Owa jawa

(Dialihkan dari Owa Jawa)
Owa jawa
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
H. moloch
Nama binomial
Hylobates moloch
(Audebert, 1798)
Sinonim
  • Pithecus cinereus Cuvier, 1797 (preoccupied)
  • Simia moloch Audebert, 1799[2] (basionym)
  • Simia leucisca Schreber, 1799
  • Hylobates javanicus Matschie, 1893
  • Hylobates lar pongoalsoni Sody, 1949[3]

Owa jawa (Hylobates moloch) adalah sejenis primata anggota suku Hylobatidae. Dengan populasi tersisa antara 1.000 – 2.500 ekor saja, kera ini adalah spesies owa yang paling langka di dunia. Owa jawa menyebar terbatas (endemik) di pulau Jawa bagian barat.

Pengenalan

sunting

Owa jawa tidak memiliki ekor, dan tangannya relatif panjang dibandingkan dengan besar tubuhnya. Tangan yang panjang ini diperlukannya untuk berayun dan berpindah di antara dahan-dahan dan ranting di tajuk pohon yang tinggi, tempatnya beraktivitas sehari-hari. Warna tubuhnya keabu-abuan, dengan sisi atas kepala lebih gelap dan wajah kehitaman.

Kebiasaan dan penyebaran

sunting
 
Owa jawa betina dan anaknya

Kera ini hidup dalam kelompok-kelompok kecil semacam keluarga inti, terdiri dari pasangan hewan jantan dan betina, dengan satu atau dua anak-anaknya yang masih belum dewasa. Owa jawa merupakan pasangan yang setia, monogami. Rata-rata owa betina melahirkan sekali setiap tiga tahun, dengan masa mengandung selama 7 bulan. Anak-anaknya disusui hingga usia 18 bulan, dan terus bersama keluarganya sampai dewasa, yang dicapainya pada umur sekitar 8 tahun. Owa muda kemudian akan memisahkan diri dan mencari pasangannya sendiri.

Owa jawa adalah hewan diurnal dan arboreal, sepenuhnya hidup di atas tajuk pepohonan. Terutama memakan buah-buahan, daun dan bunga-bungaan, kelompok kecil owa jawa menjelajahi kanopi hutan dengan cara memanjat dan berayun dari satu pohon ke lain pohon dengan mengandalkan kelincahan dan kekuatan lengannya. Berat tubuhnya rata-rata mencapai 8 kg.

Kelompok ini akan berupaya mempertahankan teritorinya, biasanya luasnya mencapai 17 hektare, dari kehadiran kelompok lain. Pagi-pagi sekali, dan juga di waktu-waktu tertentu di siang dan sore hari, owa betina akan memperdengarkan suaranya untuk mengumumkan wilayah teritorial keluarganya. Dari suara yang bersahut-sahutan antar kelompok, dan terdengar hingga jarak yang jauh ini, para peneliti dapat memperkirakan jumlah kelompok owa yang ada, dan selanjutnya menduga jumlah individunya.

Spesies ini hanya didapati di bagian barat Pulau Jawa, yakni di hutan-hutan dataran rendah dan hutan pegunungan bawah. Penyebaran paling timur adalah di wilayah Gunung Slamet serta di jajaran Pegunungan Dieng sebelah barat di wilayah Pekalongan. lalu Selatan di jajaran [[ pegunungan [sanggabuana]] wilayah karawang dan purwakarta

Anak jenis

sunting

Ada dua anak jenis owa jawa, yakni:[4]

  • Owa jawa barat, Hylobates moloch moloch; dan
  • Owa jawa tengah, Hylobates moloch pongoalsoni

Konservasi

sunting

Hylobates moloch tergolong salah satu primata yang paling terancam kepunahan. Organisasi konservasi dunia IUCN memasukkannya ke dalam kategori Genting (EN, endangered),[1] dengan peluang sebesar 50% bahwa hewan ini akan dapat punah dalam satu dekade mendatang.[5] Ancaman kepunahan terutama datang dari hilangnya habitat akibat pembukaan hutan untuk berbagai keperluan. Di samping itu, anak-anak owa kerap ditangkapi (jika perlu dengan membunuh induknya lebih dulu) untuk diperjual belikan di pasar gelap sebagai hewan timangan bergengsi.[5]

Di Indonesia, owa jawa telah dilindungi oleh Undang-undang Perlindungan Binatang Liar (Dierenbescherming-ordonnantie) semenjak tahun 1931.

Catatan kaki

sunting
  1. ^ a b Andayani, N., Brockelman, W., Geissmann, T., Nijman, V. & Supriatna, J. (2008). "Hylobates moloch". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2008. International Union for Conservation of Nature. Diakses tanggal 4 January 2009. 
  2. ^ Audebert, J.-B. 1799. Histoire naturelle des singes et des makis: 3 (Fam. I, sect. II), Pl. 2. Paris: Chez Desray, Libraire.
  3. ^ Sody, H.J.V. 1949. Notes on some Primates, Carnivora and the babirusa from the Indo-Malayan and Indo-Australian regions. Treubia 20: 121-190. (abstrak)
  4. ^ Geissmann, Thomas. "Gibbon Systematics and Species Identification". Diakses tanggal 2006-04-13. 
  5. ^ a b "The Silvery Gibbon Project". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-07-26. Diakses tanggal 2007-12-11. 

Pranala luar

sunting