusahaan dan sekolah mereka. Pada 1932, NIVB akhirnya melarang para anggotanya bermain dalam kejuaraan yang diselenggarakan oleh PSSI. Ketiga, masalah keuangan untuk biaya kantor PSSI di Yogyakarta. Dana untuk itu biasanya merupakan sumbangan dari beberapa tokoh pengurus PSSI seperti Ir. Soeratin, H. Anwar bin Noto, dan H.A. Hamid. Dana untuk kejuaraan PSSI yang pertama di Surakarta pada 1931 ditanggung oleh tuan rumah (Kusuma 2018, hlm. 7–8).
- ^ Ketika pertama kali diadakan, Kompetisi Perserikatan hanya diikuti oleh tiga klub, yaitu Voetbalbond Indonesia Jacatra (V.I.J.), Perserikatan Sepak Bola Indonesia Mataram (P.S.I.M.) Yogyakarta, dan Vortenlandsche Voetbal Bond (V.V.B.) Solo (Stokkermans. "1931 Perserikatan Result". Rec.Sport Soccer Statistics Foundation (RSSSF 2012/2024). Diakses tanggal 15 Februari 2025).
- ^ Paragraf ini dikutip oleh situs Sepakraga Mataram dari artikel Majalah Olahraga bulan November 1937. Soedigdo (pengurus Persim) dengan sukarela menghapus nama Persim untuk satu nama di Yogyakarta, yaitu hanya “P.S.I.M. Yogyakarta” (Redaksi Sepakraga Mataram. "Dualisme Sepak Bola Jogja 1934–1937 Antara P.S.I.M. Jogjakarta vs Persim Mataram". Sepakraga Mataram. Diakses tanggal 14 Februari 2025).
Rujukan
sunting- ^ a b PSIM Yogyakarta. "Sejarah Klub PSIM Yogyakarta". Situs Resmi PSIM Yogyakarta. Diakses tanggal 11 Februari 2025.
- ^ Surachmad, Amin. "Persatuan Sepakraga Mataram Cikal Bakal PSIM Jogja, Dibentuk Ir. Soeratin Soesrosoegondo, Pemainnya Kalangan Muda". Radar Jogja. Diakses tanggal 14 Februari 2025.
- ^ Adi, Ferry Tri. "Monumen PSSI: Sering Dikira Societeit Hande Projo". Juara.net. Diakses tanggal 14 Februari 2025.
- ^ Pramono, Wisnu. "Pernah Jadi Tim Tersukses ke-2, Ini 5 Fakta Menarik Persis Solo". Espos Sport. Diakses tanggal 13 Februari 2025.
- ^ a b c Auglandy (2022), hlm. 34
- ^ Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia. "Refleksi Perjalanan 93 Tahun PSSI dan Mengenang Perjuangan Soeratin". Situs Resmi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia. Diakses tanggal 14 Februari 2025.
- ^ a b c Auglandy, Niko. "Persis Solo, Persebaya Surabaya, Hingga Persija Jakarta Lahirkan PSSI pada 1930, Ini Kisah Awal Pembentukannya di Kota Jogja yang Penuh Drama". Radar Solo. Diakses tanggal 14 Februari 2025.
- ^ a b Hanifan, Aqwam Fiazmi. "Sejarah PSSI (Bagian 2): Kami Indonesier, Bukan Inlander!". Detik. Diakses tanggal 14 Februari 2025.
- ^ Tampubolon, Marco. "Flashback: Cerita Pergerakan Pembentukan PSSI pada 1930". Bola. Diakses tanggal 14 Februari 2025.
- ^ Syifai, Muhammad Ilham. "Sepenggal Cerita Kompetisi Perserikatan Tahun 1931 (Bagian Pertama)". Football Fandom. Diakses tanggal 14 Februari 2025.
- ^ Azanella, Luthfia Ayu; Wedhaswary, Inggried Dwi. "Mengenal Soeratin Sosrosoegondo, Ketua Umum Pertama PSSI, Insinyur Pencinta Sepak Bola..." Kompas. Diakses tanggal 13 Februari 2025.
- ^ Elison, Eddi. "PSSI, Kembalilah ke Khitah 1930". Indonesiana. Diakses tanggal 15 Februari 2025.
- ^ a b Stokkermans, Karel. "P.S.S.I. (Inlandsche) Stedenwedstrijden 1930–1950". Rec.Sport Soccer Statistics Foundation (RSSSF 2012/2024). Diakses tanggal 14 Februari 2025.
- ^ Stokkermans, Karel. "Native Football in the Dutch East Indies". Rec.Sport Soccer Statistics Foundation (RSSSF 2012/2024). Diakses tanggal 14 Februari 2025.
- ^ Mu'arif. "Abdul Hamid BKN, Santri K.H. Ahmad Dahlan Perintis PSSI". Alif.id. Diakses tanggal 14 Februari 2025.
- ^ Yasin, Ahmad. "Tur Titik Putih di Kotagede: Bicara Sejarah Sepak Bola dan Isu Lingkungan". Pimpinan Cabang Muhamamdiyah Kotagede. Diakses tanggal 14 februari 2025.
- ^ Tomi. "Menelusuri Jejak PSIM di Kotagede, Lapangan Karang Hingga Makam Pendiri Abdul Hamid". Kedaulatan Rakyat. Diakses tanggal 14 Februari 2025.
- ^ Junaedi, Fajar. "Peran Muhammadiyah dalam Sepak Bola Indonesia". Football Fandom. Diakses tanggal 14 Januari 2025.
- ^ Ardianto, Aan. "Sepak Bola Muhammadiyah, Antara Olahraga, Dakwah, dan Filantropi". Perserikatan Muhammadiyah. Diakses tanggal 14 Februari 2025.
- ^ Junaedi, Fajar. "Muhammadiyah dan Sepak Bola: Sejarah dan Masa Kini". IBTimes. Diakses tanggal 14 Februari 2025.
- ^ Pamungkas (2014), hlm. 223
- ^ Redaksi Malang Pos. "Menggugat Tanggal Lahir Persema". Malang Pos. Diakses tanggal 27 Mei 2022.
- ^ Stokkermans, Karel. "1931 Perserikatan Result". Rec.Sport Soccer Statistics Foundation (RSSSF 2012/2024). Diakses tanggal 15 Februari 2025.
- ^ a b Stokkermans, Karel. "1932 Perserikatan Result". Rec.Sport Soccer Statistics Foundation (RSSSF 2012/2024). Diakses tanggal 14 Februari 2025.
- ^ a b c d e f g h i Hanifan, Aqwam Fiazmi. "Sejarah PSSI (Bagian 3): PSSI Era Soeratin "Mengkloning" PSIM". Detik. Diakses tanggal 14 Februari 2025.
- ^ a b c Gilia, Nediva. "Sejarah Lahirnya PSSI: Alat Perjuangan, Sepak Bola Rakyat, dan Konflik". Kumparan. Diakses tanggal 16 Februari 2025.
- ^ a b c d e f Redaksi Sepakraga Mataram. "Dualisme Sepak Bola Jogja 1934–1937 Antara P.S.I.M. Jogjakarta vs Persim Mataram". Sepakraga Mataram. Diakses tanggal 15 Februari 2025.
- ^ Auglandy, Niko. "Persis Solo On this Day, 3 Juli 1937: Menang Lawan Klub Bentukan Belanda di Semarang, Gabung Tim Jogja, Tapi Bukan PSIM". Radar Solo. Diakses tanggal 14 Februari 2025.
- ^ Redaksi Fandom. "Perjalanan 86 Tahun PSSI". Fandom Football. Diakses tanggal 15 Februari 2025.
- ^ Yosia, Ario. "Cerita Sumpah Pemuda, Soeratin, dan Perlawanan Lewat Sepak Bola". Bola. Diakses tanggal 16 Februari 2025.
- ^ Atmaja, Aryo. "Sejarah Panjang Lahirnya PSSI: Sumpah Pemuda, Soeratin, dan Perlawanan Lewat Sepak Bola". Bola. Diakses tanggal 16 Februari 2025.
- ^ Jumbadi, Serly Putri. "Brajamusti Kenang Momen PSIM Juara di Bandung, Rela 2 Minggu Jadi Pemulung". Detik. Diakses tanggal 15 Februari 2025.
- ^ Harminanto, Fransiskus Xaverius. "PSIM Latihan Malam di Lapangan Karang, Persiapkan Kickoff di Aceh Pukul 20.30". Kedaulatan Rakyat. Diakses tanggal 14 Februari 2025.
- ^ Redaksi Jawa Pos. "PSIM Gelar Latihan Lagi Usai Libur". Radar Jogja. Diakses tanggal 14 Februari 2025.
- ^ Prakoso, Agung Dwi. "PSIM Jogja Sambat Kesulitan Tempat Latihan ke Gubernur DIY, Kenapa Tak Gunakan Lapangan Karang Kotagede?". Radar Jogja. Diakses tanggal 14 Februari 2025.
- ^ Susanto, Heri. "Brajamusti dan The Maident, Wadah Suporter Militan PSIM Jogja". Detik Jateng. Diakses tanggal 14 Februari 2025.
- ^ Nugroho, Rizal Setyo. "Ditya Fajar Rizkizha, Desainer Maskot PSIM Jogja Raynor". Radar Jogja. Diakses tanggal 16 Februari 2025.
- ^ Redaksi Pandit Football. "Sebuah Ritus Bernama "Anthem"". Pandit Football. Diakses tanggal 14 Oktober 2022.
- ^ Hanif, Akhdan; Imanda, Biru Cahya. "Lirik dan Chord Lagu Aku Yakin dengan Kamu - Hamba Allah". Kompas. Diakses tanggal 14 Oktober 2022.
- ^ a b PSIM Yogyakarta. "Daftar Prestasi PSIM Yogyakarta". Situs Resmi PSIM Yogyakarta. Diakses tanggal 15 Februari 2025.
- ^ Sufiyanto, Tengku. "Menjawab Keterkaitan PSIM dengan Keraton Yogyakarta". Indosport. Diakses tanggal 14 Februari 2025.
- ^ Pegadaian Liga 2. "Daftar Perangkat Tim PSIM Yogyakarta 2024–2025". Liga Indonesia Baru. Diakses tanggal 12 Februari 2025.
- ^ Pegadaian Liga 2. "Daftar Pemain PSIM Yogyakarta Liga 2 2024–2025". Liga Indonesia Baru. Diakses tanggal 12 Februari 2025.
Daftar pustaka
sunting- Auglandy, Nikko (2022). Bangkitlah Sang Legenda: Kiprah Persis Solo di Dunia Sepak Bola. Sleman: Fandom Publishing. ISBN 978-623-9215-69-9.
- Elison, Eddi (2014). Soeratin Sosrosoegondo: Menentang Penjajahan Belanda Dengan Sepak Bola Kebangsaan. Yogyakarta: Ombak. ISBN 978-602-2581-67-3.
- Kusuma, Ketut Chandra Adinata (2018). Kepelatihan Sepak Bola: Teori dan Praktik. Depok: Rajawali Press. ISBN 978-602-4253-66-0.
- Pamungkas, Bambang (2014). Bepe 20 Pride. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ISBN 978-602-0305-74-5.
Pranala luar
sunting- Brajamusti di Instagram.
- Cerita PSIM Tur Pra Musim di Salatiga.
- Genealogi Sepak Bola Indonesia (Bagian 1): Nusantara Bermain Bola.
- Genealogi Sepak Bola Indonesia (Bagian 2): Sepak Bola dan Kolonialisme.
- Genealogi Sepak Bola Indonesia (Bagian 3): Minke, Edgar, dan Sepak Bola Anak-Anak Sekolahan.
- Genealogi Sepak Bola Indonesia (Bagian 4): Klub-Klub Bermula dari Surabaya.
- Genealogi Sepak Bola Indonesia (Bagian 5): Kisah Dimulainya Liga Sepakbola di Hindia Belanda.
- Genealogi Sepak Bola Indonesia (Bagian 6): Ki Hajar dan Spirit "Against Colonial Football".
- PSIM Yogyakarta di Instagram.
- PSIM Yogyakarta di Twitter.
- PSIM Yogyakarta di YouTube.
- Tidak Hanya PSIM, Dulu Yogyakarta Juga Punya Perkesa Mataram.