Opera Beijing (Hanzi sederhana: 京剧; Hanzi tradisional: 京劇; Pinyin: Jīngjù) adalah seni pentas yang memadukan kemampuan seni drama, menyanyi, tari, dan tidak jarang pula diisi dengan aksi akrobat dan bela diri[1] dengan para pelakonnya memakai pakaian bercorak warna-warni diiringi musik yang merupakan instrumen tradisional negeri Tiongkok.

Pementasan sebuah opera Beijing.

Menurut beberapa referensi, opera Beijing ini lahir di penghujung abad ke-18 saat kaisar Qianlong dari Dinasti Qing atau Dinasti Manchuria berkuasa. Pertunjukan yang berakar dari huabu, bentuk-bentuk opera yang lebih kuno dari sejumlah pelosok Tiongkok, itu langsung memikat permaisurinya.[2]

Etimologi

sunting

Di Tiongkok, bentuk seni ini telah dikenal dengan banyak nama yang berkembang seiring waktu dan tempat persebarannya. Nama Tiongkok awalnya, Pihuang, merupakan gabungan dari melodi xipi dan erhuang. Seiring dengan meningkatnya popularitasnya, namanya berubah menjadi Jingju atau Jingxi, yang mencerminkan kemunculan awalnya di ibukota (bahasa Tionghoa: 京; pinyin: Jīng). Mulai dari tahun 1927 hingga 1949, ketika Beijing dikenal sebagai Beiping, opera Beijing dikenal sebagai Pingxi atau Pingju untuk mencerminkan perubahan ini. Akhirnya, dengan berdirinya Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1949, nama ibukota kembali menjadi Beijing, dan nama resmi teater ini di Tiongkok Daratan ditetapkan sebagai Jingju. Nama Taiwan untuk jenis opera ini, Guoju, atau 'drama nasional'.[3]

Beberapa hal tentang Opera Beijing

sunting
 
Sebuah topeng yang digunakan dalam opera Beijing.
  • Opera Beijing berakar dari sandiwara tradisional yang dipandu seni bercerita lewat nyanyian, gaoqiang. Kesenian rakyat tersebut dengan berbagai kekhasannya berkembang di wilayah Sungai Yangtze dan Sungai Kuning di wilayah tengah dan utara Tiongkok, serta wilayah Shandong di selatan.
  • Perpaduan dua cabang seni itu di kalangan rakyat jelata melahirkan opera huabu yang banyak menampilkan cerita-cerita rakyat. Pada tahun 1790, sekelompok sandiwara dari daerah Anhui datang ke Beijing. mereka menetap dan memodifikasi cerita, tata rias wajah, dan musik yang dikenal sebagai opera Beijing.
  • Di Beijing, banyak teater dan hotel yang secara berkala menampilkan opera tradisional tersebut dengan tarif yang relatif murah bagi opera yang hanya menyajikan beberapa babak dari sebuah atau sejumlah cerita. Opera yang menyajikan cerita yang relatif utuh lebih mahal.
  • Seperti banyak seni tradisional, menyaksikan opera Beijing tidak harus mengerti bahasa Mandarin. Penokohan dan alur cerita paling tidak tergambar dari cat wajah aktor dan nada musik yang dimainkan. Bagaimanapun, mengerti bahasa Tionghoa lebih baik untuk lebih mendalami alur cerita yang dimainkan.
  • Untuk kostum, warna merah umumnya untuk tokoh berkarakter berani dan loyal, ungu untuk yang bijaksana, hitam untuk tokoh yang tegas, kuning bagi tokoh yang brutal sedangkan warna emas dan perak untuk tokoh magis.
  • Melodi yang tenang dan dalam (er huang) yang dimainkan oleh instrumen-instrumen gesek dan petik mengiringi kisah babak opera yang mengisahkan kesedihan, cinta, dan dialog yang serius.
  • Melodi yang bersemangat dan cepat serta tegas (xi pi) umumnya untuk mengiringi babak drama yang mengisahkan kemenangan, pertarungan dan kegembiraan.

Referensi

sunting
  1. ^ "UNESCO - Peking opera". ich.unesco.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-09-11. 
  2. ^ Xu, Cheng bei (2012). Peking opera. Introductions to Chinese culture. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-18821-0. 
  3. ^ Guy, Nancy A. (1995). "Peking Opera as "National Opera" in Taiwan: What's in a Name?". Asian Theatre Journal. 12 (1): 85–103. doi:10.2307/1124469. ISSN 0742-5457.